Senin, 19 November 2012

Pendekatan Pembelajaran IPS di SD



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENTINGNYA PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR
Pendekatan mengandung arti cara pandang atau menyikapi sesuatu dengan bertolak dari asumsi tertentu. Pendekatan dalam pembelajaran IPS ini dimaksudkan sebagai cara pandang kita terhadap proses belajar murid dalam mata pelajaran IPS dan mengupayakan penciptaan kondisi dan iklim kelas yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Pendekatan ini sangat penting bagi guru dalam mata pelajaran IPS sebagai manajer kelas, fasilitator belajar dan sebagai teladan aktor sosial.
B.     MACAM-MACAM PENDEKATAN
1.   Pendekatan Kognitif dalam Pembelajaran IPS SD
IPS berfungsi sebagai ilmu pegetahuan untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial serta kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia di masa lampau dan masa kini. Dari uraian tersebut dapat dikatakan jika karakteristik pembelajaran IPS di SD secara umum merupakan pendidikan kognitif sebagai dasar partisipasi sosial. Artinya, perhatian utama pembelajaran IPS ialah mengembangakan peserta didik sebagai aktor sosial yang cerdas. Untuk mencapai tujuan tersebut, kecerdasan rasional dan emosianalnya harus berkembang secara seimbang. Menurut Banks (dalam Sardjiyo, 2009: 5.4) pendekatan yang khas dalam IPS yang potensial dapat mengembangkan kecerdasan rasional adalah Social Science Inquiry atau Penelitian Ilmu Sosial. Pendekatan tersebut memiliki krakteristik sebagai berikut (Banks, 1977: 41-70)
a.    Tujuan
Tujuan utama pendekatam penelitian sosial ialah membangu teori atau secara umum membangun pengetahuan. Untuk membangun pengetahuan diperlukan fakta dan generalisasi. Pendekatan penelitian sosial di SD harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Menurut Piaget (Bell Gradler:1986) anak Sd kelas 3-6 berada pada rentang usia 8-12 tahun mereka berada pada tahap operasional konkrit. Oleh karena itu, tujuan pendekatan pnelitian di SD adalah memperkenalkan dan melatih anak cara berfikir ilmu sosil yang dapat dibangun namun belum sampai pada teori pengetahuan sosial, tetapi berupa pengetahuan sosial dengan kerangka keilmuan sederhana.
b.   Proses penelitian
Menurut Banks (1977:43) ilmu pengetahuan metupakan proses dan produk berupa tubuh pengetahuan teoritis yang selalu bersifat interaktif. Bagi siswa SD, proses penelitian berfungsi sebagai media untuk mengenal gejala-gejala sosial dan perkembangan masyarakat atau dapat dikatakan jika proses ini merupakan pengeajaran sosial sebagai ilmu sosial.
c.    Model-model penelitian sosial
Banks (1977) memperkenalkan model seperti berikut
Masalah ------- Hipotesis ------- Data ------- Kesimpulan
Kemudian bagan tersebut dimodifikasi sehingga cocok untuk diterapkan di SD.
Pengetesan Hipotesis dan Peruusan Kesimpulan
Mulai Penelitian Baru
Evaluasi dan Analisis Data
Perumusan Hipotesis
Pembatasan Istilah
Pengumpulan Data
Raov-Peduli
Perumusan Masalah
Teori Nilai
 




                                                                                                   












1)   Masalah
Maalah berkenaan dengan gejala yang tampak (yang ditangkap oleh pancaindera) yang muncul akibat rasa ingin tahu. Namun tidak semua hal yang kita rasakan merupakan masalah. Terganutng pada apakah yang teramati tersebut bertentangan dengan konsep yang ada di dalam pikiran. Masalah bersifat individu yang menyebabkan sesuatu yang kita anggap sebagai masalah belum tentu menjadi masalah pula bagi orang lain. Jadi dapat dikatakan, masalah merupakan hasil rekayasa pikiran yang berkenaan dengan fenomena, teori dan nilai yang ada di dalam pikiran kita.
2)   Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang masih perlu diuji kebenarannya. Apabila hipotesis tersebut telah diuji secara empiris (menggunakan data) maka akan terbentuk tesis atau kesimpulan. Hipotesis tersebut seyogyanya dirumuskan berdasarkan asumsi (postulat, hal-hal yang berhubungan dengan unsur-unsur yang dipermasalahakan yang diterima sebagai kebenaran tanpa bukti).
3)   Pengumpulan dan Analisis Data
Data berasal dari bahasa latin datum yang berarti satu informasi (bersifat tunggal) dan jika data bersifat banyak maka disebut data. Data dapat berbentuk kenyataan yang dapat ditangkap oleh pancaindera. Data juga dapat berupa informasi hasil pengukuran atau perhitungan. Data diperlukan dalam pengujian hipotesis. Terdapat dua macam data, yakni data primer (medapatkan informasi dari orang pertama) dan data sekunder (mendapatkan informasi dari orang lain). Dalam pengumpulan data, hendaknya digunakan suatu instrumen pengumpulan data yang baik agar data tersebut valid.
4)   Kesimpulan
Kesimpulan ialah hipotesis yang telah diuji dan dibuktikan kebenarannya. Apabila kesimpulan tersebut terus diuji dan dibangun secara kait-mengait maka akan menghasilkan teori. Teori pada dasarnya merupakan pernyataan hubungan antarhal yang sudah di tes kebenarannya dan berlaku umum.
d.   Konsep
Konsep merupakan suatu kata atau pernyataan abstrak yang berguna untuk mengelompokkan benda, ide atau peristiwa (Banks, 1977:85). Contoh konsep seperti pantai, silsilah, norma, pemerintah, dsb. Prose pembentukan konsep pada dasarnya merupakan prose mengelompokkan dan memberi nama konsep serta merumuskan pengertian konsep itu. Berdasarkan sifatnya, terdapat empat macam konsep, yakni
1)   Konsep teramati (observed concept)
Konsep teramati ialah konsep yang contohnya dapat ditangkap pancaindera seperti manusia, rumah, jalan raya, bising, manis, merdu, dsb.
2)   Konsep tersimpul (inferred concept)
Konsep tersimpul ialah konsep yang contohnya harus disimpulkan dari beberapa hasil pengamatan atau beberapa peristiwa sebagai indikator. Misalnya sopan, tertib, indah, pahlawan, cantik, dsb.
3)   Konsep relasional (relational concept)
Konsep relasional adalah konsep yang melibatkan jarak dan atau waktu. Misalnya abad, dasawarsa, mile, lintang, bujur, isobar, isothorm, kawasan, dsb.
4)   Konsep ideal (ideal type concept)
Konsep ideal adalah konsep tersimpul yang lebih abstrak dan merupakan konsep yang memerlukan pengumpulan indikator yang lebih luas. Misalnya keadilan, pancasialis, takwa, nyaman, patriotik, kasih sayang, kejujuran, kesejahteraan, dsb.
e.    Generalisasi
Banks (1977:97) menyatakan bahwa generalisasi ialah pernyataan mengenai keterkaitan dua konsep atau lebih. Contohnya, perilaku mengajar guru di muka kelas merupakan hasil interaksi antara kompetensi kemampuan mengajar guru drngan lingkungan belajar. Dalam contoh tersebut, terdapat tiga buah konsep yakni perilaku mengajar, kompetensi kemampuan mengajar guru dan lingkungan belajar. Pernyataan hubungan antar konsep tersebut biasanya menggunakan kata-kata sperti merupakan hasil dari, disebabkan oleh, karena dipengaruhi oleh, dsb.
Setiap generalisasi memiliki kecakupan keberlakuan pernyataannya. Luasnya cakupan suatu generalisasi akan menentukan aras (level) dari generalisasi itu. Secara umum, generalisasi digolongkan menjadi tiga aras (Banks, 1977:99-100).
1)   Generalisasi aras tinggi
Genaralisasi aras tinggi berlaku secara universal, artinya, pernyataan tersebut berlaku di mana saja, kapan saja, dan bagi siapa saja. Contohnya antara interaksi manusia dengan lingkungannya mempengaruhi cara pemenuhan kebutuhannya.
2)   Generalisasi aras sedang
Generalisasi aras sedang berlaku terbatas pada suatu wilayah budaya atau kurun waktu tertentu. Contohya pada masa penjajahan Belanda kesempatan pendidikan bagi rakyat Indonesia sangatlah terbatas.
3)   Generalisasi aras rendah
Genralisasi aras rendah berlaku lebih terbatas lagi pada lingkup yang lebih sempit. Contohnya pada musim angin barat poenghasilan nelayan tradisional di Pelabuhan Ratu menurun karena terbatasnya frekuensi dan jarak tangkapan ikan.
f.    Teori/konstruk
Teori atau konstruk merupakan pentuk pengetahuan tertinggi yang dapat digunakan untuk menerangkan dan memperlakukan perilaku manusia (Banks, 1977:103). Teori dibangun oleh generalisasi aras tinggi yang memenuhi syarat-syarat berikut:
1)   Melukiskan hubungan antar konsep atau variabel yang didefinisikan secara jernih.
2)   Mengandung sistem deduksi yang ajeg atau tetap.
3)   Merupakan sumber dari hipotesis yang sudah diuji kebenarannya (Banks, 1977:103).
Contoh teori misalnya teori permintaan dan penawaran, teori contract social dari John Locke dan Rousseau.
2.   Pendekatan Sosial, Personal dan Perilaku dalam Pembelajaran IPS SD
Pendekatan sosial, personal, dan perilaku pada prinsipnya merupakan bentuk sentuhan paedagogisnya terhadap dimensi sosial dan personal atau dimensi inteligensia emosional atau emotional intelligence menurut Goleman (1996). Dimensi tersebut memiliki aspek-aspek emosi, nilai dan sikap, serta perilaku sosial yang satu sama lain memiliki saling keterkaitan.
a.    Emosi
Oxford English Dictionary mengartikan emosi (emotion) sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Goleman (1996) mengartikan emosi sebagai suatu perasaan dan pikiran atau suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Tercakup dalam emosi ini adalah amarah, kesehatan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu (Goleman, 1996:411-412). Pikiran emosional cenderung bersifat cepat, namun ceroboh atau tidak teliti dan berbeda dengan pikiran rasional yang cenderungsangat teliti namun lambat. Pikiran emosional merupakan dorongan hati. Kedua pikiran tersebut saling mengisi dan ada di dalam diri kita. Yang diperlukan hanyalah penyelaran atau penyeimbangan pikiran emosional dan pikirn rasional. Untuk menyelaraskannya, yang diperlukan hanyalah pendidikan emosi dan rasio yang harmonis.
Menurut W. T. Grand Consurtiums, dalam Goleman (1996:426-427) keterampilan emosional mencakup hal-hal berikut.
1)   Mengidentifikasi dan memberi nama perasaan-perasaan.
2)   Mengungkapkan erasaan.
3)   Menilai intensitas perasaan.
4)   Mengelola perasaan.
5)   Menunda pemuasan
6)   Mengendalikan dorongan hati
7)   Mengurangi stres.
8)   Mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan.
b.   Nilai dan sikap
1)   Nilai
Menurut Doley dan Copaldi, (1965:32) nilai memiliki dua sisi, yakni sebagai kata benda dan kata kerja. Sebagai kata benda, nilai memiliki dua pengertian yaitu sebagai objek sesuatu dianggap suatu nilai apabila memiliki kualitas kebaikan atau harga (goodnes or worth) misalnya seorang gadis canti dan sebagai pengamat suatu hal dianggap bernilai atau memiliki nilai apabila dilihat dari pikiran seseorang sebagai memiliki, kualitas atau harga. Misalnya pada suatu kasus seorang gadis yang cantik. Gadis cantik merupakan pandangan yang diungkapkan oleh orang lain.
Sebagai kata kerja, menilai diartikan sebagai perilaku mental untuk memberi atau mengatakan sesuatu sebagai memiliki kualitas kebaikan. Misalnya menilai barang, pakah suatu barang tersebut bagus atau tidak.
Menurut Milton Rokeach dalam Banks (1977:407-408) nilai adalah suatu jenis kepercayaan yang ada dalam seluruh sistem kepercayaan seseorang, mengenai bagaimana seseorang bagaimana seharusnya atau tidak seharusnya berprilaku atau perlu tidaknya sesuatu dicapai.  Nilai dapat menjadi ukuran baik dan buruknya sesuatu dan juga bersifat perseorangan atau kelompok. Negara RI memiliki sistem nilai Pancasila dan UUD 1945 yang merupakan tatanan nilai yang dipahami atau dihayati ole seluruh bangsa Indonesia.
2)   Sikap
Menurut Alport (1935) dalam Winataputra (1989:148) sikap adalah suatu kondisi kesiapan mental  dan syarat yang terbentuk melalui pegalaman yang memancarkan arah atau pengarah yang dinamis terhadap respon atau tanggapan individu terhadap objek atau situasi yang dihadapinya. Atau dapat juga dikatakan sebagai kecenderungan seseorang untuk berbuat berkenaan dengan objek atau situasi. Misalnya ketika kita bertemu dengan anjing galak. Kemudian kita berteriak dan berlari. Dalam hal tersebut, berteriak dan berlari merupakan perilaku. Sikapnya ialah kesiapan kita untuk berteriak ataupun berlari.
Sikap ada yang bersifat senang atau tidak, sayang atau benci, takut atau berani, perhatian atau acuh, dsb. Namun dilihat dari kadarnya, sikap bersifat simpleks dan multipleks. Misalnya seseorang senang melihat acara di RCTI karena ada Doraemon merupakan contoh simpleks sedangkan contoh multipleksnya ialah apabila ada yang senang melihat RCTI karena banyak alasan seperti gabarnya jernih, banyak sinetronnya, dsb.
c.    Perilaku sosial
Perilaku sosial disebut juga keterampilan sosial atau studi sosial (Marsh dan Print, 1975, Jarolimek, 1971). Keterampilan (Jerolimeck, 1971:65) mengandung unsur kemahiran dan kemampuan melakukan sesuatu dengan baik. Keterampilan memiliki dua karakteristik yakni bertahap (developmental) dan latihan (practice) yang berarti latihan membutuhkan latihan secara bertahap. Keterampilan sosial pada dasarnya mencakup semua kemampuan operasional yang memungkinkan individu dapat berhubungan dan hidup bersama secara tertib dan teratur dengan yang lain.
Berdasarkan uraian di atas, berikut merupakan aspek-aspek yang diperlukan untuk mengembangkan pembelajaran IPS di SD.
Aspek emosi, sosial dan keterampilan sosial menurut Jerolimeck (1971:67) dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan sebagai berikut.
a.    Kehidupan kelas sehari-hari yang menitik beratkan akan kepedulian terhadap orang lain, kebebasan dan persamaan, kemerdekaan berfikir, tanggung jawab dan penghormatan terhadap harga diri seseorang.
b.   Mempelajari sejarah dan perkembangan kehidupan negara terutama mengenai cita-cita dan ideologinya yang memerlukan usaha untuk terus mewujudkannya.
c.    Mempelajari riwayat hidup tokoh-tokoh yang mencerminkan nilai-nilai dari bangsa dan negaranya.
d.   Mempelajari hukum beserta sistem hukumnya dan sistem peradilannya.
e.    Merayakan hari-hari besar yang merayakan nilai dan sikap.
f.    Menganalisis makna kata-kata dalam proklamasi, pembukaan UUD 1945, batang tubuh UUD 1945 dan peraturan perundangan yang lainnya.
Apabila dilihat dari nomor f di atas, pembelajaran itu dapat dibuat dalam dua kelompok yakni.
1)   Pembelajaran formal yang menitikberatkan pada pemahaman dan analisis di dalam atau di luar kelas.\
2)   Pembelajaran informal yang menitikberatkan pada penghayatan, pelibatan dan penciptaan suasana yang mencerminkan komitmen terhadap nilai dan sikap terutama di luar kelas.
Khusus dalam pembelajaran formal tersebut, Simon, Howe, dan Kinshenbaum (1974) menawarkan 5 pendekatan yang berorientasi pada nilai dan sikap sebagai berikut.
a)   Transmisi nilai secara bebas.  Anak didik diberi kesempatan untuk menangkap,mengkaji dan memilih nilai sesuai pertimbangannya.
b)   Penanaman nilai yang merupakan proses pembelajaran nilai secara langsung mengenai konsep dan nilai yang sudah dianggap baik.
c)   Suri tauladan menitikberatkan pada penampilana teladan atau keteladanan dalam berbagai bidang dan lingkungan kehidupan.
d)  Kualifikasi nilai yang menitik beratkan pada langkah sistematis dalam menghayati, memahami dan melaksanakan nilai.
Langkah-langkahnya sebagai berikut.
(1)   Bangga atas nilai dan perilaku.
(a)    Menunjukkan rasa senang dan bangga.
(b)   Mengatakan nilai pada orang lain.

(2)   Memilih nilai dan perilaku.
(c)    Memilih dari berbagai kemungkinan.
(d)   Memilih setelah mengujinya
(e)    Memilih dengan bebas
(3)   Bertindak atas dasar pilihan itu.
(f)    Bertindak atau berperilaku.
(g)   Bertindak sesuai pola secara tetap/konsisten.
e)   Klarifikasi nilai terintegrasi struktur yang menitikberatkan melalui proses analisis konsep bidang studi. Misalnya menganalisis banjir, yaitu apa, mengapa dan bagaimana banjir. Guru juga selalu menghubungkan dengan nilai dan sikap masyarakat.
Untuk memudahkan guru, terdapat beberapa model praktis yang dapat diterapkan di SD yang meliputi.
a.    Pendekatan eksppositori berorientasi nilai dan sikap.
1)   Tujuannya adalah menyampaikan nilai/sikap secara dialogis melalui ceramah, peragaan, dan tanya jawab.
2)   Langkah-langkah
a)   Guru memilih suatu nilai yang seharusnya diterima oleh semua murid. Misalnya tata tertib, cinta lingkungan, dsb.
b)   Guru menyiapkan bahan peragaan berupa diagram, gambar, dsb.
c)   Guru menyajikan komsep nilai dengan memanfaatkan peragaan dan dengan diselingi dialog hangat mengenai pentingnya nilai.
d)  Menguasai murid untuk menerapkan nilai-nilai yang telah dikaji dalam kehidupan sehari-hari misalnya tertib di jalan raya, tertib di sekolah, dsb.
e)   Guru meminta laporan penerapan nilai itu dan membicarakannya kembali di dalam kelas..
b.   Pendekatan nilai keteladanan.
1)   Tujuannya adalah menangkap nilai/sokap melalui analisis sampel keteladanan di masyarakat dalam berbagai bidang, tempat, dan waktu. Serta memotivasi siswa untuk mengadopsi keteladana itu.
2)   Langkah-langkah
a)   Guru memilih sampel keteladanan dalam berbagai bidang, tempat dan waktu misalnya para Nabi dan Rasul, R.A. Kartini, dsb.
b)   Guru membaca dan menyediakan berbagai sumber informasi seperti buku, koran, dsb mengenai keteladanan untuk digunakan sebagai sampel.
c)   Guru menyajikan pertanyaan tentang pilihan tersebut.
d)  Secara kelompom siswa mencari jawaban dengn memnfaatkan sumber yang ada.
e)   Guru memimpin diskusi kelas setelah diskusi kelompok.
f)    Murid dan guru mengidentifikasi ciri-ciri keteladanan sampel.
g)   Bersama murid guru memilih ciri mana yang dapat diterapkan sesuai dengan usia dan lingkungannya.
h)   Guru menugaskan untuk mencoba menerapkan nilai keteladana yang dipilihnya.
i)     Guru meminta kesan-kesan penerapan ciri keteladanan dari murid.
3)   Sebagai catatan perlu ditambahkan ha-hal sbagai berikut:
a)   Sumber informasi keteladanan dapat dicari bersama murid.
b)   Teladan yang dipilih dapa berasal dari pertimbangan guru, murid atau bersama.
c)   Jangan memilikih sampel teladan yang menimbulkan kntroversi.
d)  Dapat pula memilih teladan yang masih hidup.
c.    Pendekatan kajian nilai.
1)   Tujannya adalah menangkap nilai melalui kajian nilai secara sistematis dan mendasar.
2)   Langkah-langkah (diadaptasi dari model Hunt and Metcalf’s Decision Making)
a)   Membahas apa hakikat dari objek peristiwa atau kebijakanaan yang akan dinilai. Misalnya diambil masalah pemerataan.
(1)   Membahas untu kriteria pemertaan.
(2)   Menyepakati kriteria.
b)   Membahas konsekuensi penerapan kriteria dalam hal ini untuk masalah pemerataan.
c)   Menguji keberlakuan kriteria dengan cara melihat kekurangan dan kebaikan dari kriteria itu.
d)  Memberikan justifikasi krteria dengan cara melihat apakah kriteria itu dapat diterapkan scara ajek atau konsisten.
d.   Pendekatan integratif konsep dan nilai.
1)   Tjuannya adalah menangkap nilai yang melekat pada atau merupakan implikasi dan suatu konsep melalui kajian akademis.
2)   Langkah-langkah
a)   Guru menciptakan suatu konsep yang akan dibahas yang mengandung nilai. Misalnya konsep banjir yang diperkirakan memiliki kandungan nilai cint lingkungan, gotong royong, dsb.
b)   Guru bersama murid membahas sebab dan akibat banjir secara akademis melalui analisis pemecahan masalah dengan menggunakan format sebagai berikut.
Banjir
Sebab
Akibat
Alam
Manusia
Alam
Manusia




c)   Memusatkan perhatian pada sebab akibat banjir dari sudut manusia, misalnya penyebab banjir karena manusia membuang sampah sembarangan, dsb.
d)  Mengangkat isu nilai/sikap/moril dari masalah pembuangan sampah sembarangan dengan diskusi kelompok atau guru dan murid.
e)   Membahas secara analisis cara-cara menanggulangi banjir dari sudut manusia dan mengangkat isu nilai/sikap/moril yang terkait pada cara itu.
f)    Memusatkan perhatian pada faktor.
g)   Memberikan penguasaan pentingnya unsur manusia khususnya nilai, sikap, dan moral alm memelihara kelangsungan hidup agar lebih baik dan lebih menenangkan.