BAB
III
SEJARAH DAN HAKIKAT
ILMU SOSIAL
A.
SEJARAH ILMU SOSIAL
Sejarah
ilmu-ilmu sosial dimulai pada akar filsafat kuno. Dalam sejarah kuno, tidak ada
perbedaan antara matematika dan studi sejarah, puisi atau politik. Ini kesatuan
ilmu pengetahuan sebagai tetap deskriptif dan penalaran deduktif dari aksioma
menciptakan kerangka ilmiah. Zaman Pencerahan melihat sebuah revolusi dalam
filsafat alam, perubahan kerangka dasar dengan mana individu memahami apa yang
ilmiah. Di beberapa tempat, tren percepatan studi matematika dianggap sebuah
realitas independen dari pengamat dan bekerja dengan aturan sendiri. Ilmu
sosial datang dari filosofi moral waktu dan dipengaruhi oleh Zaman Revolutions,
seperti revolusi industri dan revolusi Perancis ilmu-ilmu sosial dikembangkan
dari ilmu-ilmu (eksperimental dan diterapkan), atau pengetahuan sistematis.
-basis atau praktik preskriptif, yang berkaitan dengan perbaikan sosial dari
sekelompok entitas berinteraksi.
Awal dari ilmu-ilmu sosial di abad ke-18
yang tercermin dalam berbagai ensiklopedia Diderot besar, dengan artikel dari
Rousseau dan pelopor lainnya. Pertumbuhan ilmu-ilmu sosial juga tercermin dalam
ensiklopedi khusus lainnya. Periode modern melihat "ilmu sosial"
pertama kali digunakan sebagai bidang konseptual yang berbeda Social ilmu
dipengaruhi oleh positivisme, berfokus pada pengetahuan berdasarkan pengalaman
arti sebenarnya positif dan menghindari yang negatif;. Spekulasi metafisik
dihindari.
Auguste Comte menggunakan istilah "ilmu
sosial" untuk menggambarkan lapangan, diambil dari ide-ide Charles
Fourier;. Comte juga disebut lapangan sebagai fisika sosial. Setelah periode
ini, ada lima jalan pembangunan yang muncul tercantum dalam Ilmu Sosial, dipengaruhi
oleh Comte atau bidang lain Salah satu rute yang diambil adalah munculnya
penelitian sosial. Survei statistik besar yang dilakukan di berbagai bagian
Amerika Serikat dan Eropa. Rute lain yang dilakukan adalah Émile Durkheim
diprakarsai oleh, mempelajari "fakta sosial", dan Vilfredo Pareto,
membuka ide-ide dan teori metatheoretical individu. Yang ketiga berarti
berkembang, yang timbul dari dikotomi ini metodologis, di mana fenomena sosial
diidentifikasi dan dipahami, ini diperjuangkan oleh tokoh-tokoh seperti Max
Weber. Rute keempat diambil, yang berbasis di ekonomi, dikembangkan dan
dilanjutkan pengetahuan ekonomi sebagai ilmu keras. Jalan terakhir adalah
korelasi nilai-nilai pengetahuan dan sosial yang antipositivism dan verstehen
sosiologi Max Weber tegas menuntut perbedaan ini. Dalam rute ini, teori
(deskripsi) dan resep tidak tumpang tindih diskusi formal subjek.
Sekitar pergantian abad ke-20, filsafat
Pencerahan ditantang di berbagai tempat. Setelah penggunaan teori klasik sejak
akhir dari revolusi ilmiah, berbagai bidang studi matematika diganti untuk
studi eksperimental dan persamaan memeriksa untuk membangun struktur teoritis.
Perkembangan subbidang ilmu sosial menjadi sangat kuantitatif dalam metodologi.
Sebaliknya, sifat interdisipliner dan lintas-disiplin penyelidikan ilmiah ke
perilaku manusia dan faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhi itu membuat
banyak dari ilmu alam tertarik pada beberapa aspek metodologi ilmu sosial
Contoh mengaburkan batas antara disiplin yang muncul seperti penelitian sosial.
kedokteran, sosiobiologi, neuropsikologi, bioeconomics dan sejarah dan
sosiologi ilmu pengetahuan. Semakin, kuantitatif dan kualitatif metode
penelitian yang terintegrasi dalam studi tindakan manusia dan implikasi dan
konsekuensi. Pada paruh pertama abad ke-20, statistik menjadi sebuah disiplin
yang berdiri bebas matematika diterapkan. Metode statistik yang digunakan
percaya diri.
Pada
periode kontemporer, Karl Popper dan Talcott Parsons dipengaruhi kelanjutan
ilmu-ilmu sosial. Para peneliti terus mencari konsensus terpadu pada apa
metodologi yang mungkin memiliki kekuatan dan perbaikan untuk menghubungkan
"teori besar" yang diusulkan dengan berbagai midrange teori-teori
yang, dengan cukup sukses, terus memberikan kerangka dapat digunakan untuk
besar, bank data tumbuh, karena lebih lanjut, lihat pertepatan. Saat ini
meskipun, berbagai kemajuan alam ilmu sosial dalam berbagai cara, meningkatkan
pengetahuan masyarakat secara keseluruhan. Ilmu-ilmu sosial akan untuk masa
mendatang akan terdiri dari zona yang berbeda dalam penelitian, dan
kadang-kadang berbeda dalam pendekatan terhadap lapangan. "Ilmu
sosial" bisa merujuk baik untuk ilmu-ilmu masyarakat tertentu yang
ditetapkan oleh pemikir seperti Comte, Durkheim, Marx, dan Weber, atau lebih umum
untuk semua disiplin ilmu di luar sains mulia dan seni. Dengan akhir abad 19,
ilmu-ilmu sosial akademik merupakan lima bidang: hukum dan amandemen hukum,
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan perdagangan, dan seni.
Dahulu,
pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari ilmu budaya (humaniora). Akan tetapi, kini sejarah lebih
sering dikategorikan ke dalam ilmu sosial, terutama bila menyangkut perunutan
sejarah secara kronologis. Ilmu sejarah mempelajari berbagai kejadian yang
berhubungan dengan kemanusiaan di masa lalu. Ilmu sejarah dapat
dibagi menjadi kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan kliometrik.
1.
Etimologi
Kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (شجرة: šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah
disebut tarikh (تاريخ ). Adapun kata tarikh dalam bahasa
Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan.
Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti
ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history,
yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte
yang berarti sudah terjadi.
2.
Klasifikasi
Karena
lingkup sejarah sangat besar, perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan
penelitian. Bila beberapa penulis seperti H.G.
Wells,
Will
Durant,
dan Ariel
Durant
menulis sejarah dalam lingkup umum, kebanyakan sejarawan memiliki keahlian dan
spesialisasi masing-masing.
Ada
banyak cara untuk memilah informasi dalam sejarah, antara lain:
a.
Berdasarkan kurun waktu (kronologis).
b.
Berdasarkan wilayah (geografis).
c.
Berdasarkan negara (nasional).
d.
Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis).
e.
Berdasarkan topik atau pokok bahasan (topikal).
Dalam
pemilahan tersebut, harus diperhatikan bagaimana cara penulisannya seperti
melihat batasan-batasan temporal dan spasial tema itu sendiri. Jika hal
tersebut tidak dijelaskan, maka sejarawan mungkin akan terjebak ke dalam
falsafah ilmu lain, misalnya sosiologi. Inilah sebabnya Immanuel Kant yang disebut-sebut sebagai Bapak Sosiologi
mengejek sejarah sebagai "penata batu-bata" dari fakta-fakta
sosiologis.
Banyak
orang yang mengkritik ilmu sejarah. Para pengkritik tersebut melihat sejarah
sebagai sesuatu yang tidak ilmiah karena tidak memenuhi faktor-faktor keilmuan,
terutama faktor "dapat dilihat atau dicoba kembali", artinya sejarah
hanya dipandang sebagai pengetahuan belaka, bukan sebagai ilmu. Sebenarnya, pendapat ini kurang bisa diterima akal sehat
karena sejarah mustahil dapat diulang walau bagaimana pun caranya karena
sejarah hanya terjadi sekali untuk selama-lamanya. Walau mendapat tantangan
sedemikian itu, ilmu sejarah terus berkembang dan menunjukkan keeksisannya
dalam tataran ilmu.
3.
Catatan sejarah
Ahli
sejarah mendapatkan informasi mengenai masa lampau dari berbagai sumber,
seperti catatan yang ditulis atau dicetak, mata uang atau benda bersejarah
lainnya, bangunan dan monumen, serta dari wawancara (yang sering disebut
sebagai "sejarah penceritaan", atau oral history dalam bahasa
Inggris). Untuk sejarah modern, sumber-sumber utama informasi sejarah adalah:
foto, gambar bergerak (misalnya: film layar lebar), audio, dan rekaman video.
Tidak semua sumber-sumber ini dapat digunakan untuk penelitian sejarah, karena
tergantung pada periodeyang hendak diteliti atau dipelajari. Penelitian sejarah
juga bergantung pada historiografi, atau cara pandang sejarah, yang
berbeda satu dengan yang lainnya.
Ada
banyak alasan mengapa orang menyimpan dan menjaga catatan sejarah, termasuk:
alasan administratif (misalnya: keperluan sensus, catatan pajak, dan catatan perdagangan), alasan
politis (guna memberi pujian atau kritik pada pemimpin negara, politikus, atau
orang-orang penting), alasan keagamaan, kesenian, pencapaian olah raga
(misalnya: rekor Olimpiade), catatan keturunan (genealogi), catatan pribadi (misalnya
surat-menyurat), dan hiburan.
Namun
dalam penulisan sejarah, sumber-sumber tersebut perlu dipilah-pilah. Metode ini
disebut dengan kritik sumber. Kritik sumber dibagi menjadi dua macam, yaitu
ekstern dan intern. Kritik ekstern adalah kritik yang pertama kali harus
dilakukan oleh sejarawan saat dia menulis karyanya, terutama jika sumber
sejarah tersebut berupa benda. Yakni dengan melihat validisasi bentuk fisik karya tersebut, mulai
dari bentuk, warna dan apa saja yang dapat dilihat secara fisik. Sedang kritik
intern adalah kritik yang dilihat dari isi sumber tersebut, apakah dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak. Wawancara juga dipakai sebagai sumber sejarah.
Namun perlu pula sejarawan bertindak kritis baik dalam pemilahan narasumber sampai dengan translasi ke bentuk
digital atau tulisan.
4.
Sejarah dan prasejarah
Dulu,
penelitian tentang sejarah terbatas pada penelitian atas catatan tertulis atau
sejarah yang diceritakan. Akan tetapi, seiring dengan peningkatan jumlah
akademik profesional serta pembentukan cabang ilmu
pengetahuan yang baru sekitar abad ke-19 dan 20, terdapat pula informasi
sejarah baru. Arkeologi, antropologi, dan cabang-cabang ilmu sosial
lainnya terus memberikan informasi yang baru, serta menawarkan teori-teori baru
tentang sejarah manusia. Banyak ahli sejarah yang bertanya: apakah
cabang-cabang ilmu pengetahuan ini termasuk dalam ilmu sejarah, karena
penelitian yang dilakukan tidak semata-mata atas catatan tertulis? Sebuah
istilah baru, yaitu nirleka, dikemukakan. Istilah
"prasejarah" digunakan untuk mengelompokkan cabang ilmu pengetahuan
yang meneliti periode sebelum ditemukannya catatan sejarah tertulis.
Pada
abad ke-20, pemisahan antara sejarah dan prasejarah mempersulit penelitian.
Ahli sejarah waktu itu mencoba meneliti lebih dar sekadar narasi sejarah
politik yang biasa mereka gunakan. Mereka mencoba meneliti menggunakan
pendekatan baru, seperti pendekatan sejarah ekonomi, sosial, dan budaya.
Semuanya membutuhkan bermacam-macam sumber. Di samping itu, ahli prasejarah
seperti Vere
Gordon Childe menggunakan arkeologi untuk menjelaskan banyak kejadian-kejadian
penting di tempat-tempat yang biasanya termasuk dalam lingkup sejarah (dan
bukan prasejarah murni). Pemisahan seperti ini juga dikritik karena
mengesampingkan beberapa peradaban, seperti yang ditemukan di Afrika Sub-Sahara dan di Amerika sebelum kedatangan Columbus. Akhirnya, secara perlahan-lahan
selama beberapa dekade belakangan ini, pemisahan antara sejarah dan prasejarah
sebagian besar telah dihilangkan. Sekarang, tidak ada yang tahu pasti kapan
sejarah dimulai. Secara umum sejarah diketahui sebagai ilmu yang mempelajari
apa saja yang diketahui tentang masa lalu umat manusia (walau sudah hampir
tidak ada pemisahan antara sejarah dan prasejarah, ada bidang ilmu pengetahuan
baru yang dikenal dengan Sejarah
Besar).
Kini sumber-sumber apa saja yang dapat digunakan untuk mengetahui tentang
sesuatu yang terjadi di masa lampau (misalnya: sejarah penceritaan, linguistik, genetika, dan lain-lain), diterima sebagai
sumber yang sah oleh kebanyakan ahli sejarah.
B.
HAKIKAT
ILMU SOSIAL
Ilmu-ilmu sosial merupakan ilmu yang
mempelajari tindakan-tindakan yang berlangsung dalam proses kehidupam dalam
upaya menjelaskan mengapa manusia berperilaku seperti apa yang mereka lakukan.
Setiap ilmu sosial merupakan suatu disiplin ilmu yang merupakan suatu batang
tubuh atau struktur ilmu pengetahuan (body
of knowledge atau structur of knowledge) tentang suatu bidang. Setiap ilmu
sosial (sejarah, geografi, ilmu politik, ilmu ekonomi, sosiologi, dan
antroplogi) memandang manusia dari sudut pandnag dan menggunakan metode kerja
yang berbeda untuk memperoleh struktur ilmunya. Pengetahuan tentang tindakan
manusia ini membentuk suatu dasar materi ilmu pengetahuan sosial (IPS).
Suatu struktur
ilmu pengetahuan, termasuk ilmu sosial tersusun dalam tiga tingkatan dari yang
paling sempit ke yang paling luas, yaitu fakta, konsep, dan generalisasi
(Savage dan Amstrong, 1996:24). Ketiga hal itu membangun materi ilmu sosial
1. Kedudukan
Ilmu Sosial dalam bidang ilmu
Beberapa mata
pelajaran, misalnya sejarah, ekonomi, geografi, tata negara, sosiologi, dan
antropologi, kimia, biologi, fisika, matematika, dan lainnya. Merupakan sesuatu
yang dapat disebut sebagai bidang ilmu atau disiplin ilmu. Macam-macam ilmu
tersebut merupakan hasil dari suatu proses perkembangan ilmu pemngetahuan
manusia, dari dahulu sampai sekarang.
Perkembangan ilmu pengetahuan dapat ditelusuri
sejak jaman yunani kuno. Pada masa itu, semua pengetahuan pada mulanya
merupakan satuu kesatuan dan belum terspesialisasi seperti sekarang ini. Yang
dikenla pada masa itu hanyalah filsafat antara lain filsafat alam dan filsafat
sosial menurut N. Daldjoeni dalam Samlawi dan Maftuh (1998:2). Dari filsafat
itulah kemudian orang mengembangkan berbagai macam cabang ilmu pengetahuan
sesuai dengan kebutuhan manusia. Filsafat alam melahirkan ilmu-ilmu alamiah dan
filsafat sosial melahirkan ilmu-ilmu sosial. Kemudian berikutnya lahir pula
ilmu-ilmu budaya secara tersendiri.
Dilihat dari sejarah perkembangan ilmu,
filsafat dapat dikatakan sebagai induk atau sumber dari berbagai macam ilmu
pengetahuan. Dari filsafat lahir 3 cabang ilmu pengetahuan yang masing-masing
terbagai-bagi lagi ke dalam beberapa disiplin ilmu atau spesialisasi. Secara
spesialisasi ketiga cabang ilmu pengetahuan itu adalah sebagai berikut :
a. Ilmu-ilmu
alamiah (natural sciencis), meliputi
: fisika, kimia, biologi, astronomi, dan matematika;
b. Ilmu-ilmu
sosial (social sciencis), terdiri
dari : sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu politik, antropologi, sejarah, psikologi,
geografi, dan lainnya;
c. Ilmu-ilmu
budaya (humanities), meliputi : ilmu
bahasa, kesusastraan, kesenian, dan lainnya.
Dari pembagian di atas
dapat kita lihat bahwa ilmu-ilmu sosial pada awalnya juga berinduk kepada
filsafat yang kemudian memisahkan dan mengembangkan diri secara terpisah dari
ilmu-ilmu alamiah dan ilmu-ilmu budaya. Ilmu sosial pun kemudian terpecah-pecah
lagi ke dalam beberapa cabang ilmu yang berbeda-beda fokus dan metode kajiannya
dari ilmu sosial yang satu kemudian lahirlah sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu
politik, antropologi, sejarah, psikologi, geografi, dan lainnya. Sekalipun semua
ilmu sosial itu sama mengkaji tentang manusia, tetapi setiap cabang ilmu sosial
meninjaunya dari sudut pandang berbeda.
C.
PENGERTIAN ILMU SOSIAL
Ilmu
sosial (Inggris:social
science) atau ilmu pengetahuan sosial (Inggris:social
studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek
yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora
karena menekankan penggunaan metode
ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan
kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan
yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia pada
masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak
memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan
yang luas terhadap masyarakat.Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek
masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural,
sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam.
Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial
telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan
interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku
manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat
banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu
sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak
diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan
konsekuensinya.Karena sifatnya yang berupa penyederhanaan dari ilmu-ilmu
sosial, di Indonesia
IPS dijadikan sebagai mata pelajaran untuk siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah tingkat pertama
(SMP/SLTP). Sedangkan untuk tingkat di atasnya, mulai dari sekolah menengah tingkat atas (SMA) dan perguruan
tinggi, ilmu sosial dipelajari berdasarkan cabang-cabang dalam ilmu
tersebut khususnya jurusan atau fakultas yang memfokuskan diri dalam
mempelajari hal tersebut.
Ilmu pengetahuan
sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari
berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis
serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Ilmu-ilmu
sosial (khususnya ilmu sejarah, geografi, ilmu ekonomi / koperasi, ilmu politik
dan pemerintahan, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial) sangat berperan
dalam mendukung mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan memberikan
sumbangan berupa konsep-konsep ilmu yang diubah sebagai “pengetahuan” yang
berkaitan dengan kehidupan sosial yang harus dipelajari siswa.
1. Pengertian
Dan Ruang Lingkup Ilmu Sosial
a. Ilmu
alamiah adalah ilmu yang mempelajari tentang alam, yang berhubungan lingkungan
alam seperti fisika, kimia,
biologi,astronomi, botani dll.
b. Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari
sosial manusia di lingkungan sekitar seperti sosiologi, ekonomi, politik,
antropologi sejarah, psikologi, geogrofi dll.
c. Ilmu budaya adalah ilmu yang mempelajari adat
istiadat atau kebiasaan hidup manusia di suatu wilayah seperti bahasa, agama,
kesusastraan, kesenian dll.
Dari perkembangan ilmu
sosial timbul paham study sosial yang disebut ilmu pengetahuan sosial. IPS
adalah bidang studi yang merupakan paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial.
Yang termaksud pada pelajaran IPS, yaitu geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi,
antropologi dll. ISD adalah gabungan dari disiplin ilmu sosial yang digunakan
dalam pendekatan dan pemecahan masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar
kita. ISD memberikan dasar – dasar pengetahuan tentang konsep untuk mengkaji
gejala sosial.
2. Latar
belakang ilmu sosial dasar
Latar belakang diberikannya mata kuliah ISD di perguruan
tinggi, karena :
Banyaknya kritik yang
ditunjukkan pada sistem pendidikan di perguruan tinggi bahwa sistem pendidikan
yang diberikan masih berbau kolonial dan warisan sistem pendidikan pemerintah
Belanda. Yang pendidikannya bertujuan untuk menghasilkan tenaga terampil untuk
menjadi tukang yang mengisi birokrasi mereka dan Sistem pendidikannya masih
tidak mengenali dimensi – dimensi lain di luar disiplin keilmuannya. Perguruan
tinggi dianggap seolah – olah tidak peka terhadap lingkungan sekitarnya sertak
perkembangan masyarakat.
Sedangkan tenaga ahli
yang dihasilkan oleh perguruan tinggi diharapkan mempunyai tiga kemampuan,
yaitu personal, akademis dan profesional.
a. Kemampuan
personal
Tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan
sehingga menunjukkan sikap yang mencerminkan kepribadian Indonesia, mengenal
dan memahami nilai agama, masyarakat, pancasila serta pandangan luas terhadap
berbagai masalah masyarakat Indonesia.
b. Kemampuan
akademik
Kemampuan untuk
berkomunikasi secara ilmiah baik lisan maupun tulisan dan mampu berpikir logis,
kritis, sistematis dan analitis. Memiliki kemampuan untuk mengedintifikasi dan
merumuskan masalah yang sedang dihadapi.
c. Kemampuan
profesional
Kemampuan dalam bidang
profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dan mereka diharapkan memiliki kemampuan
dan keterampilan yang tinggi dalam profesinya.
Tujuan ilmu sosial dasar
adalah membantu perkembangan pikir mahasiswa dan kepribadian agar memperoleh
wawasan yang lebih luas dan ciri kepribadian yang diharapkan dari setiap
golongan terpelajar Indonesia
3. Ruang
lingkup pembahasan
Ada 2 masalah yang
dipakai sebagai pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup pembahasan mata
kuliah ISD.
a. Berbagai
aspek yang merupakan suatu masalah sosial yang dapat ditanggapi dengan
pendekatan sendiri atau pendekatan gabungan antar bidang.
b. Adanya keragaman golongan dan kesatuan sosial
lain dalam masyarakat.
Berdasarkan ruang lingkup di atas masih
perlu penjabaran untuk bisa dioperasionalkan ke pokok bahasan dan sub pokok
bahasan. Yaitu :
a. Mempelajarai
adanya berbagai masalah kependudukan dan hubungan dengan perkembangan
masyarakat dan kebudayaan.
b. Mempelajari
adanya masalah individu dan masyarakat.
c. Mengkaji
masalah kependudukan dan sosialisasi.
d. Mempelajari
hubungan antar warga negara dan negara.
e. Mempelajari
hubungan antara pelapisan sosial dan persamaan derajat.
f. Mempelajari
masalah yang dihadapi masyarakat pedesaan.
4. Masalah sosial dan Ilmu sosial Dasar
Masalah yang dihadapi
tidaklah sama, disebabkan karena perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan
masyarakat dan keadaan lingkungan alam. Masalah tersebut dapat berupa sosial,
politik, moral dll. Yang membedakan masalah ini ada hubungannya dengan nilai
moral dan pranata sosial. Menurut
masyarakat, segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umumadalah masalah
sosial dan Menurut para ahli, suatu
kondisi yang terwujud dalam masyarakat berdasarkan atas studi, mempunyai sifat
yang menimbulkan kekacauan.
Masalah sosial muncul sejak peradaban
manusia karena dianggap mengganggu kesejahteraan hidup. Dan membuat masyarakat
untuk mengedintifikasi, menganalisa cara untuk mengatasinya. ISD menyajikan
pemahaman mengenai hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan masalahnya dengan
menggunakan kerangka pendekatan. Dengan menggunakan kacamata obyektif berarti,
konsep dan teori yang berhubungan dengan hakikat manusia dan masalahnya telah
dikembangkan dalam ilmu sosial dan digunakan. Sedangkan menurut kacamata
subyektif masalah yang dibahas akan dikaju menurut perspektif masyarakat yang
bersangkutan
Dalam
kehidupan manusia yang bersetatus sebagai makhluk sosial, manusia selalu
dihadapkan pada berbagai masalah sosial. Masalah sosial pada hakikatnya
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena
masalah sosial telah terwujud sebagai hasil kebudayaan manusia itu sendiri,
sebagai akibat dari hubungan-hubungannya dengan sesama manusia lainnya.
Masalah-masalh sosial pada setiap masyarakat manusia berbeda satu sama lain
karena adanya tingkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya yang berbeda
serta lingkungan alamnya. Masalh-masalh tersebut terwujud sebagai: masalh
sosial, masalah moral, masalah politik, masalah agama mdan masalah lainnya.
Yang membedakan masalah-masalah sosial dari masalah lainnya adalah
masalah-masalah sosial selalu ada kaitannya yang dekat dengan nilai-nilai moral
dan pranata-pranata sosial, serta selalu ada kaitannyadengan hubungan-hubungan
manusia dan dengan konteks normatif dimana hubungan-hubungan manusia itu
terwujud .
Pengertian
masalah sosial ada dua, pertama pendefinisian menurut umum dan keduamenurut
para ahli. Menurut umum atau warga msyarakat bahwa segala sesuatu yang
menyangkut kepentingan umum adalah masal;ah sosial. Menurut para ahli masalah
sosial adalah suatu kondosi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat
yang berdasarakan studi mereka yang mempunyai sifat dapat menimbulkan kekacauan
terhadap kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan.
Ilmu sosial dasar bukanlah suatu
disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, tetapi hanyalah suatu
pengetahuan mengenai aspek yang paling dsasar yang ada dalam kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial dan maslah-masalah yang terwujud daripadanya. Istilah
pengetahuan mempunyai engetahuan yang menunjuan adanya kelonggaran dalam batas
dan kerangka berfikir dan penalaran, maka istilah ilmu pengetahuan telah
digunakan karena mencakup suetu pengertian mengenai suatu sistem berfikir dan
penalaran yang mempunyai suatu kerangaka pendekatan mengenai masalah-masalah yang
menjadi asasaran perhatiannya.
Ilmu sosial dasar menyajikan suatu pemahaman mengenai hakikat manusia sebagai makhluk sosial dam masalah-malahnya dengan menggunakan suatu kerangka pendekatan yang melihat sasaran studinya tersebut sebagai suatu masalah obyektif dan juga menggunakan kacamata subyetif. Dengan menggunakan kacamata obyektif, berarti konsep-konsep dan teori-teori berkenaan dengan hakikat manusia dan masalah-masalahnya yang telah dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosila akan digunakan sedangkan dengan menggunakankacamata subyektif, maka masalah-masalah yang dibahas tersebut akan dikaji menurut perspektif masyarakat yang bersangkutan, dan yang dibandingkan dengan pengkaji ilmu sosial dasar. Diharapkan dengan gabungan kacamata obyektif dan subyektif ini, akan mewujudkan adanya kepekaan mangenai masalah-masalah sosial yang disertai denagn penuh rasa tanggung jawab dalam kedudukannya sebagai warga masyarakat ilmiah, warga masyarakat dan negara Indonesia.
Ilmu sosial dasar menyajikan suatu pemahaman mengenai hakikat manusia sebagai makhluk sosial dam masalah-malahnya dengan menggunakan suatu kerangka pendekatan yang melihat sasaran studinya tersebut sebagai suatu masalah obyektif dan juga menggunakan kacamata subyetif. Dengan menggunakan kacamata obyektif, berarti konsep-konsep dan teori-teori berkenaan dengan hakikat manusia dan masalah-masalahnya yang telah dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosila akan digunakan sedangkan dengan menggunakankacamata subyektif, maka masalah-masalah yang dibahas tersebut akan dikaji menurut perspektif masyarakat yang bersangkutan, dan yang dibandingkan dengan pengkaji ilmu sosial dasar. Diharapkan dengan gabungan kacamata obyektif dan subyektif ini, akan mewujudkan adanya kepekaan mangenai masalah-masalah sosial yang disertai denagn penuh rasa tanggung jawab dalam kedudukannya sebagai warga masyarakat ilmiah, warga masyarakat dan negara Indonesia.
5.
Hakikat Ilmu Sosial Dasar
Ilmu
Sosial Dasar (ISD) membicarakan hubungan timbale balik antara manusia dengan
lingkungannya. Hubungan ini dapat diwujudkan kenyataan sosial dan kenyataan
sosial inilah yang menjadi titik perhatiannya. Dengan Demikian Ilmu Sosial
Dasar memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep-konsep
yang dikembangkan untuk melengkapi gejala-gejala sosial agar daya tanggap,
persepsi, dan penalaran kita dalam menghadapi lingkungan sosial. Ilmu sosial
bukanlah suatu bidanmg keahlian ilmu-ilmu sosial tertentu, seperti politik,
antropologi dan sebagainya, tetapi menggunakan pengertian-pengertian berasal
dari berbagai bidang ilmu sosial seperti ilmu politik,sosiologi, sejarah dan sebangainya.
6.
Kebudayaan, Masyarakat, dan Masalah-Masalah
Sosial
Kebudayaan
didefinikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami dan menginterpratasiakan lingkungan dan pengalamannya,
serta menjadi landasan bagi mewujudkan tingkah lakunya. Kebudayaan dalam hal
ini dapat dilihat sebagai mekanisme kontrol bagi kalakuan dan tindakan-tindakan
sosial manusia. Lebih lanjut bahwa kebudayaan merupakan pengetahuan manusia
yang diyakini kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta
menyelimuti perasaa-perasaan dan emosi-emosi serta menjadi sumber bagi sistem
penilaian mengenai hal yang baik dan yang buruk, berharga atau tidak berharga.
Sedangakan masyarakat dapat didefinikan sebagai suata sistem yang terdiri atas
peranan-peranan dan kelompok-kelompok yang saling berkaiatan dan salingpengaruh-mempengaruhi,
yang dalam mana tindakan-tindakan dan tingkah laku sosial manusia diwujudkan .
Ilmu
Sosial pada dasarnya membicarakan hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungannya. Hubungan ini dapat diwujudkan kenyataan sosial dan kenyataan
sosial inilah yang menjadi titik perhatiannya. Dengan Demikian Ilmu Sosial memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan
dasar tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk melengkapi gejala-gejala
sosial agar daya tanggap, persepsi, dan penalaran kita dalam menghadapi
lingkungan sosial. Ilmu sosial bukanlah suatu bidang keahlian ilmu-ilmu sosial
tertentu, seperti politik, antropologi dan sebagainya, tetapi menggunakan
pengertian-pengertian berasal dari berbagai bidang ilmu sosial seperti ilmu
politik, sosiologi, sejarah dan sebagainya. Ilmu Sosial Dasar Bertujuan
membantu perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian agar memperoleh wawasan
pemikiran yang lebih luas.
Dalam
kehidupan manusia yang bersetatus sebagai makhluk sosial, manusia selalu
dihadapkan pada berbagai masalah sosial. Masalah sosial pada hakikatnya
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena
masalah sosial telah terwujud sebagai hasil kebudayaan manusia itu sendiri,
sebagai akibat dari hubungan-hubungannya dengan sesama manusia lainnya.
Masalah-masalh sosial pada setiap masyarakat manusia berbeda satu sama lain
karena adanya tingkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya yang berbeda
serta lingkungan alamnya. Masalh-masalh tersebut terwujud sebagai: masalh sosial,
masalah moral, masalah politik, masalah agama mdan masalah lainnya.
Yang
membedakan masalah-masalah sosial dari masalah lainnya adalah masalah-masalah
sosial selalu ada kaitannya yang dekat dengan nilai-nilai moral dan
pranata-pranata sosial, serta selalu ada kaitannyadengan hubungan-hubungan
manusia dan dengan konteks normatif dimana hubungan-hubungan manusia itu
terwujud.
Ilmu sosial bukanlah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri,
tetapi hanyalah suatu pengetahuan mengenai aspek yang paling dsasar yang ada
dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan maslah-masalah yang terwujud
daripadanya. Istilah pengetahuan mempunyai pengetahuan yang menunjuan adanya
kelonggaran dalam batas dan kerangka berfikir dan penalaran, maka istilah ilmu
pengetahuan telah digunakan karena mencakup suetu pengertian mengenai suatu
sistem berfikir dan penalaran yang mempunyai suatu kerangaka pendekatan
mengenai masalah-masalah yang menjadi asasaran perhatiannya.
Ilmu
sosial menyajikan suatu pemahaman mengenai hakikat manusia sebagai makhluk
sosial dam masalah-malahnya dengan menggunakan suatu kerangka pendekatan yang
melihat sasaran studinya tersebut sebagai suatu masalah obyektif dan juga
menggunakan kacamata subyetif. Dengan menggunakan kacamata obyektif, berarti
konsep-konsep dan teori-teori berkenaan dengan hakikat manusia dan
masalah-masalahnya yang telah dikembangkan
Dalam
ilmu-ilmu sosial akan digunakan sedangkan dengan menggunakankacamata subyektif,
maka masalah-masalah yang dibahas tersebut akan dikaji menurut perspektif
masyarakat yang bersangkutan, dan yang dibandingkan dengan pengkaji ilmu sosial
dasar. Diharapkan dengan gabungan kacamata obyektif dan subyektif ini, akan
mewujudkan adanya kepekaan mangenai masalah-masalah sosial yang disertai denagn
penuh rasa tanggung jawab dalam kedudukannya sebagai warga masyarakat ilmiah,
warga masyarakat dan negara Indonesia.
7. Hakikat
IPS Sebagai Program Pendidikan
Setiap orang sejak lahir, tidak
terpisahkan dari manusia lain, khususnya dari orang tua, dan lebih khusus lagi
dari ibu yang melahirkannya. Sejak saat itu si bayi telah melakukan dengan
orang lain, terutama dengan ibunya dan dengan anggota keluarga yang lainnya.
Meskipun masih sepihak, artinya dari orang-orang yang lebih tua terhadap
dirinya, hubungan sosial itu telah terjadi. Tanpa hubungan sosial dan bantuan dari anggota keluarga
lain, terutama dari ibunya, si bayi tidak berdaya itu, tidak akan mampu tumbuh
berkembang menjadi manusia dewasa.
Dari pengalaman, pengenalan dan hubungan
sosial tersebut,dalam diri seseorang akan tumbuh pengetahuan tentang seluk
beluk hidup bermasyarakat berkenaan dengan kebutuhan tertentu, sifdat-sifat
orang yang salah serta yang benar dalam hidup bermasyarakat. Pengetahuan yang
melekat pada diri seseorang tersebut, termasuk yang melekat pada diri kita
masing-masing, dapat dirangkum sebagai “pengetahuan sosial”. Kelahiran kita
manusia yang kemudian diikuti oleh hubunganb, pergaulan, penjelajahan,
pemenuhan kebutuhan, dan lain-lain sebagainya yang dialami dalam kehidupan di
masyarakat serta bermasyarakat, telah membentuk pengetahuan sosial dalam diri
kita masing-masing. Dengan perkataan lain, dalam diri tiap orang tidak
terkecuali, dengan kadar yang berbeda baik kuantitatif maupun kualitatif, telah
terbina pengetahuan sosial. Hanya tentu saja berkenaan dengan namanya, sangat
tergantung pada pernah sekolah atau tidak. Sebutan sebgai pengetahuan sosial
atau resminya Ilmu Pengetahuan Sosial yang dissingkat IPS, baru diketahui
setelah secara formal kita bersekolah.
Dari kenyataan yang demikian dalam
kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat, kebutuhan materi pokok yang meliputi
pangan, sandang, dan papan, selain memancarkan aspek ekonomi dari kehidupan
tersebut, juga terkait dengan aspek kejiwaan atau aspek psikologi. Keterkaitan
aspek-aspek tersebut, dapat anda amati dan hayati dari kehidupan praktis
sehari-hari serta sdari pengalaman kita msing-masing. Kebutuhan hidup manusia
sebagai anggota masyarakat, tidak hanya terbatas pada kebutuhan ekonomi,
melainkan juga meliputi kebutuhan penambahan pengetahuan dan ilmu yang akan
kita lakukan saat ini. Keterkaitan antara pengetahuan, ilmu dan teknologi dalam
kehidupan masyarakat dewasa ini, melahirkan ungkapan IPTEK sebgai singkatan
ilkmu pengetahuan dan teknologi. Aspek kehidupan ini, merupakan ungkapan
kemampuan manusia memanfaatkan akal pikirannya dalam memenuhi tuntutan hidup
bermasyarakat. Aspek kehidupan tersebut merupakan aspek budaya yang menjadi
salah satu ciri kemampuan umat manusia yang berbeda dengan makhluk hidup non
manusia.
Budaya sesungguhnya berasal dari kata buddhayah (bahsa sansekerta) yang
berarti “akal”. Dengan demikian, aspek budaya yang sedang kita bicarakan, tidak
lain adalah aspek kehidupan manusia dalam memanfaatkan dan mengembangkan
kemampuan akal bagi kepentingan hidup manusia sendiri. Jika kita telaah dan hayati
secara mendalam, pengembangan aspek budaya tidak dapat dilepaskan dari aspek
ekonomi. Anda menambah pengetahuan, mengembangkan ilmu dan menguasai teknologi,
bukan semata-mata untuk kepentingan IPTEK, melainkan terkait dengan tujuan
mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu, aspek budaya ini sanagat erat
hubungannya dengan aspek ekonomi. Selanjutnya, dapat anda hayati sendiri,
penguasaan IPTEK yang makin meningkat, juga meningkatkan kepercayaan diri,
kebanggaan diri dan kemampuan intelektual dalam menghadapi berbagaia masalah.
Dengan demikian, aspek budaya ini juga berkaitan dengan aspek psikologi.
Pembangunan gedung-gedung, jembatan,
jalan dan seterusnya yang makin menunjang kehidupan, merupakan ungkapan nyata
aspek budaya dalam bentuk penerapan IPTEK tersebut. Namun demikian, kita dapat
menelaah ke belakang sekitar 10 atau 20 tahun yang lau, bagaiaman keadaan
lingkungan kota atau desa bahkan negara itu? Bahkan lebih jauh lagi, kita dapat
membandingkan kemajuan hari ini dengan keadaan pada zaman penjajahan Belanda
dan penjajahan Jepang yang telah lampau. Dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, urutan waktu dengan peristiwa, sangat bermakna dalam
menelaah perkembangan serta kemajuan. Urutan waktu dengan peristiwa yang
merupakan aspek sejarah dalam kehidupan manusia, memiliki arti yang berharga
bagi kita manusia sendiri. Dengan menelaah waktu dan peristiwa, selain dapat
mengkaji perkembangan serta kemajuan, juga dapat mengembangkan kewqaspadaan
terhadapa peristiwa-peristiwa masa lampau yang membawa malapetaka bagi umat
manusia dengan memperhatikan aspek sejarah ini, kita manusia dapat
menghindarkan diri dari pengalaman-pengalaman buruk masa lampau yang merugikan
umat manusia. Oleh karena itu, ada ungkapan “harus belajar sejarah”, yang bermakna
kewaspadaan terhadap pengalaman buruk masa lampau supaya tidak terulang lagi.
Selanjutnya mungkin akan timbul
pertanyaan dalam diri kita masing masing, baik selaku guru maupun selaku warga
masyarakat “mengapa IPS itu harus dipelajari dan diajarkankepada anak didik?”
padahal, pengetahuan sosial itu sesungguhnya telah melekat dalam diri tiap
orang, dan tidak asing bagi kita semua. Memang, pengetahuab sosial yang
diperoleh secara alamiah dari kehidupan sehari-hari, telah ada pada diri kita
masing-masing. Namun, hal tersebut belum cukup, mengingat kehidupan
bermasyarakat dengan segala persoalannya itu makin berkembang. Untuk menghadapi
kehidupan yang demikian itu, pengetahuan sosial yang diperoleh secara alamiah
tadi tidak cukup. Di sini, pendidikan formal, khususnya pendidikan IPS di
sekolah, menjadi tuntutan yang tidak dapat diabaikan.
Kemudian, tentu akan muncul pertanyaan
dalam diri anda “tujuan apakah yang wajib dicapai dari pendidikan IPS itu?”
jawabannya atas pertanyaan yang baru anda kemukakan itu harus dikaitkan dengan
tantangan yang dihadapi tiap orang dalam kehidupan, terutama tantangan yang
akan dihadapi anak didik di hari-hari mendatang. Sesuai dengan
tantangan-tantangan tersebut, pendidikan IPS ini bertujuan untuk “ membina anak
didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keteramoilan
dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat
dan negara”. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, proses mengajar dan
membelajarkannya, tidak hanya terbatas pada aspek-aspek pengetahuan (kognitif)
dan keterampilan (psikomotor) saja, melainkan meliputi juga spek akhlak
(afektif) dan menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan maslah,
tantangan, hambatan dan persaiangan ini. Melalui pendidikan IPS, anak didik
dibina dan dikembangkan kemampuan mental intelektualnya menjadi warga negara
yang berketerampilan dan berkepedulian sosial serta bertanggung jawab sesuai
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Setelah kita membicarakan tujuan
pendidikan IPS, selanjutnya,” apakah fungsi IPS itu sebagai pendidikan?” IPS
sebagai pendidikan, bukan hanya semata-mata membekali anak didik dengan
pengetahuan yang membebani mereka, melainkan membekali mereka dengan
pengetahuan sosial yang berguna yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Selanjutnya pendidikan IPS ini juga berfungsi mengembangkan
keterampilan, terutama keterempilan sosial dan keterampilan intelektual.
Keterampilan sosial, yaitu keterampilan melakukan sesuatu yang berhubungan
dengan kepentingan hidup bermasyarakat, seperti bekerja sama, bergotong-royong,
menolong orang lain yang memerlukan, dan melakukan tindakan secara cepat dalam
memecahkan persoalan sosial di masyarakat. Sedangkan keterampilan intelektual,
yaitu keterampilan berpikir, kecekatan, dan kecepatana memanfaatkan pikiran,
cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di masyarakat. Hal yang lain
dari fungsi IPS sebagai pendidikan, yaitu mengembangkan perhatian dan
kepedulian sosial anak didik terhadap kehidupan di masyarakat dan bermsyarakat.
Dengan pengetahuan sosial yang berguna, keterampilan sosial, dan intelektual
serta perhatian dan kepedulian sosial, dapat ndiharapkan terbinanya sumber daya
manusia (SDM) Indonesia yang akan datang yang berpengetahuan, terampil, cendekia
dan mempunyai tanggung jawab sosial yang tinggi yang mampu merealisasikan
tujuan nasional menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
serta Undang-Undang Dasar 1945.
Berdasrkan apa yang telah kita bahs,
dengsn singkat dapat dikemukakan bahwa fungsi IPS sebagai pendidikan, yaitu
membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna, keterampilan
sosial dan intelektual, dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya
sebagai SDM Indonesia yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan nasional.
Tabel
1
Konsep-konsep
Dasar, Metode Penelitian, dan Pentingnya Setiap Ilmu Sosial
dikutip
dari model D.J Skeel dalam Samlawi (1998:23)
Antropologi
|
Sosiologi
|
Ekonomi
|
Konsep
Dasar:
Persamaan
dan perbedaan karakteristik fisik dan budaya manusia; hubungan aspek-aspek
budaya terhadap keseluruhan suatu budaya; kebudayaan, adat-istiadat, etika,
ras, tradisi, hukum, dan keyakinan.
Metode
penelitian:
Penggalian
arkeologi
Studi
Lapangan.
Tingkat
kepentingan:
Menggambarkan
keanekaragaman perilaku manusia dan membantu memahami kebudayaan yang
berbeda.
|
Konsep
Dasar:
Kelompok
dan lembaga;hubungan antar kelompok;peran individu dalam
kelompok;norma,nilai, sosialisasi dan masyarakat.
Metode
Penelitian:
Observasi
Teorisasi
Menguji
teori melalui kuisioner dan wawancara
Tingkat
Kepentingan:
Berkaitan
dengan kekuatan sosial dalam kehidupan kita dan kekuatan dalam kehidupan
orang lain yang dapat diterapkan
kepada kita
|
Konsep
Dasar:
Keinginan
manusia lebih besar daripada sumber daya yang tersedia, kelangkaan,
spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, kebijakan umum.
Metode
Penelitian:
Definisi
masalah
Analisis
sebab
Prediksi
pengaruh
Tingkat
kepentingan:
Berkaitan
dengan realita
Ekonomi-suatu
bagianpenting dari kehidupan sehari-hari
|
Sejarah
|
Geografi
|
Ilmu Politik
|
Konsep
Dasar:
Memahami
peristiwa-peristiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa-peristiwa itu
dihubungkan dengan masa kini dan masa akan datang
Metode
Kepentingan:
Pengumpulan
informasi
Pengujian
informasi
Tingkat
Kepentingan:
Membantu
memahami masa lalu
Membantu
menunjukkan kesalahan dan cara-cara yang mungkin untuk menghindarkan
kesalahan itu di masa datang.
|
Konsep
Dasar:
Kesamaan
dan perbedaan permukaan bumi, hubungan lingkungan fisik dan manusia, keaslian
asal-usul komposisi kelompok manusia sebagai hasil posisi geografi, tempat,
distribusi, dan perencanaan.
Metode
Kepentingan:
Metode
regional
Pengamatan
langsung
Tingkat
Kepentingan:
Membantu
memahami hubungan antara manusia dan lingkungannya dan dalam memahami
cirri-ciri fisik bumi.
|
Konsep
Dasar:
Sistem
politik, ide dan doktrin tentang pemerintahan, sosialisasi politik,
kewenangan, keabsahan, kekuasaan, perilaku politik, dan kebijaksanaan umum.
Metode
Kepentingan:
Studi
kasus
Perkembangan
sejarah
Studi
perbandingan
Tingkat
Kepentingan:
Mendorong
partisipasi aktif dalam proses politi dan menjelaskan citra kognitif tentang
pemerintahan
|
GLOSARIUM
Perspektif
: sudut pandang dalam smelihat suatu hal
Antropologi
: Disiplin
ilmu sosial yang mempelajari tentang manusia yakni tentang bagaimana manusia
hidup dan berperilaku
1.
deskriptif
2.
deduktif
3.
aksioma
4.
entitas
5.
independen
6.
filosofi
7.
Revolutions,
8.
eksperimental
9.
preskriptif
10.
ensiklopedia
Diderot
11.
Rousseau
12.
Spekulasi
13.
metafisik
14.
antipositivism dan verstehen
15.
Neuropsikologi
16.
bioeconomics
17.
midrange
18.
Geschichte
19.
genealogi
20.
Perspektif
21.
pure science
22.
applied science
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada
Sumaatmadja, Nursid. 2008. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas
Terbuka
Hamid, Abu.
2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta :
Rineka Cipta
Maftuh
Bunyamin dan Fakih. S. 1998. Konsep Dasar
IPS. Bandung:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Sumaatmaja,
Nursid.2008. Materi Pokok Konsep Dasar
IPS. Jakarta:Universitas Terbuka.
Winataputra,
Udin. 2004. Materi Pokok Materi dan
Pembelajaran IPS SD. Jakarta:Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar