Rabu, 25 April 2012

Pentingnya Keprofesionalan guru



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Guru adalah seorang pemimpin di dalm kelas. Dalam pendidikan professional, guru bias dibilang pemimpin tunggal dan mempunyi otoritas penuh. Akan tetapi, pada era sekarang keadaan guru sudah berubah, ia tidak menjadi pemimpin tunggal, maleinkan hendaknya melibatkan yang lain tau siswa untuk bersama-sama dalam menciptakan menajemen kelas yang kondusif.
Atau dalam kata lain, dahulu proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru sedangkan paradigm sekarang sudah bergesar pada siswa. Sebagaimana dalam strategi CBSA dengan konsepnya Student Centered Instruction (pembelajaran terpusat pada siswa). Belajar tuntas (Mastery Learning) dalam program pengayaannya yang berbentuk tutorial diantara temannya sendiri (Peer Tutoring).
Jika disadari lebih mendalam dominasi guru (Teacher Centerd) ini justru untuk kepentingan siswa itu sendiri agar kelak menjadi guru berwibawa di hadapannya siswanya, tidak seperti sekarang yang terjadi adalah guru banyak yang dilecehkn oleh siswa. Fakta ini tidak lepas dari prototipe guru itu sendiri yan kurang mecerminkan profesionalitasny dari aspek fisik dan psikologis dalm mencermati dan mengaplikasikan etika keguruannya.  Walaupun demikian, kita tidak boleh melawan arus bahwa dominasi guru yang berlebihan akan bertentangan dengan model pembelajaran sekarang yang bersiat individual.


1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk menjadi guru yang profesional itu?
1.2.2        Apakah tugas guru yang profesional itu?
1.2.3        Apa sajakah metode pembelajaran itu?


1.3  Tujuan
1.3.1        Mengetahui hal yang perlu diperhatikan untuk menjadi guru yang profesional.
1.3.2        Mengetahui tugas guru yang profesional.
1.3.3        Mengatahui metode pembelajaran yang tepat untuk mendukung kita menjadi guru yang profesional.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Guru
      Guru adalah sumber belajar yang baik jika dibandingkan dengan sumber belajar yang lain seperti: buku, internet, televisi, dan surat kabar. Hal ini adalah karena guru mempunyai ikatan emosional secara langsung dengan siswanya dalam bentuk kontak batiniah, sedangkan sumber belajar yang lain hanya sekedar motivasi lahiriah semata. Mencari pengertian sosok guru tidaklah mudah, berikut akan dibahas bberapa pengertian guru.
2.1.1     Guru adalah seseorang yang mempunyai minat, tidak pernah lelah dan bosan atau menambah ilmu an menyampikannya pada orang lain kapan saja.
2.1.2     Guru adalah orang yang berbakat punya kelebihan dan hasilnya sesuai harapan.
2.1.3     Guru juga dapat diartikan sebagai seseorang yang bertanggung jawab, mampu merubah pengetahuan, sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik lebih baik.
2.1.4     Guru adalah orang yang punya panggilan jiwa, mau berperan demi anak didik.
2.1.5     Dapat juga dikatakan adalah seseorang yang mempunyai idealisme, mau mendengarkan keluh kesah peserta didiknya dan mampu memberikan solusinya.
Guru menyampaikan ilmu, siswa mendengarkan, dan materi sebagi hal yang diberikan oleh guru kepada peserta didiknya. Guru dalam menyampaikan ilmu tidak semudah yang dibayangkan oleh kebanyakan orang. Artinya, guru tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu yang berupa verbalistik-fisik melainkan unsur psikologis turut andil dalam mencapai tujuannya. Di sinilah hendaknya unsur pikologis sama atau mendekati kesamaan antara guru dan siswa dan hal ini mudah untuk disatukannya. Mengajar adalah hal yang saling berkaitan dengan guru dan murid.
Mengajar adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa atau anak didik (Sudjana, 1989:7). Atau mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar atau mengatur dan mengamati lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar. Seperti yang juga diungkapkan oleh Saliwangi (1991:1), mengajar adalah usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku siswa.
Guru yang profesional sangat dibutuhkan dalam pembentukan peserta didik yang berkualitas. Menurut M. Nurdin (2004:20), guru yang profesional adalah guru yang mampu menerapkan hubungan yang berbentuk multidimensional. Sedangkan, Uzer Usman (1992:1) mengatakan bahwa guru sebagai jabatan profesional memegang peranan utama dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Sedangkan, mengajar adalah membimbing aktivitas belajar murid. Agar belajar tersebut dapat berjalan secara optimal, maka aktivitas murid sangat diperlukan. Agar kegitan pembelajaran berjalan secara efektif, maka guru harus meninkatkan kesempatan belajar untuk muridnya. Pengajar yang baik dan proses mengajar yang baik pastilah akan menghasilkan hasilan-hasilan yang tidak mengecewakan. Seperti pada pengertian pendidikan yang baik menurut Hasan Langulung (1987:35), bahwa pendidikan yang baik adalah mampu memberikan sumbangan pada semua pertumbuhan individu dalam meningkatkan, mengembangkan, dan menumbuhkan kesediaan, bakat, minat, dan kemampuan akalnya.

2.2 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Mengembangkan Keprofesionalitasan Guru
Keprofesionalan guru sangatlah diperlukan untuk terjaminnya lulusan yang dihasilkan. Kita sebagai calon guru harus mengembangkan keprofesionalitasan yang dimiliki agar peserta didik mandapat pengetahuan yang maksimal. Menurut Tatty S.B. Amran, untuk pengembangan keprofesinalitasan diperlukan KASAH (Knowledge, Ability, Skill, Attitude, Habbit).

2.2.1    Knowledge (Penngetahuan)
      Menurut Prof. Muh. Hatta, pengetahuan adalah sesuatu yang didapatkan dari membaca dan pengalaman. Seangkan ilmu pengetahuan adalah sesuat yang didapat dengan jalan keterangan (analisis). Ansari (1991:45) berpendapat bahwa terdapat empat macam pengetahuan, yakni:
2.2.1.2 Pengetahuan Biasa: pengetahuan tentang hal-hal biasa atau tentang kejadian sehari-hari.
2.2.1.2 Pengetahuan Ilmiah: pengetahuan yang mempunyai sistem an metode tertentu.
2.2.1.3 Pengetahuan Filosofis: “ilmu” yang istimewa yang dapat menjawab istilah-istilah yang tidak terjawab oleh ilmu-ilmu biasa.
2.1.2.4 Pengetahuan Teologis: pengetahuan tentang keagamaan.
                       
Sedangkan menurut Ashley Montagu, ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan hasil percobaan untuk menentukan hakekat dan prinsip tentang hal yang dipelajari. Jadi, pengetahuan adalah sesuatu yang bisa dibaca, dipelajari dan dialami oleh setiap orang. Namun, pengetahuan yang kita miliki harus diterapkan. Penerapan terhadap pengetahuan yang kita miliki tergantung pada wawasan, kepribadian, dan kepekaan seseorang dalam melihat kondisi dan situasi.
Dalam mengembangkan keprofesionalisme, menambah dan mengasah ilmu pengetahuan adalah wajib. Karena jika tanpa diasah (dengan cara menerapkannya), pengetahuan yang banyak di dalam otak kita tidak akan bermanfaat. Dalam pengembangan profesionalismean guru, menambah ilmu pengetahuan adalah wajib. Karena dalam mengembangkan keprofsionalan kita sebagai guru, menambah ilmu penetahuan tentang keguruan sangat perlu. Namun bukan berarti kita hanya mempelajari satu disiplin ilmu saja. Karena, yang jelas adalah semakin banyak ilmu yanng kita ketahui, maka semakin banyak pula wawasan yang kita miliki.
2.2.2    Ability (Kemampuan)
      Kemampuan terdiri dari dua unsur, yakni unsur yang bisa dpelajari dan unsur ilmiah. Pengetahuan dan keterampilan adalah unsur yang bisa dipelajari. Sedangkan unsur yang tidak bisa dipelajari adalah bakat. Namun, jika seseorang hanya mengandalkan bakatnya saja tanpa mengembangkan pengethuan dan keterampilan yang dimiliki, maka orang trsebut tidak akan berhasil. Orang yang berhasil itu selalu ditunjang oleh ketekunan dalam mempelajari dan mengasah kemampuannya. Oleh karena itu, potensi yang ada dalam diri kita harus senantiasa kita asah.
      Jika kita ingin mengetahui potensi diri kit, maka kita harus memahami analisis SWOT. Dimana letak kekuatan dan kelemahan diri kita, seberapa besra peluang yang dimiliki, dan sejauhmana ancaman yang menghadang. Seorang guru yang memiliki tinkat keprofesionalan yang tinggi akan senantiasa mengukur dengan berkaca pada analisa SWOT. Seberapa besar kemampuan bisa menghasilkan sebuah prestasi, tergantung pada kemauan kita untuk terus berupaya mengasahnya. Karena, prestasi profesionlitas didapat dari unsur kemauan dan kemampuan. Seseuai yang tertera pada bagan berikut ini:



KEMAMPUAN

KEMAUAN

YANG DIPELAJARI
ALAMIAH
PENGETAHUAN
KETERAMPILAN
BAKAT
BAGAN PRINSIP PENGEMBANGAN PROFESI







GAIRAH + VISI + AKSI = SUKSES
Rounded Rectangle: GAIRAH + VISI + AKSI = SUKSES      Kemampuan yang paling dasar yang paling diperlukan adalah kemampuan dalam mengantisipasi  setiap perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, ia harus mengantisipasi perubahan ini dengan banyak membaca supay bertambah ilmu pengetahuannya. Menurut Jeannette Vos (2003: 87), jika seorang guru ingin bertambah luas pengetahuannya, I harus menggunakan dunia ii sebagai ruang kelasnya. Untuk mengembangkan profesionalisme guru supaya berpengaetahuan las tentunya harus memiliki kemauan. Seperti ucapan Marylin King yng merumuskan keberhasilan dengan rumus:


2.2.3 Skill (Keterampilan)
      Keterampilan (Skill) merupakan salah satu unsur yang dapat dipeljari dalam penerapannya.keterampilan merupakan The Requisiti Knowlede and Ability.  Keterampilan mengajar merupakan pengetahuan (Knowledge) dan kemampuan (Ability) yang diperluan oleh guru dalam tugas pembelajaran.
Bagi seorang guru yang mengajar di kelas, keterampilan yang harus dimiliki adalah:
2.2.3.1   Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, sehingga perlu memiliki keterampilan menyapaikan informasi kepada anak didiknya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang benar baik lisan maupun tulisan.
2.2.3.2   Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan dalam memimpin kelompok-kelompok murid.
2.2.3.3   guru sebagai pembimbing perlu memiliki keterampilan dalam mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa.
2.2.3.4   Guru sebagai pengatur lingkungan perlu memiliki keterampilan  mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pengajaran.
2.2.3.5   Guru sebagai partisipan perlu memiliki keterampilan memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas dan memberkan penjelasan.
2.2.3.6   Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki keterampilan menyelidiki sumber-sumber masyarakat yang digunakan.
2.2.3.7   Guru sebagai perencana perlu memiliki dalam hal memilih dan meramu bahan pelajaran secara profesional.
2.2.3.8   Guru sebagai supervisor perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak didik dan ketertiban kelas.
2.2.3.9   Guru sebagai motivator perlu memiliki keterampilan mendorong motivasi belajar kelas.
2.2.3.10 Guru sebagai penanya perlu memiliki keterampilan dalam bertanya yang bisa merangsang kelas berfikir dan memecah masalah.
2.2.3.11 Guru sebagai pengajar perlu memiliki keterampilan dengan memeberikan Award kepada murid-murid yang berprestasi.
2.2.3.12 Guru sebagai evaluator, harus memiliki keterampilan dalam menilai anak didik secara objektif, kontinu dan komprehensif.
2.2.3.13 Guru sebagai konselor perlu memilii keterampilan dalam membantu anak didik yang mengalami kesulitan tertentu (Hamalik, 1991:53).
Sedangkan menurut Bfadal, eterampilan yang harus dimilki seorang guru adalah: (1) Keterampilan mengimplementasika pelajaran, (2) keterampilan merencanakan pelajaran, (3) Keterampilan menilai pelajaran. Lihat tabel di bawah ini!
TUGAS
KETERAMPILAN
PENGETAHUAN
KETERAMPILAN
1.      Perencanaan
Pengetahuan tentang: tujuan pendidikan, prinsip dan teknik perumusan tujuan, cara menganalisis pengajaran, cara menganalisis tingkah laku masukan dan karakteristik dari peserta didik, materi pengajaran, metodelogi pengajaran, media pengajaran, penggunaan pusat sumber belajar, dan metodelogi penilain pengajaran.
Kemampuan-kemampuan: mengenali tujuan pengajaran, menganalisis pengajaran, mengenali tingkah laku masukan siswa, mengidentifikasi karakteristik siswa, merumuskan tujuan performansi, mengembangkan butir-butir tes acuan patoakan, mengembangkan siasat pengajaran, menetapkan sumber pengajaran, mengembangkan dan melakukan penilaian awalrencana pengajaran dan melakukan penilaian akhir rencana pengajaran.
2.      Implementasi
Pengetahuan tentang: tujuan pendidikan, prinsip dan teknik perumusan tujuan, cara menganalisis pengajaran, cara menganalisis tingkah laku masukan dan karakteristik dari peserta didik, materi pengajaran, metodelogi pengajaran, media pengajaran, penggunaan pusat sumber belajar, dan metodelogi penilain pengajaran.
Kemampuan-kemampuan: membuka pelajaran, mengelola aktivitas pengajaran, seperti memotivasi, bertanya, menjelaskan, membandingkan, mendemonstrasikan, memberikan penguatan atau menutup pelajaran.
3.      Penilaian
Pengetahuan tentang: teknik dan alat penilaian pengajaran, kriteria penilalain pengjaran yanng baik, bentuk-bentuk tes, teknik penskoran, statistik, program perbaikan dan pengayaan.
Kemampuan-kemampuan: melakukan pengukuran, melakuka kodifikasi, melakukan penskoran, memberikan balikan, melakukan perbaikan dan pengayaan.


2.2.4 Attitude (Sikap Diri)
Sikap diri seseorang terbentuk oleh suasana lingkungan yang mengitarinya. Seorang anak pasti mulai belajar tentang dirinya melalui lingkungn yang terdekat, yaitu orang tua. Oleh karena itu, sikap diri ini perlu dikembangkan (yang baik-baik tentunya).
Menurut Allport, “Personality is the dinamic organization within the individual of those psycho-physical systems that determine his caracteristic behavior and thought.” Bahwa kepribadian mencakup aspek keseluruhan seseorang, baik fisik maupun psikis, baik yang dibawa sejak lahir maupun yang diperoleh dari pengalaman.
Menurut Zuhairini (1991:86), kepribadian adalah hasil dari proses sepanjang hidup. Kepribadian terbentuk bukan secara tiba-tiba, melainkan melali proses hidup yang sangat panjang. Sekarang dapat kita ketahui bahwa yang mempengaruhi kualitas kepribadian seseorang yang di dalamya terdapat guru yang nerkepribadian baik. Menurut Agus Maimun (2001:31), kalitas kepribadian yang dihasilkan oleh sebuah lembaga pendidikan tercermin dalam empat hal, yaitu spirtual, moral, intelektual dan profesional. Lihat bagan berikut!
SPIRITUAL

MORAL

PENGETAHUAN
PROFESIONAL
LULUSAN YANG MEMBANGGAKAN
 







      Sikap diri yang harus dipegang dengan baik menurut Tatty S.B. adalah disiplin. Disiplin merupakan sikap diri yang tidak bisa dipaksakan oleh sebuah peraturan. Sebagus apapun peraturan yang diterapkan, namun jika dalam diri seseorang tidak tertanam jiwa disiplin, maka peratutan itu tidak akan berjalan. Penerapan disiplin dapat kita lakukan mulai dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Seperti yang dijelaskan dalam konsep Aa Gym (2003:156), pendidikan yang baik adalah pendidikan diri sendiri. Konsep tersebut dikenal dengn onsep 3M.
2.2.4.1Mulailah dari diri sendiri, tidak akan ada hasil yang maksimal jika kita tidak merubah diri sendiri. Jangan pernah menyuruhorang lain untuk menjadi lebih baik bila kita tidak bisa menjadi lebih baik.
2.2.4.2 Mulailah dari hal yang kecil. Sesuatu yang besar pada hakekatnya adalah bermula dari hal-hal yang kecil. Apabila kita terbiasa dengan hal yang kecil-kecil, maka kita akan bisa mngerjakan sesuatu dengan baik.
2.2.4.3 Mulailah dari saat ini. Dalam mengajar kita harus berprinsip bahwa hari ini saya harus memaksimalkan potensi saya untuk mengajar kepada anak didik, siapa tahu besok saya tidak akan berjumpa lagi dengan mereka.
Kesimpulannya, sikap diri yang harus dimiliki oleh guru yang sangat penting dalam proses pengembangan profesionalitas adalah disiplin yang tinggi, percaya diri yang positif,akrab dan ramah, akomodatif, dan berani berkata karena benar.

2.2.5 Habbit (Kebiasaan Diri)
      Kebiasan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus yng tumbuh dalam pikiran. Pengembangan kebiasaan diri harus selau dilandasi dengan kesadaran bahwa usaha tersebut membutuhkan proses yang cukup panjang. Kebiasaan tersebur misalnya menyapa anak didik dengan ramah, memberikan pujian kepada anak didik dengan tulus, menyampaikan rasa simpati, menyampaikan rasa penghargaan terhadap kerabat, teman sejawa dan anak didik yang berprestasi, dan lain-lain. Seorang guru yang menjadi Public Figure di tengah-tegah anak didiny, sudah pasti harus mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang baik, supaya anak didik memberikan penilaian yang baik kepada kita dan anak didik merasa senagng apabila kita mengajar merka. Apabila peserta didik merasa senagn saat mengikuti kegiatan pemelajaran yang kita laksanakan, maka niscaya tujuan pembelajaran yang kita lakukan dapat tercapai.


2.3              Tugas Guru
Secara garis besar, ada tiga hal yang utama yang menjadi tugas guru, yakni:
2.3.1        Profesi
Mendidik untuk meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup peserta didik dan masyarakatny. Dan mengajar untuk meneruskan, mengembangkan IPTEK, keterampilan, kealian dan menerapkannya. Tugas guru sebagai profesi ini menuntut adanya profesional dan profesionalisasi. Profesionl adalah keahlian yang dmiliki oleh seorang guru sebagai bukti kompetensinya untuk melyani dan membuat orang lain menjadi lebi baik. Sedangkan, profesionalisasi adalah usaha untuk selalu meningkatkan potensinya tanpa terbatasi oleh tempat dan waktu.
2.3.2        Kemanusiaan
Guru sering dianggap menjadi orangtua kudua bagi peserta didiknya. Sehingga guru hendaknya bisa menjadi homoludens, homopuber, dan homosapiens. Tugas kemanusiaan ini mengingatkan pada guru bahwa guru ditantang untuk mempunyai kelebihan daripada manuia yang berprofesi lainnya. Guru harus lebih aktif dan bijaksana dalam memperlakukan manusialain seperti dirinya sendiri.
2.3.3        Kemsyarakatan
Guru harus mampu mencerdakan bangsa Indonesia, mampu mendidik serta mengajar masyarakat Indonesia agar menjadi Warga Negara Indonesia yang bermoral pancasila. Tugas guru kemsyarakatan ini lebih menekankan kepada pada upaya guru dalam membimbing warga sekitar untuk peka terhadap nasib kemiskinan intelektual.
Bila seorang guru tidak dpat mnerapkan tugasnya dengan baik, maka guru tersebut dikatakan adalah guru pseudo (topeng) yang mengutamakan kepentingan sendiri dan memperoleh pengakuan dari masyarakat sebagai jabatan yang masih dihormati.

2.4  Metode Mengajar
Sebagai seorang guru, kita dianjurkan untuk mengkaji strategi atau metode yang akan kita gunakn dalam pembelajaran di dalam kelas. Kita juga harus berlatih untuk mengembangkannya agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
2.4.1    Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum memilih metode pembelajaran
Sebagai seorang guru, kita harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini sebelum memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik:
2.4.1.1     Keadaan siswa dari tingkat kecerdasan, kematangan berfikir dan perbedaan individu siswa.
2.4.1.2     Tujuan yang hendak dapai dalam suatu pembelajaran.
2.4.1.3     Situasi kelas dan lingkungan. Misalnya kelasyang terdapat banyak murid lebih baik menggunakan metode ceramah, da bila jumlah muridnya hanya sedikit, maka bisa menggunakan metode diskusi.
2.4.1.4     Meia yang tersdia. Misalnya saat pelajaran listening dalam Bahasa Inggris, maka kita harus menyediakn alatnya, bisa seperti tape radio, atau murid-murid dibawa ke dalam laboratorium bahasa.
2.4.1.5     Kemampua guru itu sendiri secara fisik. Misal guru yang mempunyaipenyakit ama janganlah sering menggunakan metode ceramah.
2.4.1.6     Sifat bahan ajar. Yakni ada beberapa mata pelajaran yang paling tepat menggunakan metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, dan lain-lain. Dengan demikian, tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan sembarang metoe di dalamnya.
2.4.2        Adapun macam-macam metode pengajaran antara lain terbagi atas dua, yaitu:
2.4.2.1     Metode pengajaran Konvensional
a)      Metode pengajaran pembiasaan
Membentuk pola pikir, pola sikap dan pola tindak peserta didik agar menjadi lebih matang.
b)      Metode pengajaran keteladanan
Guru menjadi sosok yang diteladani bagi murid-muridnya. Sehingga apapun yang kita lakukan adalah menarik dan sangat baik jika dilakukuan oleh mereka.
c)      Metode pengajaran penghargaan
Sebagai sorang guru,kita harus biisa memberikan semangat kepada pesrta didik agar terus mencapai hasil yang maksimal. Misalnya dengan memberikan hadiah keada peserta didik yang memeperoleh prestasi akademik maupun tingkah laku.
d)     Metode pengajaran hukuman
Metode ini bertujuan agar peserta didik tidak mudah beruat negatif, atau denagn meniru apa yang telah dilihatnya. Atau dapat jua dikatakan sebagai media preventif represif bagi peserta didik . atau dapat juga dikatakan bahwa metode ini merupakan implementasi dari sikap dan perilaku peserta didik yang tidak baik.
e)      Metode pengajaran ceramah
Cara menyampaikan materi terhadap peserat didik secara lisan atau penerangan.
f)       Metode pengajaran tanya jawab
Guru yang mengajukan pertanyaan dan siswa menjawabnya.melalui metode ini, kita dapat mengetahui seberapa besar pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik.
g)      Metode pengajaran diskusi
Percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok untuk mencari suatu kebenaran (Mansyur, 1982:97).
h)      Metode pengajaran resitasi
Cara untuk menyajikan bahan pelajaran di mana guru memberikan tuas kepada peserta didik untuk sesuatu, kemudian peserta dididk harus mempertangung jawabkannya kepada guru.
i)        Metode pengajaran karya wisata
Mengajak peserta didik untuk keluar kelas agar peserta didik dapat melihat hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan pelajaran.
j)        Metode pengajaran latihan
Menekankan agar siswa memiliki keterampilan yang tinggi dari apa yang telah dipelajari (Roestiyh, 1991:125).
k)      Metode pengajaran simulasi
Siswa memerankan tugas orang lain dalam dirinya. Diharapkan siswa mempunyai pesan moral yang sesuai tingkat pikir, sikap dan keterampilanpeserta didik.
l)        Metode pengajaran kerja kelompok
Siswa dikelompokkan dengan cara sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2.4.2.2     Metode pengajaran Inkonvensional
a)      Metode pengajaran modul
Proses pembelajaran tentang suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya oleh guru (Mulyasa, 2003:43)
b)      Metode pengajaran berprograma
Memungkinkan siswa untuk mempelajari tertentu, terbagi atas bagian-bagian kecil yang dirangkaikan secara berurutan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Dalam metode ini, siswa memepelajari sendiri uraian tertulis, kemudian memberikan jawaban atas pertanyaan (tertulis pula) dan atas jawaban tersebut, siswa segera mendapat umpan balik (W.S. Winkel 1989:279).
c)      Metode pengajaran unit
Sistem pengajaran yang berpusat terhadap suatu masalah dan dipecahkan secara keseluruhan sehingga mempunya arti (Engkoswara, 1984:1).
d)     Metode pengajaran CBSA
Menuntut keaktifan dan partisipasi subjek didik seoptimal mungkin sehingga sisa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.
e)      Metode pengajaran KBK
Konsep kurikulum yang menekankan kepada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standard performansi tertentu (kompetensi) sehingga hasilnya bisa dirasakn oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
f)       Metode pengajaran KTSP
Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan yang terdiri dari guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan dewan pendidikan. Untuk merealisasikan KTSP ini tentu disesuaikan dengan satuan pendidikan, potensi sekolah atau daerah, karakteristik sekolah atau daerah, sosial budaya msyarakat setempat dan karakteristikpeserta didik.
2.5  Macam-macam Gaya Mengajar
Profesi guru memang tidak luput dari resiko tidak disenangi oleh muridnya. Sikap tidak senang yang ditujukan kepad guru pada dasrnya tidak hanya berasal dari siswa itu sendiri, melainkan juga berasal dari guru itu sendiri. Misalnya: guru tidak objektif, guru malas, guru sering marah, guru tidak menghargai pendapat siswa, guru brwawasan sempit, guru tidak terlalu menguasai materi yang akan diajarkan, guru  yang tidak bermoral, dan yang paling sering adalah gaya mengajar guru yang monoton dan membosankan.
Sebaliknya, banyak guru yang disenangi oleh muridnya karena guru tersebut adil, rajin, tegas, sabar, toleran, berwawasan luas, menguasai bidang studi yang disampaikan, dan gaya mengajarnya yang baik, variatif, inovatif, serta mudah diterima oleh peserta didiknya. Berikut akan dibahas mengenai gaya mengajar yang meliputi: gaya mengajar klasik, teknologis, personalisasi, dan interaksional.
2.5.1        Gaya mengajar Klasik
Pada gaya mengajar ini, guru maih menerapkan konsepsi bahwa guru adalah menjadi satu-satunya sumber belajar dengan berbagai konsekuensi yang harus diterimanya. Guru mendominasi kelas dengan tanpa memberi kesempatan siswa untuk kreatif. Gaya mengajar ini suah tidak sesuai lagi jika diterapkan lagi. Karena pada saat ini, terjadi pergeseran paradigma dari techer centered menjadi student centered. Hal ini terjadi karena perkembangan teknologi. Jadi, bila masih ada guru yang menerapkan gaya mengajar ini, maka hal ini justru akan menghambat kemajuan siswa. Ciri-ciri gaya mengajar klasik adalah:
2.5.1.1  Bahan pelajaran: berupa sejumlah informasi dan ide yang sudah diketahui oleh siswa, sudah populer, jelas, bersifat objektif, sistematis dan logis.
2.5.1.2  Proses penyampaian materi: menyampaikan nilai-nlai lama dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya yang bersifat memelihara, tidak didasarkan pada minat siswa, hanya didasarkan pada urutan tertentu.
2.5.1.3  Peran siswa: pasif, hanya diberikan pelajaran untuk didengarkan.
2.5.1.4  Peran guru: dominan, hanya menyampaikan bahan ajar, otoriter, namun guru adalah sosok yng benar-benar ahli.

2.5.2        Gaya mengajar Teknologis
Gaya mengajar teknologis ini mensyaratkan guru untuk berpegang pada meia yang tersedia. Guru mengajar dengan memperhatikan kesiapan siswa dan selalu memberi rangsangan kepada anak didiknya untuk mempelajari pengetahuan yang sesuai dengan minatnya sehingga memberikan manfat yang optimal bagi siswa itu sendiri. Dengan kebebasan siswa dalam memilih mata pelajaran dan diperkenankannya penggunaan seperangkat media, maka bukannya mengurangi peran guru melainkan guru harus selalu memantau perkembangan peserta didik sehingga belajar siswa didapat secara optimal.
Ciri-ciri gaya mengajar teknologis:
2.5.2.1  bahan pelajaran: terprogram sedemikian rupa dalam perangkat lunak (software) dan keras (hardware) yang ditekankan kepada kompetensi siswa secara individual, disusun oleh ahlinya masing-masing, materi ajar terakait dengan bahan data objektif dan keterampilan siswa untuk menunjang kompetensinya.
2.5.2.2  Proses penyampain materi: manyampaikan sesuai dengan tingkat kesiapan siswa, memberi stimulan kepada siswa untuk dijawab.
2.5.2.3  Peran siswa: memepelajari apa yang dapat memberi manfaat pada dirinya, dan blajar dengan menggunakan media secukupnyha, mereapon apa yang diajukan kepadanya dengan bantuan media.
2.5.2.4  Peran guru adalah: pemandu (membimbing siswa dalam belajar), pengarah (memberikan petunjuk pada siswa dalam belajar), fasilitator (memberikan kemudahan kepada siswa dalam belajar).
2.5.3        Gaya mengajar Personalisasi
Guru yng mempunyai prinsip seperti ini, ia akan selalu meningkatkan belajarnya, dan juga senantiasa memandang anak didiknya seperti dirinya sendiri. Guru tidak bisa memaksa peserta didiknya untuk sama dengan gurunya, karena guru mengetahui bahwa setiap anak didiknya mempunyai bakat, minat dan kecenderungan yang berbeda-beda. Siswa dipandang sebagai seorang pribadi yang bisa dikembangkan potensinya. Ciri gaya mengajar personalisasi adalah:
2.5.3.1  Bahan pengajaran: disusun secara situasional sesuai dengan kebutuhan siswa secara individual.
2.5.3.2  Proses penyampaian materi: menyampaikan materi sesuai dengan perkembangan mental, emosional dan kecerdasan siswa.
2.5.3.3  Peran siswa: dominan dan dipandang sebagai pribadi.
2.5.3.4  Peran guru: membantu dan menuntun perkembangan siswa melalui pengalaman belajar, menjadi psikolog, menguasai metodologi pengajaran, dan sebagai narasumber.
2.5.4        Gaya mengajar Interaksional
Guru dalam pengajaran interaksionis selalu mengedepankan dialogis dengan siswanya sebagai bentuk interaksi yang dinamis. Guru dan siswa atau siswa dengan siswa saling ketergantungan, artinya mereka sama-sama menjadi subjek pengajaran dan tidak ada yang dianggap yang paling lebih atau yang paling kurang. Berikut adalah ciri gaya mengajar interaksionis:
2.5.4.1  Bahan pelajaran: barupa masalah-masalah situasional yang terkait sosio kultural dan kontemporer.
2.5.4.2  Proses penyampain materi: menyampaikan dengan dua arah, dialogis, tanya jawab guru dengan siswa, siswa dengan siswa.
2.5.4.3  Peran siswa: dominan, mengemukakan pandangannya tentang realita, mendengarkan pendapat temannya, memodifikasi berbagai ide untuk mencari bentuk baru yang lebih tajam dan valid.
2.5.4.4  Peran guru: dominan, menciptakan iklim belajar saling ketergantungan dan bersama siswa memodifikasi berbagai ide atau pengetahuan untuk mencari berbagai bentuk baru yang lebih tajam dan valid.



BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan
3.1.1    Untuk pengembangan keprofesinalitasan diperlukan KASAH, yaitu:
a)   Knowledge     à Pengetahuan
b)   Ability           àKemampuan
c)   Skill               à Keterampilan
d)   Attitude         à Sikap diri
e)   Habbit           à Kebiasaan diri
3.1.2        Tugas guru yang profesional adalah:
a)      Profesi
Tugas guru sebagai profesi ini menuntut adanya profesional dan profesionalisasi.
b)      Kemanusiaan
Tugas kemanusiaan ini mengingatkan pada guru bahwa guru ditantang untuk mempunyai kelebihan daripada manuia yang berprofesi lainnya. Guru harus lebih aktif dan bijaksana dalam memperlakukan manusia lain seperti dirinya sendiri.
c)      Kemsyarakatan
Tugas guru kemsyarakatan ini lebih menekankan kepada pada upaya guru dalam membimbing warga sekitar untuk peka terhadap nasib kemiskinan intelektual.

3.1.3        Macam-macam metode pembelajaran:
Terdapat dua metode pembelajaran, yakni metode pembelajaran konvensional dan inkonvensional.
3.1.3.1     Metode pengajaran Konvensional
a)      Metode pengajaran pembiasaan
b)      Metode pengajaran keteladanan
c)      Metode pengajaran penghargaan
d)     Metode pengajaran hukuman
e)      Metode pengajaran ceramah
f)       Metode pengajaran tanya jawab
g)      Metode pengajaran diskusi
h)      Metode pengajaran resitasi
i)        Metode pengajaran karya wisata
j)        Metode pengajaran latihan
k)      Metode pengajaran simulasi
l)        Metode pengajaran kerja kelompok

3.1.3.2     Metode pengajaran Inkonvensional
a)      Metode pengajaran modul
b)      Metode pengajaran berprograma
c)      Metode pengajaran unit
d)     Metode pengajaran CBSA
e)      Metode pengajaran KBK
f)       Metode pengajaran KTSP
.
3.1              Saran
Sebagai seorang guru yang profesional, kita harus bisa pandai-pandai dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dari pembelajaran tesebut. Di samping itu, kita juga harus bisa menarik hati siswa agar siswa dapat menerima apa yang kita ajarkan bisa maksimal. Misalnya dalam pemilihan gaya mengajar yang sesuai denagn kondisi perkembngan fisik maupun psikis siswa, dan laian-lain.



DAFTAR RUJUKAN

Nurdin, M. 2004. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-ruzz media yogya.
Thoifuri. 2008. Menjadi Guru Inisiator. Kudus: STAIN kudus press.
Usman, Uzer Moh. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Saliwangi, Basennang. 1991. Pengantar Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang.
Sudjana, Nana. 1975. Apa dan Bagaimana Mengajar. Bandung: Ideal.
Roestiyah. 1991. Strategi Belaja Mengajar. Jakarta: Bineka Cipta.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winkel, W.S. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Engkoswara. 1984. Dasar-dasar Metodologi Penngajaran. Jakarta: Bina Aksara.



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Guru adalah seorang pemimpin di dalm kelas. Dalam pendidikan professional, guru bias dibilang pemimpin tunggal dan mempunyi otoritas penuh. Akan tetapi, pada era sekarang keadaan guru sudah berubah, ia tidak menjadi pemimpin tunggal, maleinkan hendaknya melibatkan yang lain tau siswa untuk bersama-sama dalam menciptakan menajemen kelas yang kondusif.
Atau dalam kata lain, dahulu proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru sedangkan paradigm sekarang sudah bergesar pada siswa. Sebagaimana dalam strategi CBSA dengan konsepnya Student Centered Instruction (pembelajaran terpusat pada siswa). Belajar tuntas (Mastery Learning) dalam program pengayaannya yang berbentuk tutorial diantara temannya sendiri (Peer Tutoring).
Jika disadari lebih mendalam dominasi guru (Teacher Centerd) ini justru untuk kepentingan siswa itu sendiri agar kelak menjadi guru berwibawa di hadapannya siswanya, tidak seperti sekarang yang terjadi adalah guru banyak yang dilecehkn oleh siswa. Fakta ini tidak lepas dari prototipe guru itu sendiri yan kurang mecerminkan profesionalitasny dari aspek fisik dan psikologis dalm mencermati dan mengaplikasikan etika keguruannya.  Walaupun demikian, kita tidak boleh melawan arus bahwa dominasi guru yang berlebihan akan bertentangan dengan model pembelajaran sekarang yang bersiat individual.


1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk menjadi guru yang profesional itu?
1.2.2        Apakah tugas guru yang profesional itu?
1.2.3        Apa sajakah metode pembelajaran itu?


1.3  Tujuan
1.3.1        Mengetahui hal yang perlu diperhatikan untuk menjadi guru yang profesional.
1.3.2        Mengetahui tugas guru yang profesional.
1.3.3        Mengatahui metode pembelajaran yang tepat untuk mendukung kita menjadi guru yang profesional.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Guru
      Guru adalah sumber belajar yang baik jika dibandingkan dengan sumber belajar yang lain seperti: buku, internet, televisi, dan surat kabar. Hal ini adalah karena guru mempunyai ikatan emosional secara langsung dengan siswanya dalam bentuk kontak batiniah, sedangkan sumber belajar yang lain hanya sekedar motivasi lahiriah semata. Mencari pengertian sosok guru tidaklah mudah, berikut akan dibahas bberapa pengertian guru.
2.1.1     Guru adalah seseorang yang mempunyai minat, tidak pernah lelah dan bosan atau menambah ilmu an menyampikannya pada orang lain kapan saja.
2.1.2     Guru adalah orang yang berbakat punya kelebihan dan hasilnya sesuai harapan.
2.1.3     Guru juga dapat diartikan sebagai seseorang yang bertanggung jawab, mampu merubah pengetahuan, sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik lebih baik.
2.1.4     Guru adalah orang yang punya panggilan jiwa, mau berperan demi anak didik.
2.1.5     Dapat juga dikatakan adalah seseorang yang mempunyai idealisme, mau mendengarkan keluh kesah peserta didiknya dan mampu memberikan solusinya.
Guru menyampaikan ilmu, siswa mendengarkan, dan materi sebagi hal yang diberikan oleh guru kepada peserta didiknya. Guru dalam menyampaikan ilmu tidak semudah yang dibayangkan oleh kebanyakan orang. Artinya, guru tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu yang berupa verbalistik-fisik melainkan unsur psikologis turut andil dalam mencapai tujuannya. Di sinilah hendaknya unsur pikologis sama atau mendekati kesamaan antara guru dan siswa dan hal ini mudah untuk disatukannya. Mengajar adalah hal yang saling berkaitan dengan guru dan murid.
Mengajar adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa atau anak didik (Sudjana, 1989:7). Atau mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar atau mengatur dan mengamati lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar. Seperti yang juga diungkapkan oleh Saliwangi (1991:1), mengajar adalah usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku siswa.
Guru yang profesional sangat dibutuhkan dalam pembentukan peserta didik yang berkualitas. Menurut M. Nurdin (2004:20), guru yang profesional adalah guru yang mampu menerapkan hubungan yang berbentuk multidimensional. Sedangkan, Uzer Usman (1992:1) mengatakan bahwa guru sebagai jabatan profesional memegang peranan utama dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Sedangkan, mengajar adalah membimbing aktivitas belajar murid. Agar belajar tersebut dapat berjalan secara optimal, maka aktivitas murid sangat diperlukan. Agar kegitan pembelajaran berjalan secara efektif, maka guru harus meninkatkan kesempatan belajar untuk muridnya. Pengajar yang baik dan proses mengajar yang baik pastilah akan menghasilkan hasilan-hasilan yang tidak mengecewakan. Seperti pada pengertian pendidikan yang baik menurut Hasan Langulung (1987:35), bahwa pendidikan yang baik adalah mampu memberikan sumbangan pada semua pertumbuhan individu dalam meningkatkan, mengembangkan, dan menumbuhkan kesediaan, bakat, minat, dan kemampuan akalnya.

2.2 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Mengembangkan Keprofesionalitasan Guru
Keprofesionalan guru sangatlah diperlukan untuk terjaminnya lulusan yang dihasilkan. Kita sebagai calon guru harus mengembangkan keprofesionalitasan yang dimiliki agar peserta didik mandapat pengetahuan yang maksimal. Menurut Tatty S.B. Amran, untuk pengembangan keprofesinalitasan diperlukan KASAH (Knowledge, Ability, Skill, Attitude, Habbit).

2.2.1    Knowledge (Penngetahuan)
      Menurut Prof. Muh. Hatta, pengetahuan adalah sesuatu yang didapatkan dari membaca dan pengalaman. Seangkan ilmu pengetahuan adalah sesuat yang didapat dengan jalan keterangan (analisis). Ansari (1991:45) berpendapat bahwa terdapat empat macam pengetahuan, yakni:
2.2.1.2 Pengetahuan Biasa: pengetahuan tentang hal-hal biasa atau tentang kejadian sehari-hari.
2.2.1.2 Pengetahuan Ilmiah: pengetahuan yang mempunyai sistem an metode tertentu.
2.2.1.3 Pengetahuan Filosofis: “ilmu” yang istimewa yang dapat menjawab istilah-istilah yang tidak terjawab oleh ilmu-ilmu biasa.
2.1.2.4 Pengetahuan Teologis: pengetahuan tentang keagamaan.
                       
Sedangkan menurut Ashley Montagu, ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan hasil percobaan untuk menentukan hakekat dan prinsip tentang hal yang dipelajari. Jadi, pengetahuan adalah sesuatu yang bisa dibaca, dipelajari dan dialami oleh setiap orang. Namun, pengetahuan yang kita miliki harus diterapkan. Penerapan terhadap pengetahuan yang kita miliki tergantung pada wawasan, kepribadian, dan kepekaan seseorang dalam melihat kondisi dan situasi.
Dalam mengembangkan keprofesionalisme, menambah dan mengasah ilmu pengetahuan adalah wajib. Karena jika tanpa diasah (dengan cara menerapkannya), pengetahuan yang banyak di dalam otak kita tidak akan bermanfaat. Dalam pengembangan profesionalismean guru, menambah ilmu pengetahuan adalah wajib. Karena dalam mengembangkan keprofsionalan kita sebagai guru, menambah ilmu penetahuan tentang keguruan sangat perlu. Namun bukan berarti kita hanya mempelajari satu disiplin ilmu saja. Karena, yang jelas adalah semakin banyak ilmu yanng kita ketahui, maka semakin banyak pula wawasan yang kita miliki.
2.2.2    Ability (Kemampuan)
      Kemampuan terdiri dari dua unsur, yakni unsur yang bisa dpelajari dan unsur ilmiah. Pengetahuan dan keterampilan adalah unsur yang bisa dipelajari. Sedangkan unsur yang tidak bisa dipelajari adalah bakat. Namun, jika seseorang hanya mengandalkan bakatnya saja tanpa mengembangkan pengethuan dan keterampilan yang dimiliki, maka orang trsebut tidak akan berhasil. Orang yang berhasil itu selalu ditunjang oleh ketekunan dalam mempelajari dan mengasah kemampuannya. Oleh karena itu, potensi yang ada dalam diri kita harus senantiasa kita asah.
      Jika kita ingin mengetahui potensi diri kit, maka kita harus memahami analisis SWOT. Dimana letak kekuatan dan kelemahan diri kita, seberapa besra peluang yang dimiliki, dan sejauhmana ancaman yang menghadang. Seorang guru yang memiliki tinkat keprofesionalan yang tinggi akan senantiasa mengukur dengan berkaca pada analisa SWOT. Seberapa besar kemampuan bisa menghasilkan sebuah prestasi, tergantung pada kemauan kita untuk terus berupaya mengasahnya. Karena, prestasi profesionlitas didapat dari unsur kemauan dan kemampuan. Seseuai yang tertera pada bagan berikut ini:



KEMAMPUAN

KEMAUAN

YANG DIPELAJARI
ALAMIAH
PENGETAHUAN
KETERAMPILAN
BAKAT
BAGAN PRINSIP PENGEMBANGAN PROFESI







GAIRAH + VISI + AKSI = SUKSES
Rounded Rectangle: GAIRAH + VISI + AKSI = SUKSES      Kemampuan yang paling dasar yang paling diperlukan adalah kemampuan dalam mengantisipasi  setiap perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, ia harus mengantisipasi perubahan ini dengan banyak membaca supay bertambah ilmu pengetahuannya. Menurut Jeannette Vos (2003: 87), jika seorang guru ingin bertambah luas pengetahuannya, I harus menggunakan dunia ii sebagai ruang kelasnya. Untuk mengembangkan profesionalisme guru supaya berpengaetahuan las tentunya harus memiliki kemauan. Seperti ucapan Marylin King yng merumuskan keberhasilan dengan rumus:


2.2.3 Skill (Keterampilan)
      Keterampilan (Skill) merupakan salah satu unsur yang dapat dipeljari dalam penerapannya.keterampilan merupakan The Requisiti Knowlede and Ability.  Keterampilan mengajar merupakan pengetahuan (Knowledge) dan kemampuan (Ability) yang diperluan oleh guru dalam tugas pembelajaran.
Bagi seorang guru yang mengajar di kelas, keterampilan yang harus dimiliki adalah:
2.2.3.1   Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, sehingga perlu memiliki keterampilan menyapaikan informasi kepada anak didiknya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang benar baik lisan maupun tulisan.
2.2.3.2   Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan dalam memimpin kelompok-kelompok murid.
2.2.3.3   guru sebagai pembimbing perlu memiliki keterampilan dalam mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa.
2.2.3.4   Guru sebagai pengatur lingkungan perlu memiliki keterampilan  mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pengajaran.
2.2.3.5   Guru sebagai partisipan perlu memiliki keterampilan memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas dan memberkan penjelasan.
2.2.3.6   Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki keterampilan menyelidiki sumber-sumber masyarakat yang digunakan.
2.2.3.7   Guru sebagai perencana perlu memiliki dalam hal memilih dan meramu bahan pelajaran secara profesional.
2.2.3.8   Guru sebagai supervisor perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak didik dan ketertiban kelas.
2.2.3.9   Guru sebagai motivator perlu memiliki keterampilan mendorong motivasi belajar kelas.
2.2.3.10 Guru sebagai penanya perlu memiliki keterampilan dalam bertanya yang bisa merangsang kelas berfikir dan memecah masalah.
2.2.3.11 Guru sebagai pengajar perlu memiliki keterampilan dengan memeberikan Award kepada murid-murid yang berprestasi.
2.2.3.12 Guru sebagai evaluator, harus memiliki keterampilan dalam menilai anak didik secara objektif, kontinu dan komprehensif.
2.2.3.13 Guru sebagai konselor perlu memilii keterampilan dalam membantu anak didik yang mengalami kesulitan tertentu (Hamalik, 1991:53).
Sedangkan menurut Bfadal, eterampilan yang harus dimilki seorang guru adalah: (1) Keterampilan mengimplementasika pelajaran, (2) keterampilan merencanakan pelajaran, (3) Keterampilan menilai pelajaran. Lihat tabel di bawah ini!
TUGAS
KETERAMPILAN
PENGETAHUAN
KETERAMPILAN
1.      Perencanaan
Pengetahuan tentang: tujuan pendidikan, prinsip dan teknik perumusan tujuan, cara menganalisis pengajaran, cara menganalisis tingkah laku masukan dan karakteristik dari peserta didik, materi pengajaran, metodelogi pengajaran, media pengajaran, penggunaan pusat sumber belajar, dan metodelogi penilain pengajaran.
Kemampuan-kemampuan: mengenali tujuan pengajaran, menganalisis pengajaran, mengenali tingkah laku masukan siswa, mengidentifikasi karakteristik siswa, merumuskan tujuan performansi, mengembangkan butir-butir tes acuan patoakan, mengembangkan siasat pengajaran, menetapkan sumber pengajaran, mengembangkan dan melakukan penilaian awalrencana pengajaran dan melakukan penilaian akhir rencana pengajaran.
2.      Implementasi
Pengetahuan tentang: tujuan pendidikan, prinsip dan teknik perumusan tujuan, cara menganalisis pengajaran, cara menganalisis tingkah laku masukan dan karakteristik dari peserta didik, materi pengajaran, metodelogi pengajaran, media pengajaran, penggunaan pusat sumber belajar, dan metodelogi penilain pengajaran.
Kemampuan-kemampuan: membuka pelajaran, mengelola aktivitas pengajaran, seperti memotivasi, bertanya, menjelaskan, membandingkan, mendemonstrasikan, memberikan penguatan atau menutup pelajaran.
3.      Penilaian
Pengetahuan tentang: teknik dan alat penilaian pengajaran, kriteria penilalain pengjaran yanng baik, bentuk-bentuk tes, teknik penskoran, statistik, program perbaikan dan pengayaan.
Kemampuan-kemampuan: melakukan pengukuran, melakuka kodifikasi, melakukan penskoran, memberikan balikan, melakukan perbaikan dan pengayaan.


2.2.4 Attitude (Sikap Diri)
Sikap diri seseorang terbentuk oleh suasana lingkungan yang mengitarinya. Seorang anak pasti mulai belajar tentang dirinya melalui lingkungn yang terdekat, yaitu orang tua. Oleh karena itu, sikap diri ini perlu dikembangkan (yang baik-baik tentunya).
Menurut Allport, “Personality is the dinamic organization within the individual of those psycho-physical systems that determine his caracteristic behavior and thought.” Bahwa kepribadian mencakup aspek keseluruhan seseorang, baik fisik maupun psikis, baik yang dibawa sejak lahir maupun yang diperoleh dari pengalaman.
Menurut Zuhairini (1991:86), kepribadian adalah hasil dari proses sepanjang hidup. Kepribadian terbentuk bukan secara tiba-tiba, melainkan melali proses hidup yang sangat panjang. Sekarang dapat kita ketahui bahwa yang mempengaruhi kualitas kepribadian seseorang yang di dalamya terdapat guru yang nerkepribadian baik. Menurut Agus Maimun (2001:31), kalitas kepribadian yang dihasilkan oleh sebuah lembaga pendidikan tercermin dalam empat hal, yaitu spirtual, moral, intelektual dan profesional. Lihat bagan berikut!
SPIRITUAL

MORAL

PENGETAHUAN
PROFESIONAL
LULUSAN YANG MEMBANGGAKAN
 







      Sikap diri yang harus dipegang dengan baik menurut Tatty S.B. adalah disiplin. Disiplin merupakan sikap diri yang tidak bisa dipaksakan oleh sebuah peraturan. Sebagus apapun peraturan yang diterapkan, namun jika dalam diri seseorang tidak tertanam jiwa disiplin, maka peratutan itu tidak akan berjalan. Penerapan disiplin dapat kita lakukan mulai dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Seperti yang dijelaskan dalam konsep Aa Gym (2003:156), pendidikan yang baik adalah pendidikan diri sendiri. Konsep tersebut dikenal dengn onsep 3M.
2.2.4.1Mulailah dari diri sendiri, tidak akan ada hasil yang maksimal jika kita tidak merubah diri sendiri. Jangan pernah menyuruhorang lain untuk menjadi lebih baik bila kita tidak bisa menjadi lebih baik.
2.2.4.2 Mulailah dari hal yang kecil. Sesuatu yang besar pada hakekatnya adalah bermula dari hal-hal yang kecil. Apabila kita terbiasa dengan hal yang kecil-kecil, maka kita akan bisa mngerjakan sesuatu dengan baik.
2.2.4.3 Mulailah dari saat ini. Dalam mengajar kita harus berprinsip bahwa hari ini saya harus memaksimalkan potensi saya untuk mengajar kepada anak didik, siapa tahu besok saya tidak akan berjumpa lagi dengan mereka.
Kesimpulannya, sikap diri yang harus dimiliki oleh guru yang sangat penting dalam proses pengembangan profesionalitas adalah disiplin yang tinggi, percaya diri yang positif,akrab dan ramah, akomodatif, dan berani berkata karena benar.

2.2.5 Habbit (Kebiasaan Diri)
      Kebiasan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus yng tumbuh dalam pikiran. Pengembangan kebiasaan diri harus selau dilandasi dengan kesadaran bahwa usaha tersebut membutuhkan proses yang cukup panjang. Kebiasaan tersebur misalnya menyapa anak didik dengan ramah, memberikan pujian kepada anak didik dengan tulus, menyampaikan rasa simpati, menyampaikan rasa penghargaan terhadap kerabat, teman sejawa dan anak didik yang berprestasi, dan lain-lain. Seorang guru yang menjadi Public Figure di tengah-tegah anak didiny, sudah pasti harus mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang baik, supaya anak didik memberikan penilaian yang baik kepada kita dan anak didik merasa senagng apabila kita mengajar merka. Apabila peserta didik merasa senagn saat mengikuti kegiatan pemelajaran yang kita laksanakan, maka niscaya tujuan pembelajaran yang kita lakukan dapat tercapai.


2.3              Tugas Guru
Secara garis besar, ada tiga hal yang utama yang menjadi tugas guru, yakni:
2.3.1        Profesi
Mendidik untuk meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup peserta didik dan masyarakatny. Dan mengajar untuk meneruskan, mengembangkan IPTEK, keterampilan, kealian dan menerapkannya. Tugas guru sebagai profesi ini menuntut adanya profesional dan profesionalisasi. Profesionl adalah keahlian yang dmiliki oleh seorang guru sebagai bukti kompetensinya untuk melyani dan membuat orang lain menjadi lebi baik. Sedangkan, profesionalisasi adalah usaha untuk selalu meningkatkan potensinya tanpa terbatasi oleh tempat dan waktu.
2.3.2        Kemanusiaan
Guru sering dianggap menjadi orangtua kudua bagi peserta didiknya. Sehingga guru hendaknya bisa menjadi homoludens, homopuber, dan homosapiens. Tugas kemanusiaan ini mengingatkan pada guru bahwa guru ditantang untuk mempunyai kelebihan daripada manuia yang berprofesi lainnya. Guru harus lebih aktif dan bijaksana dalam memperlakukan manusialain seperti dirinya sendiri.
2.3.3        Kemsyarakatan
Guru harus mampu mencerdakan bangsa Indonesia, mampu mendidik serta mengajar masyarakat Indonesia agar menjadi Warga Negara Indonesia yang bermoral pancasila. Tugas guru kemsyarakatan ini lebih menekankan kepada pada upaya guru dalam membimbing warga sekitar untuk peka terhadap nasib kemiskinan intelektual.
Bila seorang guru tidak dpat mnerapkan tugasnya dengan baik, maka guru tersebut dikatakan adalah guru pseudo (topeng) yang mengutamakan kepentingan sendiri dan memperoleh pengakuan dari masyarakat sebagai jabatan yang masih dihormati.

2.4  Metode Mengajar
Sebagai seorang guru, kita dianjurkan untuk mengkaji strategi atau metode yang akan kita gunakn dalam pembelajaran di dalam kelas. Kita juga harus berlatih untuk mengembangkannya agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
2.4.1    Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum memilih metode pembelajaran
Sebagai seorang guru, kita harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini sebelum memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik:
2.4.1.1     Keadaan siswa dari tingkat kecerdasan, kematangan berfikir dan perbedaan individu siswa.
2.4.1.2     Tujuan yang hendak dapai dalam suatu pembelajaran.
2.4.1.3     Situasi kelas dan lingkungan. Misalnya kelasyang terdapat banyak murid lebih baik menggunakan metode ceramah, da bila jumlah muridnya hanya sedikit, maka bisa menggunakan metode diskusi.
2.4.1.4     Meia yang tersdia. Misalnya saat pelajaran listening dalam Bahasa Inggris, maka kita harus menyediakn alatnya, bisa seperti tape radio, atau murid-murid dibawa ke dalam laboratorium bahasa.
2.4.1.5     Kemampua guru itu sendiri secara fisik. Misal guru yang mempunyaipenyakit ama janganlah sering menggunakan metode ceramah.
2.4.1.6     Sifat bahan ajar. Yakni ada beberapa mata pelajaran yang paling tepat menggunakan metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, dan lain-lain. Dengan demikian, tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan sembarang metoe di dalamnya.
2.4.2        Adapun macam-macam metode pengajaran antara lain terbagi atas dua, yaitu:
2.4.2.1     Metode pengajaran Konvensional
a)      Metode pengajaran pembiasaan
Membentuk pola pikir, pola sikap dan pola tindak peserta didik agar menjadi lebih matang.
b)      Metode pengajaran keteladanan
Guru menjadi sosok yang diteladani bagi murid-muridnya. Sehingga apapun yang kita lakukan adalah menarik dan sangat baik jika dilakukuan oleh mereka.
c)      Metode pengajaran penghargaan
Sebagai sorang guru,kita harus biisa memberikan semangat kepada pesrta didik agar terus mencapai hasil yang maksimal. Misalnya dengan memberikan hadiah keada peserta didik yang memeperoleh prestasi akademik maupun tingkah laku.
d)     Metode pengajaran hukuman
Metode ini bertujuan agar peserta didik tidak mudah beruat negatif, atau denagn meniru apa yang telah dilihatnya. Atau dapat jua dikatakan sebagai media preventif represif bagi peserta didik . atau dapat juga dikatakan bahwa metode ini merupakan implementasi dari sikap dan perilaku peserta didik yang tidak baik.
e)      Metode pengajaran ceramah
Cara menyampaikan materi terhadap peserat didik secara lisan atau penerangan.
f)       Metode pengajaran tanya jawab
Guru yang mengajukan pertanyaan dan siswa menjawabnya.melalui metode ini, kita dapat mengetahui seberapa besar pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik.
g)      Metode pengajaran diskusi
Percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok untuk mencari suatu kebenaran (Mansyur, 1982:97).
h)      Metode pengajaran resitasi
Cara untuk menyajikan bahan pelajaran di mana guru memberikan tuas kepada peserta didik untuk sesuatu, kemudian peserta dididk harus mempertangung jawabkannya kepada guru.
i)        Metode pengajaran karya wisata
Mengajak peserta didik untuk keluar kelas agar peserta didik dapat melihat hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan pelajaran.
j)        Metode pengajaran latihan
Menekankan agar siswa memiliki keterampilan yang tinggi dari apa yang telah dipelajari (Roestiyh, 1991:125).
k)      Metode pengajaran simulasi
Siswa memerankan tugas orang lain dalam dirinya. Diharapkan siswa mempunyai pesan moral yang sesuai tingkat pikir, sikap dan keterampilanpeserta didik.
l)        Metode pengajaran kerja kelompok
Siswa dikelompokkan dengan cara sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2.4.2.2     Metode pengajaran Inkonvensional
a)      Metode pengajaran modul
Proses pembelajaran tentang suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya oleh guru (Mulyasa, 2003:43)
b)      Metode pengajaran berprograma
Memungkinkan siswa untuk mempelajari tertentu, terbagi atas bagian-bagian kecil yang dirangkaikan secara berurutan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Dalam metode ini, siswa memepelajari sendiri uraian tertulis, kemudian memberikan jawaban atas pertanyaan (tertulis pula) dan atas jawaban tersebut, siswa segera mendapat umpan balik (W.S. Winkel 1989:279).
c)      Metode pengajaran unit
Sistem pengajaran yang berpusat terhadap suatu masalah dan dipecahkan secara keseluruhan sehingga mempunya arti (Engkoswara, 1984:1).
d)     Metode pengajaran CBSA
Menuntut keaktifan dan partisipasi subjek didik seoptimal mungkin sehingga sisa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.
e)      Metode pengajaran KBK
Konsep kurikulum yang menekankan kepada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standard performansi tertentu (kompetensi) sehingga hasilnya bisa dirasakn oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
f)       Metode pengajaran KTSP
Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan yang terdiri dari guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan dewan pendidikan. Untuk merealisasikan KTSP ini tentu disesuaikan dengan satuan pendidikan, potensi sekolah atau daerah, karakteristik sekolah atau daerah, sosial budaya msyarakat setempat dan karakteristikpeserta didik.
2.5  Macam-macam Gaya Mengajar
Profesi guru memang tidak luput dari resiko tidak disenangi oleh muridnya. Sikap tidak senang yang ditujukan kepad guru pada dasrnya tidak hanya berasal dari siswa itu sendiri, melainkan juga berasal dari guru itu sendiri. Misalnya: guru tidak objektif, guru malas, guru sering marah, guru tidak menghargai pendapat siswa, guru brwawasan sempit, guru tidak terlalu menguasai materi yang akan diajarkan, guru  yang tidak bermoral, dan yang paling sering adalah gaya mengajar guru yang monoton dan membosankan.
Sebaliknya, banyak guru yang disenangi oleh muridnya karena guru tersebut adil, rajin, tegas, sabar, toleran, berwawasan luas, menguasai bidang studi yang disampaikan, dan gaya mengajarnya yang baik, variatif, inovatif, serta mudah diterima oleh peserta didiknya. Berikut akan dibahas mengenai gaya mengajar yang meliputi: gaya mengajar klasik, teknologis, personalisasi, dan interaksional.
2.5.1        Gaya mengajar Klasik
Pada gaya mengajar ini, guru maih menerapkan konsepsi bahwa guru adalah menjadi satu-satunya sumber belajar dengan berbagai konsekuensi yang harus diterimanya. Guru mendominasi kelas dengan tanpa memberi kesempatan siswa untuk kreatif. Gaya mengajar ini suah tidak sesuai lagi jika diterapkan lagi. Karena pada saat ini, terjadi pergeseran paradigma dari techer centered menjadi student centered. Hal ini terjadi karena perkembangan teknologi. Jadi, bila masih ada guru yang menerapkan gaya mengajar ini, maka hal ini justru akan menghambat kemajuan siswa. Ciri-ciri gaya mengajar klasik adalah:
2.5.1.1  Bahan pelajaran: berupa sejumlah informasi dan ide yang sudah diketahui oleh siswa, sudah populer, jelas, bersifat objektif, sistematis dan logis.
2.5.1.2  Proses penyampaian materi: menyampaikan nilai-nlai lama dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya yang bersifat memelihara, tidak didasarkan pada minat siswa, hanya didasarkan pada urutan tertentu.
2.5.1.3  Peran siswa: pasif, hanya diberikan pelajaran untuk didengarkan.
2.5.1.4  Peran guru: dominan, hanya menyampaikan bahan ajar, otoriter, namun guru adalah sosok yng benar-benar ahli.

2.5.2        Gaya mengajar Teknologis
Gaya mengajar teknologis ini mensyaratkan guru untuk berpegang pada meia yang tersedia. Guru mengajar dengan memperhatikan kesiapan siswa dan selalu memberi rangsangan kepada anak didiknya untuk mempelajari pengetahuan yang sesuai dengan minatnya sehingga memberikan manfat yang optimal bagi siswa itu sendiri. Dengan kebebasan siswa dalam memilih mata pelajaran dan diperkenankannya penggunaan seperangkat media, maka bukannya mengurangi peran guru melainkan guru harus selalu memantau perkembangan peserta didik sehingga belajar siswa didapat secara optimal.
Ciri-ciri gaya mengajar teknologis:
2.5.2.1  bahan pelajaran: terprogram sedemikian rupa dalam perangkat lunak (software) dan keras (hardware) yang ditekankan kepada kompetensi siswa secara individual, disusun oleh ahlinya masing-masing, materi ajar terakait dengan bahan data objektif dan keterampilan siswa untuk menunjang kompetensinya.
2.5.2.2  Proses penyampain materi: manyampaikan sesuai dengan tingkat kesiapan siswa, memberi stimulan kepada siswa untuk dijawab.
2.5.2.3  Peran siswa: memepelajari apa yang dapat memberi manfaat pada dirinya, dan blajar dengan menggunakan media secukupnyha, mereapon apa yang diajukan kepadanya dengan bantuan media.
2.5.2.4  Peran guru adalah: pemandu (membimbing siswa dalam belajar), pengarah (memberikan petunjuk pada siswa dalam belajar), fasilitator (memberikan kemudahan kepada siswa dalam belajar).
2.5.3        Gaya mengajar Personalisasi
Guru yng mempunyai prinsip seperti ini, ia akan selalu meningkatkan belajarnya, dan juga senantiasa memandang anak didiknya seperti dirinya sendiri. Guru tidak bisa memaksa peserta didiknya untuk sama dengan gurunya, karena guru mengetahui bahwa setiap anak didiknya mempunyai bakat, minat dan kecenderungan yang berbeda-beda. Siswa dipandang sebagai seorang pribadi yang bisa dikembangkan potensinya. Ciri gaya mengajar personalisasi adalah:
2.5.3.1  Bahan pengajaran: disusun secara situasional sesuai dengan kebutuhan siswa secara individual.
2.5.3.2  Proses penyampaian materi: menyampaikan materi sesuai dengan perkembangan mental, emosional dan kecerdasan siswa.
2.5.3.3  Peran siswa: dominan dan dipandang sebagai pribadi.
2.5.3.4  Peran guru: membantu dan menuntun perkembangan siswa melalui pengalaman belajar, menjadi psikolog, menguasai metodologi pengajaran, dan sebagai narasumber.
2.5.4        Gaya mengajar Interaksional
Guru dalam pengajaran interaksionis selalu mengedepankan dialogis dengan siswanya sebagai bentuk interaksi yang dinamis. Guru dan siswa atau siswa dengan siswa saling ketergantungan, artinya mereka sama-sama menjadi subjek pengajaran dan tidak ada yang dianggap yang paling lebih atau yang paling kurang. Berikut adalah ciri gaya mengajar interaksionis:
2.5.4.1  Bahan pelajaran: barupa masalah-masalah situasional yang terkait sosio kultural dan kontemporer.
2.5.4.2  Proses penyampain materi: menyampaikan dengan dua arah, dialogis, tanya jawab guru dengan siswa, siswa dengan siswa.
2.5.4.3  Peran siswa: dominan, mengemukakan pandangannya tentang realita, mendengarkan pendapat temannya, memodifikasi berbagai ide untuk mencari bentuk baru yang lebih tajam dan valid.
2.5.4.4  Peran guru: dominan, menciptakan iklim belajar saling ketergantungan dan bersama siswa memodifikasi berbagai ide atau pengetahuan untuk mencari berbagai bentuk baru yang lebih tajam dan valid.



BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan
3.1.1    Untuk pengembangan keprofesinalitasan diperlukan KASAH, yaitu:
a)   Knowledge     à Pengetahuan
b)   Ability           àKemampuan
c)   Skill               à Keterampilan
d)   Attitude         à Sikap diri
e)   Habbit           à Kebiasaan diri
3.1.2        Tugas guru yang profesional adalah:
a)      Profesi
Tugas guru sebagai profesi ini menuntut adanya profesional dan profesionalisasi.
b)      Kemanusiaan
Tugas kemanusiaan ini mengingatkan pada guru bahwa guru ditantang untuk mempunyai kelebihan daripada manuia yang berprofesi lainnya. Guru harus lebih aktif dan bijaksana dalam memperlakukan manusia lain seperti dirinya sendiri.
c)      Kemsyarakatan
Tugas guru kemsyarakatan ini lebih menekankan kepada pada upaya guru dalam membimbing warga sekitar untuk peka terhadap nasib kemiskinan intelektual.

3.1.3        Macam-macam metode pembelajaran:
Terdapat dua metode pembelajaran, yakni metode pembelajaran konvensional dan inkonvensional.
3.1.3.1     Metode pengajaran Konvensional
a)      Metode pengajaran pembiasaan
b)      Metode pengajaran keteladanan
c)      Metode pengajaran penghargaan
d)     Metode pengajaran hukuman
e)      Metode pengajaran ceramah
f)       Metode pengajaran tanya jawab
g)      Metode pengajaran diskusi
h)      Metode pengajaran resitasi
i)        Metode pengajaran karya wisata
j)        Metode pengajaran latihan
k)      Metode pengajaran simulasi
l)        Metode pengajaran kerja kelompok

3.1.3.2     Metode pengajaran Inkonvensional
a)      Metode pengajaran modul
b)      Metode pengajaran berprograma
c)      Metode pengajaran unit
d)     Metode pengajaran CBSA
e)      Metode pengajaran KBK
f)       Metode pengajaran KTSP
.
3.1              Saran
Sebagai seorang guru yang profesional, kita harus bisa pandai-pandai dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dari pembelajaran tesebut. Di samping itu, kita juga harus bisa menarik hati siswa agar siswa dapat menerima apa yang kita ajarkan bisa maksimal. Misalnya dalam pemilihan gaya mengajar yang sesuai denagn kondisi perkembngan fisik maupun psikis siswa, dan laian-lain.



DAFTAR RUJUKAN

Nurdin, M. 2004. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-ruzz media yogya.
Thoifuri. 2008. Menjadi Guru Inisiator. Kudus: STAIN kudus press.
Usman, Uzer Moh. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Saliwangi, Basennang. 1991. Pengantar Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang.
Sudjana, Nana. 1975. Apa dan Bagaimana Mengajar. Bandung: Ideal.
Roestiyah. 1991. Strategi Belaja Mengajar. Jakarta: Bineka Cipta.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winkel, W.S. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Engkoswara. 1984. Dasar-dasar Metodologi Penngajaran. Jakarta: Bina Aksara.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar