BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan yang berkaitan dengan statistik
dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya mengambil rata-rata
hasil ulangan harian siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka pengantar
pebelajaran statistika perlu diperkenalkan kepada anak sejak usia SD.
Karena anak belum mampu berpikir secara
mendalam, maka sebaiknya statistika diberikan pada anak SD kelas tinggi. Hal
ini karena dalam statistik banyak digunakan perhitungan-perhitungan sehingga
diharapkan dalam pembelajaran statistik anak tidak menjadi terbebani. Untuk itu
dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dikaitkan dengan kegiatan bermain yang
disenangi siswa atau dikaitkan dengan hal-hal langsung yang dialami oleh siswa
langsung baik dilakukan di dalam maupun di luar kelas.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Mengapa
pembelajaran pengelolaan data perlu diajarkan di sekolah dasar?
1.2.2 Bagaimanakah
cara mengumpulkan data, mengelola data dan menyajikannya data?
1.2.3 Bagaimanakah
contoh problem solvingnya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui
alasan perlunya pembelajaran pengelolaan data diajarkan di sekolah dasar.
1.3.2 Mengetahui
cara mengumpulkan data, cara mengelola data dan cara menyajikan data.
1.3.3 Mengetahui
contoh problem solving statistika.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Perlunya Pembelajaran Pengelolaan
Data Diajarkan Di Sekolah Dasar
Pembelajaran Statistika perlu dikenalkan
pada siswa sejak usia sekolah dasar. Menurut Winarno (2001:1) anak-anak usia
sekolah dasar belum dapat berpikir secara mendalam, maka statistika yang
diajarkan masih bersifat pengenalan serta diberikan di kelas tinggi. Hal ini
disebabkan karena banyak digunakan perhitungan-perhitungan, dengan demikian
diharapkan dalam belajar statistika anak tidak merasa terbebani. Untuk itu
dalam pembelajaran statistika hendaknya dikaitkan dengan kegiatan bermain yang
digemari siswa ataupun hal-hal yang dialami siswa langsung. Kegiatan
pembelajaran untuk materi statistika dapat dilakukan didalam ataupun diluar
kelas dengan pantauan guru. Kegiatan pembelajaran yang dipilih diusahakan yang
dapat dibayangkan siswa sesuai dengan lingkungan kehidupan nyata dari alam
pikiran siswa.
2.2 Data
Data merupakan bentuk jamak dari datum (informasi yan diperoleh dari satu
satuan pengamatan). Data yang benar dan baik sebaiknya memenuhi syarat-syarat
berikut ini:
a.
Objektif àdata
harus sesuai denan keadaan yang sebenarnya.
b.
Representatif à
data harus mampu mewakili semua data yang diamati.
c.
Memiliki kesalahan baku yang kecil.
d.
Tepat waktu à
khususnya jika digunakan sebagai alat kontrol dan evaluasi.
e.
Relevan à
harus ada hubungannya dengan persoalan yang akan dipecahkan.
2.2.1 Mengumpulkan
Data
Dalam mengumpulkan data
tentu perlu melibatkan cara-cara tertentu agar data tersebut dapat diperoleh
secara tepat dan orisisnil. Terdapat 2 cara pengumpulan data, yakni:
a. Pengumpulan
data primer
Data yang diperoleh
berasal dari sumber pertama misalnya hasil wawancara atau pengisian kuisioner,
survei, percobaan.
b. Pengumpulan
data sekunder
Data primer yang
didapat dari pihak lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut oleh
pengumpul data primer atau pihak lain.
2.2.2 Menyajikan
Data
Selain dalam bentuk tabel, data
yangdiperoleh dapat disajikan dalam bentuk yang lebih jelas lagi yakni dalam
bentuk diagram. Diagram yang ada meliputi diagram batang, diagram garis,
diagram lambng (piktogram), diagram lingkaran, diagram peta (kartogram), diagram
pencar (diagram titik), histogram, poligon, ogive. Dan juga perlu diingat jika
tidak semua data dapat disajikan dalam bentuk diagram tersebut. Penggunaan
digram tersebut bertujuan:
a) Memperjelas
dan mempertegas data yang disajikan.
b) Memudahkan
pemahaman terhadap data yang ada.
c) Mengurangi
kejenuhan dan kejemuan terhadap data yang bentuknya angka-angka.
Namun, yang akan dibahas dalam materi sekolah
dasar hanya diagram batang, diagram garis, diagram lambang (histogram), dan
diagram lingkaran.
a. Diagram
batang
Dalam membuat digram
batang, haruslah memperhatikan:
a) Melukis
sumbu mendatar (horizontal) dan sumbu tegak (vertikal) berpotongan.
b) Sumbu
mendatar untuk menyatakan variabel dan sumbu tegak menyatakan data.
c) Pembuatan
skala harus sesuai.
Misalnya,
pada tahun 2005, siswa yang duduk di kelas 6 SDN Sumber Rejo I sebanyak 16
orang. Pada tahun-tahun selanjutnya, terjadi kenaikan berturut-turut sebanyak
4, 5, 7, 10 dan pada tahun 2010 siswa yang duduk di kelas 6 sebanyak 45 orang.
Tahun
|
Banyak
Siswa
|
2005
|
16
|
2006
|
20
|
2007
|
25
|
2008
|
32
|
2009
|
42
|
2010
|
45
|
Dari data tersebut, mula-mula menentukan sumbu
horizontal ditempati variabel, dan sumbu vertikal ditempati oleh banyaknya
siswa. Sehingga diperoleh diagram sebagai berikut:
b. Diagram
garis
Paling cocok digunakan
untuk data yang bersifat kontinyu. Misalnya untuk contoh yang sama seperti pada
diagram batang di atas, maka diagram garisnya akan berbentuk,
c. Diagram
lambang
Cara membuat diagram
lambang tidak sama dengan cara membuat diagram batang dan diagram garis. Cara
membuat diagram lambang cukup menampilkan lambang-lambang yang mewakili jumlah
datum yang ada. Misalnya, jumlah siswa kelas VI SDN Sumber Rejo I pada Tahun
2006 sebanyak 20 siswa. 12 orang ialah siswa perempuan, dan 8 orang sisanya
merupakan siswa laki-laki. Sebelum menggambar diagram lambang, kita harus
membuat patokan yang menyatakan harga setiap lambang. Patokan tersebut dapat
berupa FPB dari kedua bilangan tersebut. Sehinga, untuk 12 dan 8, FPBnya ialah
4. Maka diagram lambangnya seperti berikut:
Siswa
|
Jumlah
|
Perempuan
|
|
Laki-laki
|
|
Jumlah
|
|
d. Diagram
lingkaran
Dalam
diagram lingkaran, akan digambarkan suatu luasan tertentu. Luasan tersebut
menggambarkan besar kecilnya data yang diukur dalam persen. Hal yang perlu
diperhatikan ketika menggambar diagram lingkaran yaitu:
· Sebelum
dibuatkan diagram lingkaran, terlebih dahulu ditentukan besarnya presentase
masing-masing data dan besarnya sudut juring dalam lingkaran masing-masing data.
Besar
Sudut Juring = Frekuensi Data Total Jumlah Data
x 360o
Misalnya,
jumlah siswa kelas VI SDN Sumber Rejo I pada Tahun 2006 sebanyak 20 siswa. 12
orang ialah siswa perempuan, dan 8 orang sisanya merupakan siswa laki-laki.
Maka presentase data dan besarnya sudut juring dapat diperoleh dengan cara:
· Presentase
data
Presentase
banyaknya murid perempuan = Frekuensi Data Total Jumlah Data
x 100%
= 12 20
x 100%
= 60%
Presentase
banyaknya murid laki-laki = Frekuensi Data Total Jumlah Data
x 100%
= 8 20
x 100%
= 40%
· Beasar
Sudut Juring
Besar
Sudut Juring (2006) = Frekuensi Data Total Jumlah Data
x 3600
= 12 20
x 3600
= 2160
Besar
Sudut Juring (2006) = Frekuensi Data Total Jumlah Data
x 3600
= 8 20
x 3600
= 1440
2.2.3 Mengelola
Data
Setelah data-data yang diinginan
terkumpul, data tersebut disusun dan diklasifikasikan. Pada data tunggal (data
yang disusun berdasarkan pada besar kecilnya angka yang didapat). Sebagai
contohnya nilai ujian mata pelajaran IPA untuk 25 siswa kelas IV SD Tunas Bangsa
yang terterpada daftar nilai seperti berikut ini:
65 82 76 68 78 85 65 58 91 76 73 85 76
95 85 63 65 93 79 80 86 68 65 79 91
Misalnya kita hendak menentukan
banyaknya siswa yang mendapat nilai terendah atau tertinggi. Akan sangat sulit
bagi siswa untuk menentuknnya. Agar nilai tersebut mudah dilihat, mka perlu
diatur dan disusun mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil atau
sebaliknya, seperti
95 93 91 91 86 85 85 85 82 80 79 78 78
76 76 76 73 68 68 65 65 65 65 63 58
Penyusunan tersebut sangat membantu
dalam penyusunan kesimpulan, walaupun kesimpulan tersebut bersifat sementara.
Jumlah data tersebut masih sedikit sehingga penggunaan cara seperti di atas
masih memungkinkan untuk dilakukan. Sedangkan untuk data dalam jumlah banyak
yakni dengan pengelompokan data untuk menyajikannya lebih mudah dengan tabel.
2.2.3.1 Mean
Mean
atau rata-rata hitung merupakan ukuran nilai pusat yang paling dikenal dan
paling banyak digunakan. Rata-rata hitung dari suatu gugus data adalah jumlah nilai-nilai
data dibagi oleh banyaknya pengamatan atau banyaknya frekuensi atau banyaknya
data. Rata-rata hitung dilambangkan dengan x
(dibaca x bar). Untuk
menentukan nilai rata-rata data digunakan rumus :
Keterangan
:
x
= nilai data
n=
banyak data
f
= frekuensi atau banyaknya data
∑=
Jumlah
Contoh:
Misalnya,
pada tahun 2005, siswa yang duduk di kelas 6 SDN Sumber Rejo I sebanyak 16
orang. Pada tahun-tahun selanjutnya, terjadi kenaikan berturut-turut sebanyak
4, 5, 7, 10 dan pada tahun 2010 siswa yang duduk di kelas 6 sebanyak 45 orang.
Tahun
|
Banyak
Siswa
|
2005
|
16
|
2006
|
20
|
2007
|
25
|
2008
|
32
|
2009
|
42
|
2010
|
45
|
Berdasarkan data tersebut di atas, jika ditanyakan
rata-rata banyknya siswa kelas 6 SDN Sumber Rejo I selama 6 tahun terakhir dapat
diperoleh dengan cara,
Rata-rata
= Jumla h
seluru h data Banyaknya
data
=
16+20+25+32+42+45 6
=
180 6
= 30
2.2.3.2 Modus
Modus
adalah data yang paling sering muncul dari sekelompok data yang ada. Modus juga
dapat diartikan sebagai nilai yang mempunyai frekuensi terbesar dalam suatu
kumpulan data. Modus
berguna
untuk mengetahui tingkat seringnya kejadian sebuah peristiwa. Modus dapat
digunakan untuk semua skala pengukuran data mualai dari nominal hingga rasio.
Kelemahan modus adalah bila dalam sekumpulan data belum ditemukan ataupun banyak dijumpai sehingga
menyulitkan untuk menentukan nilai modus.
Pada
data yang tidak dikelompokkan, modus dapat diperoleh dengan menghitung
frekuensi dari nilai pengamatan dan menentukan nilai pengamatan dengan
frekuensi terbesar. Pada data yang telah dikelompokkan dalam suatu distribusi
frekuensi, modus terletak pada kelas yang mempunyai frekuensi paling tinggi.
76 76 76 73 68 68 65 65 65 65 63 58
Dari
data tersebut, sudah terlihat jelas jika 65 merupakan modusnya. Kerena nilai
tersebut paling sering muncul.
2.2.3.3 Median
Median
adalah suatu nilai yang letaknya di tengah-tengah data setelah data itu
diurutkan secara teratur menurut besarnya. Median merupakan ukuran nilai pusat
yang digunakan untuk data yang dikelompokkan maupun data yang tidak
dikelompokkan. Nilai median sangat dipengaruhi letak urutan dari nilai kumpulan
data sehingga
median
sering disebut sebagai rata-rata letak. Median membagi nilai-nilai data yang
ada sehingga 50% terletak di bawah median dan 50% di atas median.
Median
Sebelum
menghitung nilai median, data harus diurutkan terlebih dahulu, kemudian median
adalah nilai yang terletak pada posisi :
n menunjukkan jumlah data atau banyaknya
pengurutan secara keseluruhan.
Sebagai contohnya nilai ujian mata
pelajaran IPA untuk 25 siswa kelas IV SD Tunas Bangsa yang terterpada daftar
nilai seperti berikut ini:
95 93 91 91 86 85 85 85 82 80 79 78 78
76 76 76 73 68 68 65 65 65 65 63 58
Median
=
n +1 2
= 25+1 2
=
13
Mediannya merupakan bilangan ke-13. Maka mediannya
78, karena terletak tepat di tengah-tengah, yakni tepat membagi data menjadi 2
bagian yang sama. Sehingga data yang berada sebelum
median dan sesudah median memiliki banyak data yang sama.
2.2.3.4 Menentukan Mean, Median, dan
Modus Data Berkelompok
Pada
umumnya data yang diperoleh berasal dari pengamatan dan bentuknya belum
berurutan sehingga data harus diurutkan terlebih dahulu untuk mempermudah dalam
menentukan nilai terendah maupun nilai tertingginya. Misalkan ada data yang
berasal dari hasil pengukuran berat badan dalam satuan kilogram dari 29 siswa
kelas 4 SD Sekarsari sebagai berikut.
35,
35, 38, 37, 37, 39, 36, 40, 37, 40, 39, 39, 36, 40, 37, 39, 37, 37, 36
Apabila
data tersebut diurutkan, akan menjadi :
35,
35, 35, 36, 36, 36, 37, 37, 37, 37, 37, 37, 38, 39, 39, 39, 40, 40, 40
Untuk
mengurutkan data tersebut dapat digunakan tabel frekuensi.
Berat Badan
(Kilogram)
|
Banyaknya Siswa
(Frekuensi)
|
35
|
3
|
36
|
3
|
37
|
6
|
38
|
1
|
39
|
4
|
40
|
3
|
Jumlah
|
20
|
Dari tabel frekuensi
tersebut dapat dihitung mean, median, dan modus dari data yang ada. Untuk
menentukan nilai-nilai tersebut, terlebih dahulu dibuat tabel seperti berikut
ini.
Kelompok data
ke
|
Berat badan
(x)
|
Banyaknya Siswa
(f)
|
Berat badan x Banyaknya Siswa (f x x)
|
1
|
35 kg
|
3 anak
|
105 kg
|
2
|
36 kg
|
3 anak
|
108 kg
|
3
|
37 kg
|
6 anak
|
222 kg
|
4
|
38 kg
|
1 anak
|
38 kg
|
5
|
39 kg
|
4 anak
|
156 kg
|
6
|
40 kg
|
3 anak
|
120 kg
|
Jumlah
|
∑f = 20 anak
|
∑ f x = 749
|
Menentukan
nilai rata-rata atau mean :
= 749 20
=
37,45
Jadi,
nilai rata-rata berat badan badan siswa adalah 37,45 kg
Menentukan
median :
Untuk
menentukan median, maka data yang ada terlebih dahulu diurutkan.
35,
35, 35, 36, 36, 36, 37, 37, 37, 37, 37, 37, 38, 39, 39, 39, 40, 40, 40
Karena
banyaknya data adalah 20, sehingga terdapat dua nilai tengah, yakni pada data
kesepuluh dan data kesebelas.
Median
= Nilai
data kesepulu h + nilai
data kesebelas 2
=
37+37 2
= 37
Jadi,
median dari data berat badan siswa adalah 37 kg.
Menentukan modus
:
Modus
dari data berat badan siswa adalah 37 kg dengan frekuensi paling banyak yaitu 6
anak.
2.3 Contoh Problem Solving
2.3.1Suatu diagram
lingkaran menunjukkan hasil
produksi pertanian disuatu
daerah. Perbandingan produksi
beras dan jagung
3 : 2.
Jika total produksi
pertanian di daerah tersebut 4,2
ton maka berapa kwintalkah produksi beras di daerah tersebut ?
2.3.2
Rata-rata dari 3 bilangan adalah 14. Rata-rata dari 7 bilangan adalah 20.
Berapakah rata-rata 10 bilangan?
2.3.4
Rata-rata berat badan 7 anak laki-laki dan 2 orang anak peempuan ialah 48,2 kg.
Rata-rata berat anak laki-laki saja adalah 56,2. Berapakah berat rata-rata anak
perempuan?
Lembar Jawaban
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran Statistika perlu dikenalkan
pada siswa sejak usia sekolah dasar. Data merupakan bentuk jamak dari datum (informasi yan diperoleh dari satu
satuan pengamatan). Dalam mengumpulkan data tentu perlu melibatkan cara-cara
tertentu agar data tersebut dapat diperoleh secara tepat dan orisisnil.
Terdapat 2 cara pengumpulan data, yakni pengumpulan data primer, pengumpulan
data sekunder.
Selain dalam bentuk tabel, data
yangdiperoleh dapat disajikan dalam bentuk yang lebih jelas lagi yakni dalam
bentuk diagram. Diagram yang ada meliputi diagram batang, diagram garis,
diagram lambng (piktogram), diagram lingkaran, diagram peta (kartogram),
diagram pencar (diagram titik), histogram, poligon, ogive.
Setelah data-data yang diinginan
terkumpul, data tersebut disusun dan diklasifikasikan. Pada data tunggal (data
yang disusun berdasarkan pada besar kecilnya angka yang didapat). Penyusunan
tersebut sangat membantu dalam penyusunan kesimpulan, walaupun kesimpulan
tersebut bersifat sementara. Jumlah data tersebut masih sedikit sehingga
penggunaan cara seperti di atas masih memungkinkan untuk dilakukan. Sedangkan
untuk data dalam jumlah banyak yakni dengan pengelompokan data untuk
menyajikannya lebih mudah dengan tabel.
Rata-rata hitung dari suatu gugus data adalah jumlah
nilai-nilai data dibagi oleh banyaknya pengamatan atau banyaknya frekuensi atau
banyaknya data. Rata-rata hitung sampel dilambangkan dengan x
(dibaca x bar). Untuk
menentukan nilai rata-rata data digunakan rumus :
Modus
adalah data yang paling sering muncul dari sekelompok data yang ada. Modus juga
dapat diartikan sebagai nilai yang mempunyai frekuensi terbesar dalam suatu
kumpulan data. Modus berguna untuk mengetahui tingkat seringnya kejadian sebuah
peristiwa.
Median
adalah suatu nilai yang letaknya di tengah-tengah data setelah data itu
diurutkan secara teratur menurut besarnya. Median merupakan ukuran nilai pusat
yang digunakan untuk data yang dikelompokkan maupun data yang tidak
dikelompokkan. Nilai median sangat dipengaruhi letak urutan dari nilai kumpulan
data sehingga median sering disebut sebagai rata-rata letak.
Persoalan problem solving untuk materi statistika
untuk anak sekolah dasar sangat sering mereka jumpai. Maka dari itu, sebagai
pendidik harus pandai-pandai menstimulasi siswa untuk peka terhadap soal-soal
dalam kehidupan mereka.
3.2 Saran
Pembelajaran statistika sangat penting
untuk anak sekolah dasar. Pembeljaran statistika mampu memberikan keterampilan
pada siswa untukmenentukan rata-rata, nilai yang paling banyak muncul, dan
nilai yang membagi tepat setengah data. Keterampilan-keterampilan tersebut
sesungguhnya memberikan bekal pada siswa untuk mampu mengambil keputusan dan
mencermati apa saja yang daat ditemukan dari data yang terpampang.
DAFTAR
RUJUKAN
Ismunamto,
A. 2010. Ensiklopedia MAtematika 4: Buku Panduan Matematika. Jakarta:
Lentera Abadi.
Ismunamto,
A. 2010. Ensiklopedia MAtematika 7: Buku
Panduan Matematika. Jakarta: Lentera Abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar