Jumat, 25 Mei 2012

Sejarah dan Hakekat Ilmu Sosial


BAB III
SEJARAH DAN HAKIKAT ILMU SOSIAL

A.    SEJARAH ILMU SOSIAL
Sejarah ilmu-ilmu sosial dimulai pada akar filsafat kuno. Dalam sejarah kuno, tidak ada perbedaan antara matematika dan studi sejarah, puisi atau politik. Ini kesatuan ilmu pengetahuan sebagai tetap deskriptif dan penalaran deduktif dari aksioma menciptakan kerangka ilmiah. Zaman Pencerahan melihat sebuah revolusi dalam filsafat alam, perubahan kerangka dasar dengan mana individu memahami apa yang ilmiah. Di beberapa tempat, tren percepatan studi matematika dianggap sebuah realitas independen dari pengamat dan bekerja dengan aturan sendiri. Ilmu sosial datang dari filosofi moral waktu dan dipengaruhi oleh Zaman Revolutions, seperti revolusi industri dan revolusi Perancis ilmu-ilmu sosial dikembangkan dari ilmu-ilmu (eksperimental dan diterapkan), atau pengetahuan sistematis. -basis atau praktik preskriptif, yang berkaitan dengan perbaikan sosial dari sekelompok entitas berinteraksi.
       Awal dari ilmu-ilmu sosial di abad ke-18 yang tercermin dalam berbagai ensiklopedia Diderot besar, dengan artikel dari Rousseau dan pelopor lainnya. Pertumbuhan ilmu-ilmu sosial juga tercermin dalam ensiklopedi khusus lainnya. Periode modern melihat "ilmu sosial" pertama kali digunakan sebagai bidang konseptual yang berbeda Social ilmu dipengaruhi oleh positivisme, berfokus pada pengetahuan berdasarkan pengalaman arti sebenarnya positif dan menghindari yang negatif;. Spekulasi metafisik dihindari.
 Auguste Comte menggunakan istilah "ilmu sosial" untuk menggambarkan lapangan, diambil dari ide-ide Charles Fourier;. Comte juga disebut lapangan sebagai fisika sosial. Setelah periode ini, ada lima jalan pembangunan yang muncul tercantum dalam Ilmu Sosial, dipengaruhi oleh Comte atau bidang lain Salah satu rute yang diambil adalah munculnya penelitian sosial. Survei statistik besar yang dilakukan di berbagai bagian Amerika Serikat dan Eropa. Rute lain yang dilakukan adalah Émile Durkheim diprakarsai oleh, mempelajari "fakta sosial", dan Vilfredo Pareto, membuka ide-ide dan teori metatheoretical individu. Yang ketiga berarti berkembang, yang timbul dari dikotomi ini metodologis, di mana fenomena sosial diidentifikasi dan dipahami, ini diperjuangkan oleh tokoh-tokoh seperti Max Weber. Rute keempat diambil, yang berbasis di ekonomi, dikembangkan dan dilanjutkan pengetahuan ekonomi sebagai ilmu keras. Jalan terakhir adalah korelasi nilai-nilai pengetahuan dan sosial yang antipositivism dan verstehen sosiologi Max Weber tegas menuntut perbedaan ini. Dalam rute ini, teori (deskripsi) dan resep tidak tumpang tindih diskusi formal subjek.
 Sekitar pergantian abad ke-20, filsafat Pencerahan ditantang di berbagai tempat. Setelah penggunaan teori klasik sejak akhir dari revolusi ilmiah, berbagai bidang studi matematika diganti untuk studi eksperimental dan persamaan memeriksa untuk membangun struktur teoritis. Perkembangan subbidang ilmu sosial menjadi sangat kuantitatif dalam metodologi. Sebaliknya, sifat interdisipliner dan lintas-disiplin penyelidikan ilmiah ke perilaku manusia dan faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhi itu membuat banyak dari ilmu alam tertarik pada beberapa aspek metodologi ilmu sosial Contoh mengaburkan batas antara disiplin yang muncul seperti penelitian sosial. kedokteran, sosiobiologi, neuropsikologi, bioeconomics dan sejarah dan sosiologi ilmu pengetahuan. Semakin, kuantitatif dan kualitatif metode penelitian yang terintegrasi dalam studi tindakan manusia dan implikasi dan konsekuensi. Pada paruh pertama abad ke-20, statistik menjadi sebuah disiplin yang berdiri bebas matematika diterapkan. Metode statistik yang digunakan percaya diri.
Pada periode kontemporer, Karl Popper dan Talcott Parsons dipengaruhi kelanjutan ilmu-ilmu sosial. Para peneliti terus mencari konsensus terpadu pada apa metodologi yang mungkin memiliki kekuatan dan perbaikan untuk menghubungkan "teori besar" yang diusulkan dengan berbagai midrange teori-teori yang, dengan cukup sukses, terus memberikan kerangka dapat digunakan untuk besar, bank data tumbuh, karena lebih lanjut, lihat pertepatan. Saat ini meskipun, berbagai kemajuan alam ilmu sosial dalam berbagai cara, meningkatkan pengetahuan masyarakat secara keseluruhan. Ilmu-ilmu sosial akan untuk masa mendatang akan terdiri dari zona yang berbeda dalam penelitian, dan kadang-kadang berbeda dalam pendekatan terhadap lapangan. "Ilmu sosial" bisa merujuk baik untuk ilmu-ilmu masyarakat tertentu yang ditetapkan oleh pemikir seperti Comte, Durkheim, Marx, dan Weber, atau lebih umum untuk semua disiplin ilmu di luar sains mulia dan seni. Dengan akhir abad 19, ilmu-ilmu sosial akademik merupakan lima bidang: hukum dan amandemen hukum, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan perdagangan, dan seni.
Dahulu, pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari ilmu budaya (humaniora). Akan tetapi, kini sejarah lebih sering dikategorikan ke dalam ilmu sosial, terutama bila menyangkut perunutan sejarah secara kronologis. Ilmu sejarah mempelajari berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan di masa lalu. Ilmu sejarah dapat dibagi menjadi kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan kliometrik.
1.   Etimologi
Kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (شجرة: šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (تاريخ ). Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi.
2.   Klasifikasi
Karena lingkup sejarah sangat besar, perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan penelitian. Bila beberapa penulis seperti H.G. Wells, Will Durant, dan Ariel Durant menulis sejarah dalam lingkup umum, kebanyakan sejarawan memiliki keahlian dan spesialisasi masing-masing.
Ada banyak cara untuk memilah informasi dalam sejarah, antara lain:
a.    Berdasarkan kurun waktu (kronologis).
b.    Berdasarkan wilayah (geografis).
c.     Berdasarkan negara (nasional).
d.    Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis).
e.     Berdasarkan topik atau pokok bahasan (topikal).
Dalam pemilahan tersebut, harus diperhatikan bagaimana cara penulisannya seperti melihat batasan-batasan temporal dan spasial tema itu sendiri. Jika hal tersebut tidak dijelaskan, maka sejarawan mungkin akan terjebak ke dalam falsafah ilmu lain, misalnya sosiologi. Inilah sebabnya Immanuel Kant yang disebut-sebut sebagai Bapak Sosiologi mengejek sejarah sebagai "penata batu-bata" dari fakta-fakta sosiologis.
Banyak orang yang mengkritik ilmu sejarah. Para pengkritik tersebut melihat sejarah sebagai sesuatu yang tidak ilmiah karena tidak memenuhi faktor-faktor keilmuan, terutama faktor "dapat dilihat atau dicoba kembali", artinya sejarah hanya dipandang sebagai pengetahuan belaka, bukan sebagai ilmu. Sebenarnya, pendapat ini kurang bisa diterima akal sehat karena sejarah mustahil dapat diulang walau bagaimana pun caranya karena sejarah hanya terjadi sekali untuk selama-lamanya. Walau mendapat tantangan sedemikian itu, ilmu sejarah terus berkembang dan menunjukkan keeksisannya dalam tataran ilmu.
3.   Catatan sejarah
Ahli sejarah mendapatkan informasi mengenai masa lampau dari berbagai sumber, seperti catatan yang ditulis atau dicetak, mata uang atau benda bersejarah lainnya, bangunan dan monumen, serta dari wawancara (yang sering disebut sebagai "sejarah penceritaan", atau oral history dalam bahasa Inggris). Untuk sejarah modern, sumber-sumber utama informasi sejarah adalah: foto, gambar bergerak (misalnya: film layar lebar), audio, dan rekaman video. Tidak semua sumber-sumber ini dapat digunakan untuk penelitian sejarah, karena tergantung pada periodeyang hendak diteliti atau dipelajari. Penelitian sejarah juga bergantung pada historiografi, atau cara pandang sejarah, yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Ada banyak alasan mengapa orang menyimpan dan menjaga catatan sejarah, termasuk: alasan administratif (misalnya: keperluan sensus, catatan pajak, dan catatan perdagangan), alasan politis (guna memberi pujian atau kritik pada pemimpin negara, politikus, atau orang-orang penting), alasan keagamaan, kesenian, pencapaian olah raga (misalnya: rekor Olimpiade), catatan keturunan (genealogi), catatan pribadi (misalnya surat-menyurat), dan hiburan.
Namun dalam penulisan sejarah, sumber-sumber tersebut perlu dipilah-pilah. Metode ini disebut dengan kritik sumber. Kritik sumber dibagi menjadi dua macam, yaitu ekstern dan intern. Kritik ekstern adalah kritik yang pertama kali harus dilakukan oleh sejarawan saat dia menulis karyanya, terutama jika sumber sejarah tersebut berupa benda. Yakni dengan melihat validisasi bentuk fisik karya tersebut, mulai dari bentuk, warna dan apa saja yang dapat dilihat secara fisik. Sedang kritik intern adalah kritik yang dilihat dari isi sumber tersebut, apakah dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Wawancara juga dipakai sebagai sumber sejarah. Namun perlu pula sejarawan bertindak kritis baik dalam pemilahan narasumber sampai dengan translasi ke bentuk digital atau tulisan.
4.   Sejarah dan prasejarah
Dulu, penelitian tentang sejarah terbatas pada penelitian atas catatan tertulis atau sejarah yang diceritakan. Akan tetapi, seiring dengan peningkatan jumlah akademik profesional serta pembentukan cabang ilmu pengetahuan yang baru sekitar abad ke-19 dan 20, terdapat pula informasi sejarah baru. Arkeologi, antropologi, dan cabang-cabang ilmu sosial lainnya terus memberikan informasi yang baru, serta menawarkan teori-teori baru tentang sejarah manusia. Banyak ahli sejarah yang bertanya: apakah cabang-cabang ilmu pengetahuan ini termasuk dalam ilmu sejarah, karena penelitian yang dilakukan tidak semata-mata atas catatan tertulis? Sebuah istilah baru, yaitu nirleka, dikemukakan. Istilah "prasejarah" digunakan untuk mengelompokkan cabang ilmu pengetahuan yang meneliti periode sebelum ditemukannya catatan sejarah tertulis.
Pada abad ke-20, pemisahan antara sejarah dan prasejarah mempersulit penelitian. Ahli sejarah waktu itu mencoba meneliti lebih dar sekadar narasi sejarah politik yang biasa mereka gunakan. Mereka mencoba meneliti menggunakan pendekatan baru, seperti pendekatan sejarah ekonomi, sosial, dan budaya. Semuanya membutuhkan bermacam-macam sumber. Di samping itu, ahli prasejarah seperti Vere Gordon Childe menggunakan arkeologi untuk menjelaskan banyak kejadian-kejadian penting di tempat-tempat yang biasanya termasuk dalam lingkup sejarah (dan bukan prasejarah murni). Pemisahan seperti ini juga dikritik karena mengesampingkan beberapa peradaban, seperti yang ditemukan di Afrika Sub-Sahara dan di Amerika sebelum kedatangan Columbus. Akhirnya, secara perlahan-lahan selama beberapa dekade belakangan ini, pemisahan antara sejarah dan prasejarah sebagian besar telah dihilangkan. Sekarang, tidak ada yang tahu pasti kapan sejarah dimulai. Secara umum sejarah diketahui sebagai ilmu yang mempelajari apa saja yang diketahui tentang masa lalu umat manusia (walau sudah hampir tidak ada pemisahan antara sejarah dan prasejarah, ada bidang ilmu pengetahuan baru yang dikenal dengan Sejarah Besar). Kini sumber-sumber apa saja yang dapat digunakan untuk mengetahui tentang sesuatu yang terjadi di masa lampau (misalnya: sejarah penceritaan, linguistik, genetika, dan lain-lain), diterima sebagai sumber yang sah oleh kebanyakan ahli sejarah.
B.     HAKIKAT ILMU SOSIAL
      Ilmu-ilmu sosial merupakan ilmu yang mempelajari tindakan-tindakan yang berlangsung dalam proses kehidupam dalam upaya menjelaskan mengapa manusia berperilaku seperti apa yang mereka lakukan. Setiap ilmu sosial merupakan suatu disiplin ilmu yang merupakan suatu batang tubuh atau struktur ilmu pengetahuan (body of knowledge atau structur of knowledge) tentang suatu bidang. Setiap ilmu sosial (sejarah, geografi, ilmu politik, ilmu ekonomi, sosiologi, dan antroplogi) memandang manusia dari sudut pandnag dan menggunakan metode kerja yang berbeda untuk memperoleh struktur ilmunya. Pengetahuan tentang tindakan manusia ini membentuk suatu dasar materi ilmu pengetahuan sosial (IPS).
Suatu struktur ilmu pengetahuan, termasuk ilmu sosial tersusun dalam tiga tingkatan dari yang paling sempit ke yang paling luas, yaitu fakta, konsep, dan generalisasi (Savage dan Amstrong, 1996:24). Ketiga hal itu membangun materi ilmu sosial
1.   Kedudukan Ilmu Sosial dalam bidang ilmu
Beberapa mata pelajaran, misalnya sejarah, ekonomi, geografi, tata negara, sosiologi, dan antropologi, kimia, biologi, fisika, matematika, dan lainnya. Merupakan sesuatu yang dapat disebut sebagai bidang ilmu atau disiplin ilmu. Macam-macam ilmu tersebut merupakan hasil dari suatu proses perkembangan ilmu pemngetahuan manusia, dari dahulu sampai sekarang.
  Perkembangan ilmu pengetahuan dapat ditelusuri sejak jaman yunani kuno. Pada masa itu, semua pengetahuan pada mulanya merupakan satuu kesatuan dan belum terspesialisasi seperti sekarang ini. Yang dikenla pada masa itu hanyalah filsafat antara lain filsafat alam dan filsafat sosial menurut N. Daldjoeni dalam Samlawi dan Maftuh (1998:2). Dari filsafat itulah kemudian orang mengembangkan berbagai macam cabang ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan manusia. Filsafat alam melahirkan ilmu-ilmu alamiah dan filsafat sosial melahirkan ilmu-ilmu sosial. Kemudian berikutnya lahir pula ilmu-ilmu budaya secara tersendiri.
  Dilihat dari sejarah perkembangan ilmu, filsafat dapat dikatakan sebagai induk atau sumber dari berbagai macam ilmu pengetahuan. Dari filsafat lahir 3 cabang ilmu pengetahuan yang masing-masing terbagai-bagi lagi ke dalam beberapa disiplin ilmu atau spesialisasi. Secara spesialisasi ketiga cabang ilmu pengetahuan itu adalah sebagai berikut :
a.    Ilmu-ilmu alamiah (natural sciencis), meliputi : fisika, kimia, biologi, astronomi, dan matematika;
b.   Ilmu-ilmu sosial (social sciencis), terdiri dari : sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu politik, antropologi, sejarah, psikologi, geografi, dan lainnya;
c.    Ilmu-ilmu budaya (humanities), meliputi : ilmu bahasa, kesusastraan, kesenian, dan lainnya.
Dari pembagian di atas dapat kita lihat bahwa ilmu-ilmu sosial pada awalnya juga berinduk kepada filsafat yang kemudian memisahkan dan mengembangkan diri secara terpisah dari ilmu-ilmu alamiah dan ilmu-ilmu budaya. Ilmu sosial pun kemudian terpecah-pecah lagi ke dalam beberapa cabang ilmu yang berbeda-beda fokus dan metode kajiannya dari ilmu sosial yang satu kemudian lahirlah sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu politik, antropologi, sejarah, psikologi, geografi, dan lainnya. Sekalipun semua ilmu sosial itu sama mengkaji tentang manusia, tetapi setiap cabang ilmu sosial meninjaunya dari sudut pandang berbeda.
C.     PENGERTIAN ILMU SOSIAL
Ilmu sosial (Inggris:social science) atau ilmu pengetahuan sosial (Inggris:social studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam.
 Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.Karena sifatnya yang berupa penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, di Indonesia IPS dijadikan sebagai mata pelajaran untuk siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP/SLTP). Sedangkan untuk tingkat di atasnya, mulai dari sekolah menengah tingkat atas (SMA) dan perguruan tinggi, ilmu sosial dipelajari berdasarkan cabang-cabang dalam ilmu tersebut khususnya jurusan atau fakultas yang memfokuskan diri dalam mempelajari hal tersebut.
Ilmu pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Ilmu-ilmu sosial (khususnya ilmu sejarah, geografi, ilmu ekonomi / koperasi, ilmu politik dan pemerintahan, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial) sangat berperan dalam mendukung mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan memberikan sumbangan berupa konsep-konsep ilmu yang diubah sebagai “pengetahuan” yang berkaitan dengan kehidupan sosial yang harus dipelajari siswa.
1.   Pengertian Dan Ruang Lingkup Ilmu Sosial
a.    Ilmu alamiah adalah ilmu yang mempelajari tentang alam, yang berhubungan lingkungan alam   seperti fisika, kimia, biologi,astronomi, botani dll.
b.    Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari sosial manusia di lingkungan sekitar seperti sosiologi, ekonomi, politik, antropologi sejarah, psikologi, geogrofi dll.
c.     Ilmu budaya adalah ilmu yang mempelajari adat istiadat atau kebiasaan hidup manusia di suatu wilayah seperti bahasa, agama, kesusastraan, kesenian dll.
Dari perkembangan ilmu sosial timbul paham study sosial yang disebut ilmu pengetahuan sosial. IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial. Yang termaksud pada pelajaran IPS, yaitu geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi dll. ISD adalah gabungan dari disiplin ilmu sosial yang digunakan dalam pendekatan dan pemecahan masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar kita. ISD memberikan dasar – dasar pengetahuan tentang konsep untuk mengkaji gejala sosial.
2.   Latar belakang ilmu sosial dasar
Latar belakang diberikannya mata kuliah ISD di perguruan tinggi, karena :
Banyaknya kritik yang ditunjukkan pada sistem pendidikan di perguruan tinggi bahwa sistem pendidikan yang diberikan masih berbau kolonial dan warisan sistem pendidikan pemerintah Belanda. Yang pendidikannya bertujuan untuk menghasilkan tenaga terampil untuk menjadi tukang yang mengisi birokrasi mereka dan Sistem pendidikannya masih tidak mengenali dimensi – dimensi lain di luar disiplin keilmuannya. Perguruan tinggi dianggap seolah – olah tidak peka terhadap lingkungan sekitarnya sertak perkembangan masyarakat.
Sedangkan tenaga ahli yang dihasilkan oleh perguruan tinggi diharapkan mempunyai tiga kemampuan, yaitu personal, akademis dan profesional.
a.    Kemampuan personal
 Tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga menunjukkan sikap yang mencerminkan kepribadian Indonesia, mengenal dan memahami nilai agama, masyarakat, pancasila serta pandangan luas terhadap berbagai masalah masyarakat Indonesia.
b.   Kemampuan akademik
Kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah baik lisan maupun tulisan dan mampu berpikir logis, kritis, sistematis dan analitis. Memiliki kemampuan untuk mengedintifikasi dan merumuskan masalah yang sedang dihadapi.
c.    Kemampuan profesional
Kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dan mereka diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi dalam profesinya.
Tujuan ilmu sosial dasar adalah membantu perkembangan pikir mahasiswa dan kepribadian agar memperoleh wawasan yang lebih luas dan ciri kepribadian yang diharapkan dari setiap golongan terpelajar Indonesia
3.   Ruang lingkup pembahasan
Ada 2 masalah yang dipakai sebagai pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup pembahasan mata kuliah ISD.
a.    Berbagai aspek yang merupakan suatu masalah sosial yang dapat ditanggapi dengan pendekatan sendiri atau pendekatan gabungan antar bidang.
b.    Adanya keragaman golongan dan kesatuan sosial lain dalam masyarakat.
Berdasarkan ruang lingkup di atas masih perlu penjabaran untuk bisa dioperasionalkan ke pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Yaitu :
a.    Mempelajarai adanya berbagai masalah kependudukan dan hubungan dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
b.   Mempelajari adanya masalah individu dan masyarakat.
c.    Mengkaji masalah kependudukan dan sosialisasi.
d.   Mempelajari hubungan antar warga negara dan negara.
e.    Mempelajari hubungan antara pelapisan sosial dan persamaan derajat.
f.    Mempelajari masalah yang dihadapi masyarakat pedesaan.
4.   Masalah  sosial dan Ilmu sosial Dasar
Masalah yang dihadapi tidaklah sama, disebabkan karena perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan masyarakat dan keadaan lingkungan alam. Masalah tersebut dapat berupa sosial, politik, moral dll. Yang membedakan masalah ini ada hubungannya dengan nilai moral dan pranata sosial.  Menurut masyarakat, segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umumadalah masalah sosial dan  Menurut para ahli, suatu kondisi yang terwujud dalam masyarakat berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang menimbulkan kekacauan.
Masalah sosial muncul sejak peradaban manusia karena dianggap mengganggu kesejahteraan hidup. Dan membuat masyarakat untuk mengedintifikasi, menganalisa cara untuk mengatasinya. ISD menyajikan pemahaman mengenai hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan masalahnya dengan menggunakan kerangka pendekatan. Dengan menggunakan kacamata obyektif berarti, konsep dan teori yang berhubungan dengan hakikat manusia dan masalahnya telah dikembangkan dalam ilmu sosial dan digunakan. Sedangkan menurut kacamata subyektif masalah yang dibahas akan dikaju menurut perspektif masyarakat yang bersangkutan
Dalam kehidupan manusia yang bersetatus sebagai makhluk sosial, manusia selalu dihadapkan pada berbagai masalah sosial. Masalah sosial pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena masalah sosial telah terwujud sebagai hasil kebudayaan manusia itu sendiri, sebagai akibat dari hubungan-hubungannya dengan sesama manusia lainnya. Masalah-masalh sosial pada setiap masyarakat manusia berbeda satu sama lain karena adanya tingkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya yang berbeda serta lingkungan alamnya. Masalh-masalh tersebut terwujud sebagai: masalh sosial, masalah moral, masalah politik, masalah agama mdan masalah lainnya. Yang membedakan masalah-masalah sosial dari masalah lainnya adalah masalah-masalah sosial selalu ada kaitannya yang dekat dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata sosial, serta selalu ada kaitannyadengan hubungan-hubungan manusia dan dengan konteks normatif dimana hubungan-hubungan manusia itu terwujud .
Pengertian masalah sosial ada dua, pertama pendefinisian menurut umum dan keduamenurut para ahli. Menurut umum atau warga msyarakat bahwa segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum adalah masal;ah sosial. Menurut para ahli masalah sosial adalah suatu kondosi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang berdasarakan studi mereka yang mempunyai sifat dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan.
           Ilmu sosial dasar bukanlah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, tetapi hanyalah suatu pengetahuan mengenai aspek yang paling dsasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan maslah-masalah yang terwujud daripadanya. Istilah pengetahuan mempunyai engetahuan yang menunjuan adanya kelonggaran dalam batas dan kerangka berfikir dan penalaran, maka istilah ilmu pengetahuan telah digunakan karena mencakup suetu pengertian mengenai suatu sistem berfikir dan penalaran yang mempunyai suatu kerangaka pendekatan mengenai masalah-masalah yang menjadi asasaran perhatiannya.
         Ilmu sosial dasar menyajikan suatu pemahaman mengenai hakikat manusia sebagai makhluk sosial dam masalah-malahnya dengan menggunakan suatu kerangka pendekatan yang melihat sasaran studinya tersebut sebagai suatu masalah obyektif dan juga menggunakan kacamata subyetif. Dengan menggunakan kacamata obyektif, berarti konsep-konsep dan teori-teori berkenaan dengan hakikat manusia dan masalah-masalahnya yang telah dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosila akan digunakan sedangkan dengan menggunakankacamata subyektif, maka masalah-masalah yang dibahas tersebut akan dikaji menurut perspektif masyarakat yang bersangkutan, dan yang dibandingkan dengan pengkaji ilmu sosial dasar. Diharapkan dengan gabungan kacamata obyektif dan subyektif ini, akan mewujudkan adanya kepekaan mangenai masalah-masalah sosial yang disertai denagn penuh rasa tanggung jawab dalam kedudukannya sebagai warga masyarakat ilmiah, warga masyarakat dan negara Indonesia.
5.   Hakikat Ilmu Sosial Dasar
Ilmu Sosial Dasar (ISD) membicarakan hubungan timbale balik antara manusia dengan lingkungannya. Hubungan ini dapat diwujudkan kenyataan sosial dan kenyataan sosial inilah yang menjadi titik perhatiannya. Dengan Demikian Ilmu Sosial Dasar memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk melengkapi gejala-gejala sosial agar daya tanggap, persepsi, dan penalaran kita dalam menghadapi lingkungan sosial. Ilmu sosial bukanlah suatu bidanmg keahlian ilmu-ilmu sosial tertentu, seperti politik, antropologi dan sebagainya, tetapi menggunakan pengertian-pengertian berasal dari berbagai bidang ilmu sosial seperti ilmu politik,sosiologi, sejarah dan sebangainya.
6.   Kebudayaan, Masyarakat, dan Masalah-Masalah Sosial
Kebudayaan didefinikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpratasiakan lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi landasan bagi mewujudkan tingkah lakunya. Kebudayaan dalam hal ini dapat dilihat sebagai mekanisme kontrol bagi kalakuan dan tindakan-tindakan sosial manusia. Lebih lanjut bahwa kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaa-perasaan dan emosi-emosi serta menjadi sumber bagi sistem penilaian mengenai hal yang baik dan yang buruk, berharga atau tidak berharga. Sedangakan masyarakat dapat didefinikan sebagai suata sistem yang terdiri atas peranan-peranan dan kelompok-kelompok yang saling berkaiatan dan salingpengaruh-mempengaruhi, yang dalam mana tindakan-tindakan dan tingkah laku sosial manusia diwujudkan .
Ilmu Sosial pada dasarnya membicarakan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Hubungan ini dapat diwujudkan kenyataan sosial dan kenyataan sosial inilah yang menjadi titik perhatiannya. Dengan Demikian Ilmu Sosial  memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk melengkapi gejala-gejala sosial agar daya tanggap, persepsi, dan penalaran kita dalam menghadapi lingkungan sosial. Ilmu sosial bukanlah suatu bidang keahlian ilmu-ilmu sosial tertentu, seperti politik, antropologi dan sebagainya, tetapi menggunakan pengertian-pengertian berasal dari berbagai bidang ilmu sosial seperti ilmu politik, sosiologi, sejarah dan sebagainya. Ilmu Sosial Dasar Bertujuan membantu perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian agar memperoleh wawasan pemikiran yang lebih luas.
Dalam kehidupan manusia yang bersetatus sebagai makhluk sosial, manusia selalu dihadapkan pada berbagai masalah sosial. Masalah sosial pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena masalah sosial telah terwujud sebagai hasil kebudayaan manusia itu sendiri, sebagai akibat dari hubungan-hubungannya dengan sesama manusia lainnya. Masalah-masalh sosial pada setiap masyarakat manusia berbeda satu sama lain karena adanya tingkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya yang berbeda serta lingkungan alamnya. Masalh-masalh tersebut terwujud sebagai: masalh sosial, masalah moral, masalah politik, masalah agama mdan masalah lainnya.
Yang membedakan masalah-masalah sosial dari masalah lainnya adalah masalah-masalah sosial selalu ada kaitannya yang dekat dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata sosial, serta selalu ada kaitannyadengan hubungan-hubungan manusia dan dengan konteks normatif dimana hubungan-hubungan manusia itu terwujud.
    Ilmu sosial bukanlah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, tetapi hanyalah suatu pengetahuan mengenai aspek yang paling dsasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan maslah-masalah yang terwujud daripadanya. Istilah pengetahuan mempunyai pengetahuan yang menunjuan adanya kelonggaran dalam batas dan kerangka berfikir dan penalaran, maka istilah ilmu pengetahuan telah digunakan karena mencakup suetu pengertian mengenai suatu sistem berfikir dan penalaran yang mempunyai suatu kerangaka pendekatan mengenai masalah-masalah yang menjadi asasaran perhatiannya.
Ilmu sosial menyajikan suatu pemahaman mengenai hakikat manusia sebagai makhluk sosial dam masalah-malahnya dengan menggunakan suatu kerangka pendekatan yang melihat sasaran studinya tersebut sebagai suatu masalah obyektif dan juga menggunakan kacamata subyetif. Dengan menggunakan kacamata obyektif, berarti konsep-konsep dan teori-teori berkenaan dengan hakikat manusia dan masalah-masalahnya yang telah dikembangkan
Dalam ilmu-ilmu sosial akan digunakan sedangkan dengan menggunakankacamata subyektif, maka masalah-masalah yang dibahas tersebut akan dikaji menurut perspektif masyarakat yang bersangkutan, dan yang dibandingkan dengan pengkaji ilmu sosial dasar. Diharapkan dengan gabungan kacamata obyektif dan subyektif ini, akan mewujudkan adanya kepekaan mangenai masalah-masalah sosial yang disertai denagn penuh rasa tanggung jawab dalam kedudukannya sebagai warga masyarakat ilmiah, warga masyarakat dan negara Indonesia.
7.   Hakikat IPS Sebagai Program Pendidikan
Setiap orang sejak lahir, tidak terpisahkan dari manusia lain, khususnya dari orang tua, dan lebih khusus lagi dari ibu yang melahirkannya. Sejak saat itu si bayi telah melakukan dengan orang lain, terutama dengan ibunya dan dengan anggota keluarga yang lainnya. Meskipun masih sepihak, artinya dari orang-orang yang lebih tua terhadap dirinya, hubungan sosial itu telah terjadi. Tanpa hubungan  sosial dan bantuan dari anggota keluarga lain, terutama dari ibunya, si bayi tidak berdaya itu, tidak akan mampu tumbuh berkembang menjadi manusia dewasa. 
Dari pengalaman, pengenalan dan hubungan sosial tersebut,dalam diri seseorang akan tumbuh pengetahuan tentang seluk beluk hidup bermasyarakat berkenaan dengan kebutuhan tertentu, sifdat-sifat orang yang salah serta yang benar dalam hidup bermasyarakat. Pengetahuan yang melekat pada diri seseorang tersebut, termasuk yang melekat pada diri kita masing-masing, dapat dirangkum sebagai “pengetahuan sosial”. Kelahiran kita manusia yang kemudian diikuti oleh hubunganb, pergaulan, penjelajahan, pemenuhan kebutuhan, dan lain-lain sebagainya yang dialami dalam kehidupan di masyarakat serta bermasyarakat, telah membentuk pengetahuan sosial dalam diri kita masing-masing. Dengan perkataan lain, dalam diri tiap orang tidak terkecuali, dengan kadar yang berbeda baik kuantitatif maupun kualitatif, telah terbina pengetahuan sosial. Hanya tentu saja berkenaan dengan namanya, sangat tergantung pada pernah sekolah atau tidak. Sebutan sebgai pengetahuan sosial atau resminya Ilmu Pengetahuan Sosial yang dissingkat IPS, baru diketahui setelah secara formal kita bersekolah.
Dari kenyataan yang demikian dalam kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat, kebutuhan materi pokok yang meliputi pangan, sandang, dan papan, selain memancarkan aspek ekonomi dari kehidupan tersebut, juga terkait dengan aspek kejiwaan atau aspek psikologi. Keterkaitan aspek-aspek tersebut, dapat anda amati dan hayati dari kehidupan praktis sehari-hari serta sdari pengalaman kita msing-masing. Kebutuhan hidup manusia sebagai anggota masyarakat, tidak hanya terbatas pada kebutuhan ekonomi, melainkan juga meliputi kebutuhan penambahan pengetahuan dan ilmu yang akan kita lakukan saat ini. Keterkaitan antara pengetahuan, ilmu dan teknologi dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, melahirkan ungkapan IPTEK sebgai singkatan ilkmu pengetahuan dan teknologi. Aspek kehidupan ini, merupakan ungkapan kemampuan manusia memanfaatkan akal pikirannya dalam memenuhi tuntutan hidup bermasyarakat. Aspek kehidupan tersebut merupakan aspek budaya yang menjadi salah satu ciri kemampuan umat manusia yang berbeda dengan makhluk hidup non manusia.
Budaya sesungguhnya berasal dari kata buddhayah (bahsa sansekerta) yang berarti “akal”. Dengan demikian, aspek budaya yang sedang kita bicarakan, tidak lain adalah aspek kehidupan manusia dalam memanfaatkan dan mengembangkan kemampuan akal bagi kepentingan hidup manusia sendiri. Jika kita telaah dan hayati secara mendalam, pengembangan aspek budaya tidak dapat dilepaskan dari aspek ekonomi. Anda menambah pengetahuan, mengembangkan ilmu dan menguasai teknologi, bukan semata-mata untuk kepentingan IPTEK, melainkan terkait dengan tujuan mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu, aspek budaya ini sanagat erat hubungannya dengan aspek ekonomi. Selanjutnya, dapat anda hayati sendiri, penguasaan IPTEK yang makin meningkat, juga meningkatkan kepercayaan diri, kebanggaan diri dan kemampuan intelektual dalam menghadapi berbagaia masalah. Dengan demikian, aspek budaya ini juga berkaitan dengan aspek psikologi.
Pembangunan gedung-gedung, jembatan, jalan dan seterusnya yang makin menunjang kehidupan, merupakan ungkapan nyata aspek budaya dalam bentuk penerapan IPTEK tersebut. Namun demikian, kita dapat menelaah ke belakang sekitar 10 atau 20 tahun yang lau, bagaiaman keadaan lingkungan kota atau desa bahkan negara itu? Bahkan lebih jauh lagi, kita dapat membandingkan kemajuan hari ini dengan keadaan pada zaman penjajahan Belanda dan penjajahan Jepang yang telah lampau. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, urutan waktu dengan peristiwa, sangat bermakna dalam menelaah perkembangan serta kemajuan. Urutan waktu dengan peristiwa yang merupakan aspek sejarah dalam kehidupan manusia, memiliki arti yang berharga bagi kita manusia sendiri. Dengan menelaah waktu dan peristiwa, selain dapat mengkaji perkembangan serta kemajuan, juga dapat mengembangkan kewqaspadaan terhadapa peristiwa-peristiwa masa lampau yang membawa malapetaka bagi umat manusia dengan memperhatikan aspek sejarah ini, kita manusia dapat menghindarkan diri dari pengalaman-pengalaman buruk masa lampau yang merugikan umat manusia. Oleh karena itu, ada ungkapan “harus belajar sejarah”, yang bermakna kewaspadaan terhadap pengalaman buruk masa lampau supaya tidak terulang lagi.
Selanjutnya mungkin akan timbul pertanyaan dalam diri kita masing masing, baik selaku guru maupun selaku warga masyarakat “mengapa IPS itu harus dipelajari dan diajarkankepada anak didik?” padahal, pengetahuan sosial itu sesungguhnya telah melekat dalam diri tiap orang, dan tidak asing bagi kita semua. Memang, pengetahuab sosial yang diperoleh secara alamiah dari kehidupan sehari-hari, telah ada pada diri kita masing-masing. Namun, hal tersebut belum cukup, mengingat kehidupan bermasyarakat dengan segala persoalannya itu makin berkembang. Untuk menghadapi kehidupan yang demikian itu, pengetahuan sosial yang diperoleh secara alamiah tadi tidak cukup. Di sini, pendidikan formal, khususnya pendidikan IPS di sekolah, menjadi tuntutan yang tidak dapat diabaikan.
Kemudian, tentu akan muncul pertanyaan dalam diri anda “tujuan apakah yang wajib dicapai dari pendidikan IPS itu?” jawabannya atas pertanyaan yang baru anda kemukakan itu harus dikaitkan dengan tantangan yang dihadapi tiap orang dalam kehidupan, terutama tantangan yang akan dihadapi anak didik di hari-hari mendatang. Sesuai dengan tantangan-tantangan tersebut, pendidikan IPS ini bertujuan untuk “ membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keteramoilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara”. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, proses mengajar dan membelajarkannya, tidak hanya terbatas pada aspek-aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) saja, melainkan meliputi juga spek akhlak (afektif) dan menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan maslah, tantangan, hambatan dan persaiangan ini. Melalui pendidikan IPS, anak didik dibina dan dikembangkan kemampuan mental intelektualnya menjadi warga negara yang berketerampilan dan berkepedulian sosial serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Setelah kita membicarakan tujuan pendidikan IPS, selanjutnya,” apakah fungsi IPS itu sebagai pendidikan?” IPS sebagai pendidikan, bukan hanya semata-mata membekali anak didik dengan pengetahuan yang membebani mereka, melainkan membekali mereka dengan pengetahuan sosial yang berguna yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pendidikan IPS ini juga berfungsi mengembangkan keterampilan, terutama keterempilan sosial dan keterampilan intelektual. Keterampilan sosial, yaitu keterampilan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan hidup bermasyarakat, seperti bekerja sama, bergotong-royong, menolong orang lain yang memerlukan, dan melakukan tindakan secara cepat dalam memecahkan persoalan sosial di masyarakat. Sedangkan keterampilan intelektual, yaitu keterampilan berpikir, kecekatan, dan kecepatana memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di masyarakat. Hal yang lain dari fungsi IPS sebagai pendidikan, yaitu mengembangkan perhatian dan kepedulian sosial anak didik terhadap kehidupan di masyarakat dan bermsyarakat. Dengan pengetahuan sosial yang berguna, keterampilan sosial, dan intelektual serta perhatian dan kepedulian sosial, dapat ndiharapkan terbinanya sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang akan datang yang berpengetahuan, terampil, cendekia dan mempunyai tanggung jawab sosial yang tinggi yang mampu merealisasikan tujuan nasional menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945.
Berdasrkan apa yang telah kita bahs, dengsn singkat dapat dikemukakan bahwa fungsi IPS sebagai pendidikan, yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna, keterampilan sosial dan intelektual, dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai SDM Indonesia yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan nasional.

Tabel 1
Konsep-konsep Dasar, Metode Penelitian, dan Pentingnya Setiap Ilmu Sosial
dikutip dari model D.J Skeel dalam Samlawi (1998:23)
Antropologi
Sosiologi
Ekonomi
Konsep Dasar:
Persamaan dan perbedaan karakteristik fisik dan budaya manusia; hubungan aspek-aspek budaya terhadap keseluruhan suatu budaya; kebudayaan, adat-istiadat, etika, ras, tradisi, hukum, dan keyakinan.
Metode penelitian:
Penggalian arkeologi
Studi Lapangan.


Tingkat kepentingan:
Menggambarkan keanekaragaman perilaku manusia dan membantu memahami kebudayaan yang berbeda.
Konsep Dasar:
Kelompok dan lembaga;hubungan antar kelompok;peran individu dalam kelompok;norma,nilai, sosialisasi dan masyarakat.



Metode Penelitian:
Observasi
Teorisasi
Menguji teori melalui kuisioner dan wawancara
Tingkat Kepentingan:
Berkaitan dengan kekuatan sosial dalam kehidupan kita dan kekuatan dalam kehidupan orang lain yang dapat  diterapkan kepada kita
Konsep Dasar:
Keinginan manusia lebih besar daripada sumber daya yang tersedia, kelangkaan, spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, kebijakan umum.



Metode Penelitian:
Definisi masalah
Analisis sebab
Prediksi pengaruh

Tingkat kepentingan:
Berkaitan dengan realita
Ekonomi-suatu bagianpenting dari kehidupan sehari-hari


Sejarah
Geografi
Ilmu Politik
Konsep Dasar:
Memahami peristiwa-peristiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa-peristiwa itu dihubungkan dengan masa kini dan masa akan datang


Metode Kepentingan:
Pengumpulan informasi
Pengujian informasi

Tingkat Kepentingan:
Membantu memahami masa lalu
Membantu menunjukkan kesalahan dan cara-cara yang mungkin untuk menghindarkan kesalahan itu di masa datang.
Konsep Dasar:
Kesamaan dan perbedaan permukaan bumi, hubungan lingkungan fisik dan manusia, keaslian asal-usul komposisi kelompok manusia sebagai hasil posisi geografi, tempat, distribusi, dan perencanaan.
Metode Kepentingan:
Metode regional
Pengamatan langsung

Tingkat Kepentingan:
Membantu memahami hubungan antara manusia dan lingkungannya dan dalam memahami cirri-ciri fisik bumi.
Konsep Dasar:
Sistem politik, ide dan doktrin tentang pemerintahan, sosialisasi politik, kewenangan, keabsahan, kekuasaan, perilaku politik, dan kebijaksanaan umum.

Metode Kepentingan:
Studi kasus
Perkembangan sejarah
Studi perbandingan
Tingkat Kepentingan:
Mendorong partisipasi aktif dalam proses politi dan menjelaskan citra kognitif tentang pemerintahan
GLOSARIUM
Perspektif :  sudut pandang dalam smelihat suatu hal
Antropologi : Disiplin ilmu sosial yang mempelajari tentang manusia yakni tentang bagaimana manusia hidup dan berperilaku
1.         deskriptif
2.         deduktif
3.         aksioma
4.         entitas
5.         independen
6.         filosofi
7.         Revolutions,
8.         eksperimental
9.         preskriptif
10.     ensiklopedia Diderot
11.     Rousseau
12.     Spekulasi
13.      metafisik
14.      antipositivism dan verstehen
15.     Neuropsikologi
16.      bioeconomics
17.     midrange
18.     Geschichte
19.     genealogi
20.     Perspektif
21.     pure science
22.     applied science


DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Sumaatmadja, Nursid. 2008. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka
Hamid, Abu. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Rineka Cipta
Maftuh Bunyamin dan Fakih. S. 1998. Konsep Dasar IPS. Bandung:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Sumaatmaja, Nursid.2008. Materi Pokok Konsep Dasar IPS. Jakarta:Universitas Terbuka.
Winataputra, Udin. 2004. Materi Pokok Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta:Universitas Terbuka.

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar