BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Undang-undang No. 2
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), pasal 8 ayat 2
menyatakan, “Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
berhak memperoleh perhatian khusus”. Pasal ini mempunyai arti sangat penting
dan merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang inovatif dalam UUSPN,
sebab melalui pasal ini pendidikan bagi “anak supernormal” mendapat dasar hukum.
Bentuk dan pengaturannya itulah yang masih menjadi persoalan. Pengaturan soal
ini menjadi makin dirasakan manakala beberapa kali terjadi bahwa sistem pendidikan
kita tidak cukup luwes untuk mengakomodasi masalah-masalah yang muncul dalam
dunia pendidikan sehubungan dengan keragaman tingkat kemampuan peserta didik. Dengan
adanya pasal 8 ayat 2 di atas, maka anak supernormal memerlukan layanan
pendidikan khusus agar potensinya dapat berkembang seoptimal mungkin. Jika anak
supernormal tidak/kurang mendapat perhatian, ini dapat dikatakan sebagai suatu kerugian
yang besar, karena kehilangan orang-orang yang potensial yang memiliki kemampuan
tinggi untuk bekerja atau menjadi pemimpin di masa yang akan datang.
Layanan pendidikan bagi
anak supernormal sementara ini sifatnya baru sebatas wacana, atau baru
dilaksanakan di beberapa sekolah saja. Akhirnya mungkin saja ada anak supernormal
yang potensinya tidak dapat dikembangkan, atau perkembangannya tidak secara
maksimal. Pendidikan anak supernormal tentunya harus berorientasi pada peserta didik
itu sendiri, yaitu selalu memperhatikan potensi dan karakteristrik yang
dimiliki anak tersebut.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas, timbullah beberapa pertanyaan yang menjadi rumusan
masalah dari makalah ini, antara lain:
1. Siapakah
anak supernormal itu?
2. Bagaimanakah
penerapan cara mengidentifikasi anak supernormal?
3. Bagaimanakah
layanan pendidikan yang dapat diberikan untuk anak-anak supernormal?
C.
TUJUAN
Dalam
makalah ini dibuat uraian tentang anak supernormal yang diharapkan dapat
memenuhi tujuan:
1. Mengetahui
tentang anak supernormal.
2. Dapat
menerapkan cara mengidentifikasi anak supernormal.
3. Dapat
menentukan layanan pendidikan yang tepat untuk anak-anak supernormal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MENGENAL ANAK SUPERNORMAL
1. Hakekat
Anak Supernormal
Sebutan
bagi anak-anak yang memiliki kemampuan unggul (anak super) antara ahli yang
satu dan yang lainnya berbeda-beda tergantung pandangan dan disiplin ilmu yang
dianutnya. Para pendidik misalnya, lebih sering menggunakan istilah anak sangat
cerdas (genius); kalangan psikolog
lebih senang menggunakan istilah anak yang berkemampuan istimewa (Alimin,
2005). Ahli lain menggunakan istilah anak supernormal (Endang, M. S., 2007)
sedangkan UU Sisdiknas No. 20/2003 istilah yang digunakan untuk menyebut anak
berkemampuan unggul adalah dengan istilah anak kecerdasan luar biasa (ABLB).
2. Karakteristik
Anak Supernormal
Anak
supernormal seperti yang telah diungkapkan oleh Renzulli (2001) ditentukan oleh 3 cluster yakni:
a. Kemampuan
di atas rata-rata (above average)
Ditandai
dengan kemampuan abstraksi yang cepat, daya ingat tinggi, tidak mudah lupa,
daya imajinasinya tinggi dan mempunyai daya penalaran yang luas terhadap
pemecahan suatu masalah.
b. Kreatifitas
(creativity)
Seseorang
dikatakan memiliki daya kreatifitas yang tinggi apabila ia mampu menciptakan
sesuatu dari hasil pengetahuannya. Juga ditandai dengn kemampuan mengungkapkan
gagasan-gagasan baru dalam upaya memecahkan masalah dan kemampuan dalam
menghubungkan unsur-unsur baru yang telah ada.
c. Pengikatan
diri atau tanggung jawab terhadap tugas (task
commitment).
Ditandai
dengan kemampuan menyelesaikan tugas yang telah menjdi tanggung jawabnya. Ia
memiliki kepribadian yang ulet, tekun, dan
tidak mudah menyerah pada
keadaan serta mampu mencari terobosan yang memungkinkan untuk dikembangkan
dalam mengembangkan kehidupan mendatang.
Selain ketiga ciri di atas, terdapat pula ciri
khas yng membedakannya dengan anak yang normal dilihat dari segi fisik, mental
intelektual, sosial dan emosional.
a. Segi
fisik
Terlihat
sehat, enerjik, tidak mudah lelah, dan seakan tidak mau diam dalam rangka
mencari hal baru yang dikerjakan, psikomotoriknya lebih fleksibel dan cepat
dalam menerima tigas-tugas yang diberikan.
b. Segi
mental intelektual
Usia
mentalnya lebih tinggi dari anak sebayanya, pemahamannya cepat dan kuat, senang
menanggapi soal-soal yang mengandung pemecahan masalah dan pantang menyerah.
c. Segi
sosial
Anak
supernormal lebih senang bergaul dengan anak-anak yang berusia di atasnya,
senang bergabung dengan kelompok yang mengandung memecahkan masalah, suka
memimpin dalam setiap event kegiatan,
fleksibel, dalam bergaul, dan memiliki jaringan yang luas dengan
teman-temannya.
d. Segi
emosional
Mempunyai kepercayaan diri
yang kuat, peka terhadap berbagai hal yang ada di sekitarnya, suka dengan
hal-hal yang baru, memiliki keteguhan hati, tidak cengeng, dan menatap dunia
dengan optimistik.
(Munandar,
SCU, 2003).
Selain ciri-ciri positif di atas, anak
supernorml juga memiliki ciri-ciri negatif diantaranya adalah:
a. Anak
cenderung egois, mementingkan diri sendiri.
b. Tidak
peka terhadap keadaan sekelilingnya.
c. Memiliki
tempramen tinggi
d. Mudah
marah apabila menghadapi masalah yang kurang sesuai dengan suasana hatinya.
e. Terlalu
reaktif.
f. Kadang
sulit mengadakan hubungan (relasi) dengan teman sebayanya.
g. Kepribadian
kurang stabil.
(Irianto,
2006).
3. Arti dan
Makna Intelegensi
a. Arti
intelegensi
Intelegensi berarti kecerdasan, yaitu sebuah
istilah yang banyak dipergunakan oleh ahli psikologi dan orang awam untuk
menyatakan seseorang itu cerdas. Apabila dijabarkan secara terperinci, maka
dapat dikatakan bahwa intelegensi adalah:
1) Merupakan
kecakapan untuk berpikir abstrak.
2) Merupakan
kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan untuk berbuat secara
efektif.
3) Merupakan
kemampuan untuk memecahkan kesulitan-kesulitan dalam situasi tertentu secara
cepat dan tepat.
4) Merupakan
kemampuan individu untuk berpikir secara rasional dan bertindak secara efektif.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian
intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang dibawa oleh individu sejak lahir
dan dapat dipergunakan untuk menyesuaikan diri di dalam lingkungan yang baru,
serta untuk memecahkan problem-problem yang dihadapi dengan cepat dan tepat.
4. Faktor-faktor
yang mempengaruhi intelegensi
Setiap orang memiliki intelegensi yang
berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tingkah laku dan
perbuatannya. Hal-hal yang mempengaruhi perbedaan tersebut, antara lain:
a. Faktor
keturunan/hereditas
Berdasarkan
teori nativisme, perkembangan individu itu bergantung sepenuhnya pada faktor
hereditas. Apabila kedua orang tua itu memiliki faktor yang cerdas, kemungkinan
sekali dapat menurunkan anak-anak yang cerdas pula.
b. Faktor
lingkungan
Segala
sesuatu yang ada di sekeliling anak dapat mempengaruhi perkembangannya. Faktor tersebut
antara lain gizi dan pendidikan.
5. Batasan
IQ dan Klasifikasi Anak Supernormal
a. Batasan
IQ Anak Supernormal
Klasifikasi
|
Persentase
|
IQ
|
MA
|
Cacat
berat/Idiosi
|
1 %
|
0 – 25
|
0 – 3 th
|
Cacat
agak berat/Imbesil
|
2 %
|
25 – 50
|
3 – 8 th
|
Cacat
ringan/Debil
Lamban
belajar/Slow-learner
|
20 – 25 %
|
50 – 75
|
8 – 12 th
|
75 - 85
|
|||
Rata-rata/Average/Normal
|
50 – 55 %
|
90 – 110
|
MA – CA
|
Rapid
learning/Superior
|
20 – 25 %
|
110 – 125
|
MA > CA
|
Gifted/Very
superior
|
2 %
|
125 – 140
|
MA > CA
|
Genius/Very
superior
|
1 %
|
140 - 200
|
MA > CA
|
Batasan IQ Anak Supernormal Tabel
1
Bagan di atas menunjukkan letak kedudukan
tingkat intelegensi golongan supernormal. Mereka memiliki jumlah IQ di atas
normal sekitar lebih kurang 110-200.
1) Arti
Supernormal
Menurut Prof. Drs. S. Woyowasito, Super artinya
lebih dari atau atas. Normal artinya biasa.
Jadi, yang dimaksud Supernormal yaitu suatu tingkatan di atas normal. Sedang maksud anak Supernormal ialah anak yang
memiliki inteligensi di atas anak-anak normal. Patokan yang menentukan batasan
Anak Supernormal sebagaimana tersebut di atas adalah bergantung pada angka IQ
(± 110 – 200).
2) Arti IQ
(Intelligence Quotient)
Menurut W. Stern, IQ adalah indeks daripada
derajat inteligensi seseorang. Sedangkan menurut James D. Page, IQ adalah
ukuran kecerdasan seseorang yang diperoleh dengan membagi umur mental individu
dengan umur kronologi. Dapat disimpulkan bahwa IQ adalah angka atau indeks yang
menunjukkan kecerdasan seseorag.
b. Klasifikasi
anak supernormal
1) Menurut
Robert S. Woodwort & Donalt C. Marquis
IQ
|
Klasifikasi
|
Persentase
|
140 –
ke atas
|
Genius
|
1 %
|
130 –
139
|
Very
Superior
|
2 %
|
120 –
129
|
Very
Superior
|
8 %
|
110 –
119
|
Superior
|
16 %
|
Klasifikasi
Anak Supernormal Menurut Robert Tabel
2
2) Menurut
Baker
IQ
|
Klasifikasi
|
Persentase
|
140 – 200
|
Genius
|
1 %
|
125 – 140
|
Gifted
|
2 %
|
110 –
125
|
Rapid
|
20 – 25 %
|
Klasifikasi
Anak Supernormal Menurut Baker Tabel
3
3) Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, seperti dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro
(1984; 29) yaitu; Superior, Gifted dan Genius. Ketiga kelompok anak tersebut
memiliki peringkat ketinggian inteligensi yang berbeda.
a) Genius
Genius
ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga dapat menciptakan
sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Intelligence Quotien-nya (IQ) berkisar
antara 140 sampai 200. Anak genius memiliki sifat-sifat positif sebagai
berikut; daya abstraksinya baik sekali, mempunyai banyak ide, sangat kritis,
sangat kreatif, suka menganalisis, dan sebagainya. Di samping memiliki
sifat-sifat positif juga memiliki sifat negatif, diantaranya; cenderung hanya
mementingkan dirinya sendiri (egois), temperamennya tinggi sehingga cepat
bereaksi (emosional), tidak mudah bergaul, senang menyendiri karena sibuk
melakukan penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.
b) Gifted
Anak ini disebut juga gifted and talented adalah anak yang
tingkat kecerdasannya (IQ) antara 125 sampai dengan 140. Di samping memiliki IQ
tinggi, juga bakatnya yang sangat menonjol, seperti ; bakat seni musik, drama,
dan ahli dalam memimpin masyarakat. Anak gifted diantaranya memiliki
karakteristik; mempunyai perhatian terhadap sains, serba ingin tahu,
imajinasinya kuat, senang membaca, dan senang akan koleksi.
c) Superior
Anak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110 sampai
dengan 125 sehingga prestasi belajarnya cukup tinggi. Anak superior memiliki karakteristik
sebagai berikut; dapat berbicara lebih dini, dapat membaca lebih awal, dapat mengerjakan
pekerjaan sekolah dengan mudah dan dapat perhatian dari temantemannya.
B. CARA MENGIDENTIFIKASI ANAK SUPERNORMAL
Anak super cukup banyak di sekitar kita.
Di Pulau Jawa, terdapat sekitar 5% dari 80 juta penduduk. Anak super sangat
dapat sekali untuk menjadi harapan yang sangat berharga bagi bangsa karena
dengan kemampuan yang ia miliki, terkdang mampu membuat penemuan dalam berbagai
bidang, teknologi misalnya.
Untuk mengidentifikasi anak supernormal
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu oleh siapa dan bagaimana
pengidentifikasian itu. Pengamat yang paling tepat ialah guru dari taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggi karena gurulah yang paling mengenali
peserta didiknya. Semakin awal diidentifikasi, semakin baik yaitu melihat
pembawaan sejak masa kanak-kanak, sehingga pengarahan dan bimbingan yang tepat
dapat segera dilayani.
1. Langkah-Langkah
Menemukan Anak Supernormal
Usaha
pencarian anak supernormal membutuhkan pertimbangan-pertimbangan agar dapat
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Berikut pertimbangan-pertimbangannya.
a. Me8tode
yang digunakan untuk menenmukan anak supernormal.
Metode tersebut
meliputi:
1) Metode
Penentuan Subjek
Terlebih
dahulu ditentukan daerah penelitian yang diharapkan banyak ditemukan anak
supernormal agar mendapatkan jumlah sampel yang banyak pula.
Untuk
menentukan subjek penelitian (anak supernormal) digunakan metode berupa:
a) Metode
angket
Dilaksanakan
dengan menggunakan alat. Angket terdiri atas 4 macam, yakni:
(1) Angket
model A untuk mengungkapkan bidang akademik.
(2) Angket
model B untuk mengungkap bidang Task
Commitment (kemampuan menyelesaikan tugas).
(3) Angket
Model C untuk mengungkap bidang kreatifitas.
(4) Angket
model D untuk mengungkap bidang kemampuan berfikir dan daya kreatif.
(5) Angket
model E untk mengungkap bidang sikap dan sifat.
Angket tersebut digunakan untuk
mengidentifikasi ciri-ciri anak supernormal yang pelaksanaannya dilakukan oleh
guru kelas dan teman sekelasnya. Dengan menggunakan angket ini, dapat
mengidentifikasi beberapa ciri ana supernormal seperti kemampuan berfikir,
kemampuan menyelesaikan tugas, daya kreatifitas, kemampuan dalam bidng akademik,
dll.
b) Metode
tes
Dilakukan
dengan menggunakan alat tes inteligensi yang terdiri dari 2 macam yaitu:
(1) Tes
SPM (Standard Progressive Matrices)
(2) Tes
WISC (Wechfer Intelligence Scale for
Children)
2) Metode
Pengumpulan Data
Dalam
penelitian ini digunakan beberapa metode yang meliputi:
a) Metode
dokumentasi
Untuk
mengetahaui hasil (nilai) prestasi belajar siswa digunakan daftar nilai. Dari
daftar nilai ini dapat dilihat hasil belajara anak supernormal dan dapat
mencari ada tidaknya korelasi antara kecerdasan dengan nilai-nilai mata
pelajaran. Alasan digunakannya metode dokumentasi ialah:
(1) Karena
nilai dalam rapor merupakan catatan hasil belajar yang dicapai anak pada tiap
periode tertentu secara teratur.
(2) Dokumentasi
tersebut dibuat oleh yang dapat
dipertanggungjawabkan yaitu guru kelas msing-masing.
b) Metode
observasi
Observasi
diartikan sebagai pengamtan dan pencatatan secara sistematis terhadap yang
diselidiki. Metode observasi dilakukan untuk melihat tingkah laku siswa selama
di dalam atau di luar kelas. dalam penelitian ini yang berlaku sebagai observer
adalah guru kelas karena gurulah yang melakukan pengamatan secara kontinyu dan
komprehensif. Hasil pengamatan tersebut diperlukan untuk pengisian angket.
3) Metode
Analisis Data
Untuk
menganalisis data digunakan analsisi statistik
2. Alat
(instrumen) yang digunakan untuk menjaring anak supernormal
Ada
dua macam alat yang digunakan yaitu:
a. Angket
Macam
angket terdiri atas:
1)
Model
A : DAFTAR PENCALONAN SISWA GIFTED/TALENTED
DALAM BIDANG AKADEMIK (Diisi oleh guru)
2)
Model
B : DAFTAR PENCALONAN SISWA YANG TAS COMMITMENT-NYA BAIK (Diisi oleh guru)
3)
Model
C : DAFTAR PENCALONAN SISWA YANG
KREATIVITASNYA BAIK
4)
Model
D : DAFTAR PENILAIAN KEMAMPUAN BERFIKIR
DAN DAYA KREATIF (Diisi oleh guru)
5) Model
E : PENELITIAN TERHADAP TEMAN SENDIRI
DAFTAR PENILAIAN SIFAT DAN SIKAP
Bentuk
dari model-model tersebut diuraikan sebagai berikut:
Format : A
Berbakat
(Talented)
T A L E N T E D
DAFTAR PENCALONAN
SISWA GIFTED/TALENTED DALAM BIDANG AKADEIK (Diisi oleh guru)
Kami mohon Bapak/Ibu menulis 3-6 siswa yang menurut
pengamatan Bapak/Ibu siswa tersebut sering menampilkan berbagai sifat khas yang
menonjol seperti tertulis di bawah ini. Tulislah nam-nama siswa tersebut dari
yang paling menonjol (berdasarkan ranking)
Sifat-sifat tersebut adalah:
1. Mempunyai
sifat jeli dalam meneliti sesuatu.
2. Mahir
berbahasa lisan.
3. Berkemampuan
keras untuk mengetahui hal-hal yang sifatnya ilmiah.
4. Cara
berfikirnya sangat kritis.
5. Mandiri
dalam belajar dan bekerja yang berarti tidak menggantungkan pada bantuan orang
lain.
6. Tekun
dan bai dalam menunakan tugasnya.
Nama
siswa :
· …………………………….
· …………………………….
· …………………………….
· …………………………….
· …………………………….
· …………………………….
Sekolah : …………………….
Kelas : …………………….
Pengumpulan
data :………………………….
NIP. :………………………….
Status
pengumpulan data :………………………….
Tanggal :………………………….
TTD
(…………………………)
Format
: B
Task Commitment
DAFTAR PENCALONAN SISWA
YANG ‘TASK
COMMITMENT’NYA BAIK (Diisi oleh guru)
Kami mohon Bapak/Ibu menulis 3-6 siswa yang menurut
pengamatan Bapak/Ibu siswa tersebut sering menampilkan berbagai sifat khas yang
menonjol seperti tertulis di bawah ini. Tulislah nam-nama siswa tersebut dari
yang paling menonjol (berdasarkan ranking). Siswa-siswa tersebut dapat dengan
angket A, dapat pula berbeda.
Sifat-sifat tersebut adalah:
1. Bila
diberi tugas dapat cakap memilih/memprioritaskan satu tugas yang paling penting
saat itu.
2. Cakap
menyusun tugas yang telah dipilihnya secara sistematis.
3. Mampu
dengan tepat memulai tugas tersebut.
4. Dapat
menyelesaikan tugas dengan cepat, tepat, dan lengkap.
Nama
siswa :
· …………………………….
· …………………………….
· …………………………….
· …………………………….
· …………………………….
· …………………………….
Sekolah : …………………….
Kelas : …………………….
Pengumpulan
data :………………………….
NIP. :………………………….
Status
pengumpulan data :…………………………
Tanggal :………………………….
TTD
(……………………………)
Format
: C
Kreatifitas
Kreatifitas
DAFTAR
PENCALONAN SISWA YANG KREATIFITASNYA BAIK
(Diisi oleh
guru)
Kami mohon Bapak/Ibu menulis 3-6 siswa yang menurut
pengamatan Bapak/Ibu siswa tersebut sering menampilkan berbagai sifat khas yang
menonjol seperti tertulis di bawah ini. Tulislah nam-nama siswa tersebut dari
yang paling menonjol (berdasarkan ranking). Nama siswa tersebut sama dengan
nam-nama pada format A, B atupun tidak.
Sifat-sifat tersebut adalah:
1. Lebih
senang belajar dengan caranya sendiri.
2. Cenderung
meilhat sesuatu dan situasi yang biasa dengan cara-cara yang luar biasa dan
sangat mendalam.
3. Mampu
mengatur diri sendiri dan mengoordinasi gagasan-gagasan.
4. Memperlihatkan
citra pribadi yang positif (percaya diri sendiri).
5. Selalu
mempunyai hasrat bekerja sendiri.
6. Dapat
melihat hal-hal yang ajaib dalam pekerjaannya dan melihat hal-hal yang bersifat
magic di dalamnya.
Nama
siswa :
· …………………………….
· …………………………….
· …………………………….
· …………………………….
· …………………………….
· …………………………….
Sekolah : …………………….
Kelas : …………………….
Pengumpulan
data :………………………….
NIP. :………………………….
Status
pengumpulan data :………………………….
Tanggal :………………………….
TTD
(……………………………)
Format
: D
Akademik
Akademik
INSTRUMEN SELEKSI SUBJEK
A. Diisi
oleh
Nama :
……………………………………………………..
Jabatan/Pekerjaan : ……………………………………………………..
B. Isian
berikut ini mengenai murid
Nama :
……………………………………………………..
Jenis kelamin : ……………………………………………………..
Nama sekolah : ……………………………………………………..
Kelas :
……………………………………………………..
BERFUNGSINYA
KEMAMPUAN BERFIKIR DAN DAYA KREATIF
Petunjuk :
1. Anda
bubuhkan tanda cek (ü) pada salah satu penilaian berikut yang
menurut Anda paling menggambarkan kemampuan berfikir dan daya kreatif murid
yang namnay tercantum pada butir B tersebut di atas.
2. Butir-butir
berikut yang akan Anda nilai meliputi karakteristik-karakteristik yang mungkin
dimiliki oleh murid tersebut.
3. Murid
tersebut tidak memperoleh nilai tinggi pada semua karakteristik yang dinilai.
Keterangan :
SS : Sangat sedikit
S : Sedikit
s
: Sedang
B : Banyak
SB : Sangat banyak
No.
|
Butir yang dinilai
|
SS
|
S
|
s
|
B
|
SB
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
|
Pengetahuan
keterampilan (memiliki pengetahuan yang baik tentang
keterampilan-keterampilan dan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
fakta-fakta)
Konsentrasi
(mampu memusatkan perhatian)
Senang
belajar (senang menekuni pelajaran dan tugas-tugas yang berkaitan)
Gigih
(mampu dan mau bekerja keras, bersaing, dan mengatasi masalah)
Responsif
(mudah terbangkitkan minatnya, tanggap terhadap saran-saran dan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan)
Senang
menghadapi tantangan masalah yang sulit.
Dorongan
ingin tahu (sangat berminat memahami sesuatu atau memuaskan dorongan ingin
tahu, gemar bertanya tentang hal-hal yang bersifat umum, biasa atau yang
tidak biasa, ingin tahu bagimana dan mengapanya sesuatu suka mengajukan
pertanyaan-pertanyaan baik untuk kepentingan sendiri atau kelompok)
Daya
persepsi (jeli dan cermat terhadap banyak hal di luar jangkauan umum)
Pandai
berbahasa (menggunakan banyak perbendaharaan kata dengan mudah dan cermat)
Kaya
gagasan ataupun hasil karya acapkali sangat cepat mengemukakan gagasan atau
menghasilkan suatu karya
Mampu
menemukan alternatif-alternatif memecahkan masalah.
Sensitif
terhadap masalah, memahami dan menyadari masalah yang mungkin tidak terlihat
oleh murid lain, siap bertanya dan mengubah situasi yang ada dan menyarankan
perbaikan
Orisinil/asli
(sering menggunakan cara-cara yang asli dalam memecahkan masalah, mampu
memadukan ide dan fakta dengan berbagai cara, atau menghasilkan karya yang
istimewa).
Imajinasi
(dapat secara bebas menanggapi rangsang dengan kekuatan khayal, bisa bermain
dengan gagasan atau mengerti secara abstrak).
Rasional
(logik/sering menerapkan pemahaman dalam situasi baru, mengembangkan
pengetian ke hubungan yang lebih luas atau melihat bagian dalam hubungannya
dengan keseluruhan).
Metode
ilmiah (dapat membatasi masalah, merumuskan hipotesa, mentes ide dan membuat
kesimpulan yang valid/jitu).
Bebas
dalam berfikir (cenderung mengikuti pola pikir sendiri).
Bertindak
bebas (mampu merencanakan dan mengorganisir aktivitas-aktivitas, mengarahkan
tindakan dan menilai hasilnya).
Biasa
bekerja bebas dengan sedikit bimbingan dan pengarahan guru, memiliki kemmpuan
meneliti untuk memudahkan bekerja bebas.
Elaborasi
(bekerja rapi, mampu mengembangkan sesuatu hal sampai ke bagian-bagian yang
kecil dan rumit, seringkali menyangkut implikasi dan akibat).
Apresiasi
seni (menyenangi dan tanggap terhadap keindahan karya seni dan keindahan
alam).
Berni
mengambil resiko ( berani membuat sumbangan-sumbangan yang tidak biasa bagi
kelompoknya, tidak takut berbeda pendapat dengan pendapat kelompoknya).
Evaluasi
(mampu melihat kesalahan-kesalahan, memahami akibat-akibat yang mungkin
terjadi dan dapat menentukan prestasinya sendiri)
|
|
|
|
|
|
Tabel
Daftar Kemampuan Berfikir dan Daya Kreati f Tabel
4
24. Uraikan
tingkah laku yang mengganggu belajar, misalnya beranjak dari tempat duduk tanpa
tujuan yang jelas.
25. Tulislah
tingkh laku yag tidak bias yang mengurangi efisiensi belajar, misalnya
melamun,………………
26. Sebutkan
kemampuan-kemampuan yang menonjol yang menunjang kemajuan belajar murid,
misalnya gemar membaca,……………….
27. Sebutkan
kesukaran-kesukaran belajar yang mungkin dialami murid dalam bidang tertentu
misalnya sulit dalam bidang hafalan………….
28. Ketengahkan
contoh-contoh hasil kreatifitas misalnya menemukan/menciptakan alat baru dalam
IPA………………
Yogyakarta………………..20…
Nama
terang :………………………………
NIP. :………………………………
TTD
(……………………….)
Format
:E
Diisi oleh : siswa
PROYEK PENELITIAN EVALUASI HASIL BELAJAR
ANAK SUPERNORMAL DI SEKOLAH LABORATORI
IKIP YOGYAKARTA
Penelitian
Terhadap Teman Sendiri
Di
kelas Anda ada sejumlah teman yang mempunyai perbedaan sikap dan sifat. Cobalah
ingat teman-teman sekelas itu untuk sebentar aja dan usahakanlah mencocokkan
pemerian (deskripsi) butir-butir gambaran tersebut di bawah ini dengan individu
yang dekat dengan tanda untuk dapat dikategorikan. Tulislah nama individu itu
pada titik-titik untuk dicocokkan dengan kalimat-kalimat di sebelah kirinya.
Anda boleh menulis nama-nama Anda, itu lebih dari satu dan Anda boleh
mencantumkan nama Anda sendiri di tempat yang Anda anggap cocok dengan
ketrangan di sebelah kirinya.
1. Ia
berfikir lebih nalar (logis)........................................................................
2.
Suka membaca banyak buku.......................................................................
3.
Paling menguasai Bahasa Indonesia...........................................................
4.
Memiliki gagasan-gagasan (ide-ide) yang
paling asli..................................
5.
Mempunyai suara bagus: nada dan
ucapannya bagus.................................
6.
Pembicara (penutur) yang paling baik.........................................................
7.
Pandai sekali mengungkapkan perasaannya...............................................
8.
Paling mampu memberikan alasan-alasan
yang paling nalar (logis)............
9.
Sangat tertarik pada hubungan
kemanusiaan..............................................
10.
Penulis yang paling kreatif..........................................................................
11.
Pemimpin yang paling baik dalam kegiatan
diskusi...................................
12.
Paling bersikap tenang................................................................................
13.
Memiliki sejumlah informasi.......................................................................
14.
Percaya pada diri sendiri.............................................................................
15.
Memperlihatkan sikap selalu ingin tahu......................................................
16.
Seseorang yang suka dan ulet bekerja........................................................
17.
Mahir menggunakan pertimbangan/keputusan
yang tepat..........................
18.
Tertarik pada kegiatan bercakap-cakap.......................................................
19.
Berminat besar pada deklamasi..................................................................
20.
Berminat besar pada drama........................................................................
21.
Pandai sekali dalam memecahkan masalah.................................................
22.
Sangat cepat menjawab
pertanyaan-pertanyaan.........................................
23.
Berminat besar dalam ilmu-ilmu murni.......................................................
24.
Sangat gemar menceritakan cerita-cerita
terkenal.......................................
25.
Dapat menjadi teman/sahabat yang baik....................................................
26.
Berbicara baik.............................................................................................
27.
Kosakatanya baik........................................................................................
28. Berbicara
banyak tentang Ilmu Pengetahuan Alam....................................
Jika
saya belajar untuk menghadapi tes atau menulis kertas kerja, teman-teman yang
ada di dalam kelas kami yang saya inginkan untuk membantu saya dalam
pelajaran-pelajaran berikut adalah:
Bidang
bahasa :.........................................................................
..........................................................................
Bidang
IPA :.........................................................................
..........................................................................
Bidang
IPS :.........................................................................
..........................................................................
Yogyakarta,............................................ 20
TTD
(…………………………….)
Nama siswa pengumpul data :......................................................................
b. Tes
inteligensi
Alat
tes yang digunakan ialah tes SPM (Standard
Progressive Matrices) dan WISC (Wechsler
Intelligence Scale for Children).
1) Tes
SPM (Standard Progressive Matrices)
Tes
SPM yang disusun oleh J. C. Raven dipergunakan untuk mengukur tingkat
kecerdasan anak yang berumur 5-6,5 tahun. Materi tes ini berjumlah 6o soal yang
terdiri dari 5 seri yang tiap-tiap set terdiri dari 12 soal. Tes ini dapat
disajikan secara individual ataupun klasikal. Dalam penyajiannya harus berurut.
Untuk
mengerjkana tes itu seluruhnya disediakan waktu 25 menit. Dengan tes ini anak
dapat digolongkan menjadi salah satu dari tataran (grade). Adapun tatarannya adalah sebagai berikut:
a) Tataran
(grade) I anaka yang memperoleh Percentil Point 95 ke atas. Anak ini
disebut Intellectual Superior.
b) Tataran
(Grade) II anak yang memperoleh Precentil Point 75 sampai 95. Anak ini diebut Definitely Above Average in Intellectual
Capacity.
c) Tataran
III anak yang memperoleh Precentil Point 25 -75. Anak ini disebut Intellectual Capacity.
d) Tataran
IV anak yang memperoleh Precentil Point 5-25 poin. Anak ini disebut Below Average in Intellectual Capacity.
e) Tataran
V anak yang memperoleh Precentil Point 5 ke bawah. Anak ini disebut Intellectually Defective.
Tes
SPM ini telah dibakukan dan termasuk tes inteligensi yang bebas dari pengaruh
kebudayaan bangsa yang mempergunakan tes berikut (Culture free). Tes SPM dipergunakan untuk mengungkap ketelitian,
asosiasi, dan abstraksi. Selain tes SPM, J. C. Raven juga menciptakan tes CPM (The Coloured Progressive Matrices).
Tes
CPM dipergunakan untuk mengetes anak berumur 5,5-11 tahun atau untuk orang
dewasa yang diperkirakan mengalami kelainan mental. Tes ini terdiri tas 3 seri,
yakni seri A, seri AB dan seri B. tiap-tiap seri terdidi atas 12 soal. Tes ini
berwarna dan dipergunakan untuk
mengetes
anak kecil dan anak-anak luarbiasa/berkelainan. Bagi anak, tes ini dapat
mengungkap pengertian akan bentuk, pengertian akan warna, asosiasi, ketelitian
dan mencari kelainan anak.
2) WISC
(Wechsler Intelligence Scale for Children)
Tes
ini terdiri dari 2 macam yakni Weschler
Scale for Children (WISC) dan Weschler
Adult Intelligence Scale (WAIS). Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Sutratinah, yang digunakan ialah WISC karena anak yang menjadi subjek
penelitian adalah anak sekolah dasar. Materi tes WISC terdiri atas dua kelompok
yaitu verbal tes dan performance tes. Setiap kelompok terdiri atas subjek
sebagai berikut:
a) Kelompok
verbal test
(1) Keterangan
(information test) untuk mengetahui
apakah anak dapat memberi keterangan dari hal-hal yang diketahuinya.
(2) Pemahaman
(comprehension test) untuk mengungkap
pengertian umum anak atas pengalaman tau pengertian yang dimilikinya.
(3) Berhitung
(arithmatic test) untuk mengungkap
pengertian, kecakapan berfikir dan ketepatan berfikir.
(4) Persamaan
(similarities test) untuk mengungkap
daya abstraksi dan analogi.
(5) Deretan
angka (digit span test) untuk
mengungkap seberapa luas pengetahuan anak di dalam masyarakat dan mengungkap
kecakapan anak dalam mendefinisikan suatu perkataan.
(6) Kosa
kata (vocabulary test) untuk
menungkapkan daya ingatan atau teknik mengingat setelah anak memiliki suatu
penangkapan atas pengetahuan yang didapat.
b) Kelompok
performance test
(1) Melengkapi
gambar (picture complation test)
Anak disuruh mencari sesuatu bagian yang
hilang atau kurang dari suatu gambar. Tes ini mengungkapkan ketelitian
pengetahuan, pengertian, kecakapan berfikir serta keterampilan mengasosiakan
suatu benda dengan kekurangan-kekurangannya.
(2) Menyusun
gambar (picture arrangement tes)
Anak
disuruh menyusun deretan gambar secara urut berdasarkan logika. Untuk
mengungkap ketelitian persepsi dari arti sesuatu bentuk atau hubungan spatial
langsungdengan kecakapan motorik tes ini dapat jug mengungkap kecepatan
berfikir dan pekerjaan, pertautan (association),
tanggapan (apperception) dan fantasi
anak.
(3) Menyusun
balok (block design test)
Anak
disuruh mengeterapkan bentuk dari suatu pola dalam susunan balok-balok. Tes ini
mengungkapkan pengertian akan warna, kemampuan menduga ruang (spatial space) koordinasi tangan,
pengertian apersepsi dan asosiasi dan konsentrasi.
(4) Menyusun
kepingan gambar (object assimbly)
Anak
disuruh menyusun kepingan-kepingan gambar hingga menjadi satu bentuk yang
mempunyai arti yaitu suatu kesatuan yang harmonis, lengkap dan sempurna. Tes
ini untuk mengungkap apersepsi, pengertian bentuk sosial, keterampilan motorik,
keterampilan menghubung-hubungkan sesuatu sehingga menjadi gambar atau bentuk
yang berarti.
(5) Memberi
tanda (coding test)
Coding
terdiri atas 2 macam yaitu coding A dan coding B. Coding A khusus dipergunakan
bagi anak yang berumur di bawah 8 tahun (±5-7 tahun), sedang coding B untuk anak
berumur 8-15 tahun. Tes ini mengungkap ingatan (memories) ketelitian, asosiasi anak terhadap pola yang pernah
diamati, perhatian hubungan spatial, motorik dan koordinasi antara mata dan
tangan.
(6) Kesesatan
(mazes)
Anak disuruh mencari jalan keluar pada
gambar kesesatan. Untuk mengungkap ketelitian, ketepatan, kecakapan
menyelesaikan tugas, kehati-hatian dalam
melangkah ke satu tujuan, koordinasi tangan.
Berikut tingkat kecerdasan menurut tabel
Weschler (Intelligence classification)
adalah sebagai berikut:
IQ
|
Classification
|
Percent
Included
|
130-and
above
|
Very
Superior
|
2,2
|
120-129
|
Superior
|
6,7
|
110-119
|
Bright
Normal
|
16,1
|
90-109
|
Average
|
50,0
|
80-89
|
Dull
Normal
|
16,1
|
70-79
|
Bordeline
|
6,7
|
69-and below
|
Mental
Defective
|
-
|
(27,
1978:212)
Tabel
Intelligensi Classification Menurut Weschler Tabel
5
3. Pelaksanaan
Cara Mengidentifikasi Anak Supernormal
Angket
yang terdiri dari 4 macam itu digunakan 3 macam terlebih dahulu yaitu model A,
B dan C yang diberikan kepada guru kelas untuk diisi. Angket model D diberikan
kepada guru setelah ditemukan sejumlah anak yang diidentiiksi sebagai anak
supernormal berdasarkan angket model A, B, C dan tes inteligensi. Dalam
penelitian tersebut digunakan 2 macam alat tes inteligensi yakni Standard Progressive Matrices (SPM) dan
tes inteliensi WISC.
Dengan
menggunakan angket model A, B dan C maka dapat ditemukan anak yang
diidentifiksi sebagai anak supernormal. Anak tersebut dijadikan subjek
penelitian. Baik yang terjaring maupun tidak terjaring juga di tes dengan
menggunakan tes SPM. Anak-anak yang hasil tes SPM menunjukkan grade I, II dan
II+ yang tidak terjaring dengan angket model A, B dan C dan anak yang terjaring
dengan engan angket model A, B dan C yang hasil tes SPM tidak menunjukkan grade
I, II dan II+ dites dengan WISC.
Bila
anak itu hasil tes IQnya di atas normal yaitu 110 ke atas maka anak ini
dijadikan calon subjek penelitian, tapi jika hasil tesnya menunjukkan IQ normal
ke bawah tidak akan dijadikan calon subjek
penelitian.
Anak-anak yang lulus kriteria tersebut lalu dikenakan angket model D. anak yang
memperoleh skor 80 ke atas dari angket D inilah yang akan dijadikan subjek
penelitian. Angket model E digunakan sebagai retes apabila angket model A, B,
C, dan D belum menunjukkan hasil yang mantap.
Secara
singkat penjelasan di atas akan digambarkan sebagai berikut.
· Angket A, B, C +
Tes SPM +
· Angket A, B, C +
Tes SPM - à
dikenakan Tes WISC
· Angket ABC -
Tes SPM + à
dikenakan Tes WISC
Jika
siswa pada kelompok 2 dan 3 dites dengan WISC tidak baik (-) maka dianggap gugur dan tidak
dapat dijadikan subjek penelitian. Namun jika hasilnya biak (+) maka bersama
kelompok 1 dikenakan angket D.
·
Dikenakan Angket D
|
SPM +
·
WISC +
|
Dikenakan Angket D
|
·
WISC +
|
SPM +
Apabila angket D yang dikenakan pada 3
kelompok itu mendapat nilai 80 ke tas maka anak itulah yang dapat dijadikan
subjek penelitian (anak supernormal).
4. Contoh
mengidentifikasi anak supernormal dengan metode studi kasus
a. Arti
studi kasus (Case Study)
Ialah
suatu metode untuk mengetahui secara mendalam terhadap suatu objek atau subjek
dengan mengunpulkan datatentang keadaan yang diperlukan secara lengkap. Menurut
Helen Yaspen, case study berari
penyelidikan terhadap tingkah laku seseorang secara khusus sehingga memberikan
gambaran tentang keadaan dan kelainan seseorang pada
waktu
ini yang merupakan dasar untuk penyelidikan selanjutnya sedangkan menurut Drs.
Bimo Walgito case study merupakan
metode untuk menyelidiki atau mempelajari suatu kejadian atau mengenai
perseorangan.
b. Langkah-langkah
menyusun studi kasus
Garis
besar membuat case study ialah
sebagai berikut:
Nama guru yang membuat
studi kasus :
Tanggal pembuatan :
I. Identifikasi
anak
Nama :
Alamat :
Umur :
Kelamin :
Tingkat sekolah :
II. Masalahnya
(Statement of the Problem)
Mengenai keunggulan dan
kelemahannya.
III. Data
tes diagnotik
Berisi data-data hasil
tes yang digunakan.
IV. Interviu
dengan anak
Informasi dari jawaban
anak setelah diwawancarai.
V. Kondisi
psikis anak
Keterangan dapat
dinyatakan dari orang tua, guru atau dokter.
VI. Penyesuaian
sosial dan emosi
Dapat diambil ketika
wawancara, tes kepribadian, dsb.
VII. Rapor
sekolah
Mengetahui hasil
belajar sejak kelas permulaan.
VIII. Tes
mental
Berupa hasil nilai IQ,
apakah anak termasuk supernormal atau bukan. Juga harus dicatat alat tes yang
digunakan.
IX. Minat
dan prestasi
Berisi catatan minat
dan hobi serta prestasi belajar anak. Dapat diperoleh melalui interviu maupun
angket.
X. Kondisi
rumah
Keadaan tingkat sosial
ekonomi, jumlah susunan keluarga, hubungan orang tua, status dan pendidikan
ayah dan ibu dan saudara lainnya.
XI. Diagnosa
dari kasus
Dari kumpulan data
tersebut dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan tindak lanjut.
XII. Rekomendasi
Akhir dari langkah
studi kasus adalah program kerja untuk menangani anak:
· Program
apa yang diberikan untuk anak
· Usaha-usaha
perbaikan yang tepat
· Macam
metode yang digunakan
· Macam
materi yang diberikan
C.
PROGRAM
PENDIDIKAN KHUSUS UNTUK ANAK SUPERNORMAL
1. Dasar-dasar
Tujuan Program Pendidikan dan Pengajaran Anak Supernormal
a. Tujuan
Umum
Tujuan
mendidik Anak Superior tidak boleh menyimpang dari tujuan pendidikan bagi anak
normal.
Berdasarkan
undang-undang Republik Indonesia No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar
pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah BAB II Pasal 3, tujuannya adalah
sebagai berikut:
“Tujuan
pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat
dan tanah air.”
Dalam
sidang umum MPRS IV dinyatakan sebagai berikut ; membentuk manusia pancasilais
sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945 dan isi Undang0undang dasar 1945. (32.1966 : 133)
b.Tujuan
Khusus
Berdasarkan
karakteristik Anak Superinormal maka tujuan khusus pendidikan mereka adalah
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki seseorang anak agar dapat mencapai
prestasi seoptimal mungkin sesuai
apa
yang diharapkan pendidik serta dapat bermanfaat bagi masyarakat dan negara.
Tanpa
pendidikan khusus yang terperogram terarah tidak mungkin seorang anak dengan
sendirinya akan dapat mengembangkan bakat-bakat intelektualnya dengan baik dan
dapat mencapai prestasi yang luar biasa. Apabila mereka tidak mendapatkan
pelayanan pendidikan secara khusus, bukannya mustahil bakat-bakat keunggulan
otak mereka akan tetap terpendam (latent) tidak dapat tersalur secara tepat dan
positif sehingga berakibat akan merugikan anak.
Maka
perlu diusahakan mempengaruhi perkembangan anak untuk mengaktualisasikan
seluruh potensi yang dimiliki agar berfungsi secara optimal melalui pendidikan
khusus yang meliputi selain segi kecerdasan juga segi-segi mental pribadi,
sosial, emosi, moral, pisik dan sebagainya. Dengan demikian mereka akan tumbuh
menjadi orang yang berprestasi yang bermoral, berjiwa sosial serta rela
mendarmakan hasil ciptanya yang kepentingan bangsa dan negaranya.
2. Faktor-faktor
Program Pendidikan Khusus untuk Anak Supernormal
Dibawah
ini akan dikemukakan bagaimana garis besar gambaran Program Pendidikan Anak
Supernormal yang secara umum dan menyeluruh dapat mengantar pembaca yang untuk
selanjutnya akan diperjelas gambaran tersebut pada uraian berikutnya yang
secara operasional dikemukakan bermacam-macam alternatif Pelayanan Pendidikan
untuk Anak Supernormal yang diharapkan dapat dilaksanakan untuk melayani
kebutuhan mereka.
Program
pendidikan Khusus untuk anak Supernormal meliputi bermacam-macam faktor antara
lain:
a. Dasar-dasar
program pendidikan khusus
Secara
garis besar dapat dimengerti bahwa program pendidikan khusus harus merupakan
program yang luas penuh variasi dan tantangan, mengingat kemampuan dan hasrat
belajar anak super yang berada diatas batas normal itu. Ini berarti bahwa
program tersebut harus dapat
mengaktualisasikan
seluruh potensi yang dimiliki supaya dapat mencapai prestasi semakin mungkin
sesuai dengan tujuan yaang direncanakan.
b.Alternatif
sistem pendidikan khusus untuk anak Supernormal
Dari
literatur dapat disimpulkan bahwa macam program pendidikan anak supernormal
dapat digolongkan menjadi tiga macam bentuk yaitu :
1) Pengayaan (Enrichment) adalah
pembinaan anak supernormal dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar
tambahan yang bersifat vertikal (intensif, pendalaman) dan horisontal (ektensif, memperluas). Pengayaan diberikan kepada
anak setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan untuk
anak-anak sekelasnya. Pengayaan dapat diberikan seperti tugas perpustakaan,
independent study, proyek penelitian, studi kasus dan lain sebagainya.
2) Percepatan (Acceleration) yaitu
cara penanganan anak supernormal dengan memperbolehkan naik kelas secara
meloncat atau memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan
program reguler didalam jangka waktu yang lebih singkat .
Variasi bentuk-bentuk
percepatan adalah
a) Early
Administrasion (masuk lebih awal)
b) Advanced
Placement (naik kelas sebelum waktunya, mempercepat waktu kenaikan kelas )
c) Advanced
Courses (mempercepat pelajaran), merangkap kelas dan lain-lain cara untuk
mempercepat kemajuan belajar Anak Supernormal.
3) Pengelompokkan
Khusus (Segregation) dapat dilakukan secara penuh atau sebagian yaitu kalau sejumlah Anak
Supernormal dikumpulkan dan diberi kesempatan belajar yang sesuai dengan
potensinya. Kegiatan yang dimaksud dapat berlangsung seminggu sekali atau hanya
satu semester penuh.
Macam bentuk
Segregation antara lain: homogeneus grouping, Cluster Grouping, Subgroubing dan
Crossgrouping.
c. Kurikulum
untuk anak supernormal
1) Kurikulum
pada pendidikan khusus tidak terlepas dari kurikulum dasar yang diberikan untuk
anak lainnya. Perbedaanya hanya pada penekanan dan penambahan suatu bidang
sesuai dengan kebutuhan Anak Supernormal.
2) Isi
dan pelaksana kurikulum harus dapat menunjang sistem pendidikan khusus yaitu
dapat mempercepat (accelerate), memperkaya (enrichment), dan mengelompokkan
(segregation).
3) Isi
kurikulum harus berorientasi inovativ serta ditujukan untuk dapat mencapai
sesuatu yang berguna.
4) Kurikulum
harus mengandung pembinaan kreativitas yang menanamkan sikap hidup penuh
pengabdian, jiwa sosoial serta bertanggungjawab untuk kemajuan masyarakat,
bangsa dan negara.
d.
Perana guru untuk anak supernormal
1) Guru
untuk kelompok anak supernormal harus merupakan pribadi yang fleksibel, selalu dapat
memberi kesempatan kepada anak-anak untuk dapat mengembangkan bakatnya.
2) Guru
harus bersikap toleran, dapat memberikan inspirasi, bimbingan dan kesempatan
bagi mereka untuk mencobakan kemampuan mereka mengadakaneksplorisasi dan
menghasilkan sesuatu.
3) Bersikap
mengabdi (dedikasi), siap membimbing anak kearah kehidupan dan belajar efektif
merupakan tanggung jawab guru
4) Dapat
memberikan modal pada minat dan bakat anak serta dapat membantunya untuk
memperluas minatnya untuk memperhatikan bidang-bidang yang masih belum
dikenalinya.
5) Guru
harus dapat membimbing murid yang cakap kearah sikap kemauan menerima, suatu
pandangan terhadap sesuatu yang beralasan dan suatu tujuan yang realistis.
e. Metode
yang tepat untuk anak supernormal
Metode
dan teknik dalam memberikan rencana pengajaran yang penuh tantangan untuk anak
supernormal tidaklah berbeda dengan yang
dipergunakan
oleh sikap guru dalam proses belajar mengajar. Namun prlu diperhatikan adanya
pengarahan dan modifikasi dalam menetapkan maksud dan tujuan harus disesuaikan
terhadap kebutuhan-kebutuhan khusus anak supernormal.
Gunakan
kegiatan yang dapat menimbulkan rangsangan kegitan dan kegairahan belajar
secara aktif sehingga anak-anak menemukan pengalaman langsung bekerja sendiri
mengadakan percobaan penelitian, bekerja bebas secara mandiri maupun kelompok
yang lainya.
f. Macam-macam
kegiatan untuk memperkaya program sekolah
Untuk menunjang
pelaksanaan metode dibutuhkan rencana-rencana kegiatan untuk memperkaya program
sekolah antara lain yaitu:
1) Memberi
kesempatan eksplorisasi topik yang diajarkan dikelas
2) Karyawisata
ke objek yang ada kaitannya dengan mata pellajaran
3) Ketrampilan
menggunakan perpustakaan
4) Mengarang
menulis kreatif
5) Pelajaran
bahasa asing
6) Menyusun
laporan tertulis secara ilmiah
7) Praktek
diskusi seminar
8) Bekerja
bebas dan lain-lain kegiatan yang diprogramkan untuk memperkaya pelajaran di
sekolah
Kegiatan-kegiatan
tersebut tidak lepas dari tujuan pendidikan yang dititik beratkan kepada segi
perkembangan, antara lain:
1) Memberi
kesempatan anak untuk mengembangkan sifat-sifat kepemimpinan
2) Percoban-percobaan
yang orisinal
3) Pembentukan
kelompok kerja, membina jiwa kerjasamama
4) Bekerja
mandiri
5) Tanggung jawab kepada kelompok, sekolah, dan
masyarakat
Proyek-proyek
atau kegiatan tersebut dapat diprogramkan selama tahun pelajaran sebanyak dua
atau tiga kali tergantung kondisi dan fasilitas sekolah.
1) Fasilitas
dan alat
Kepustakaan, laboratorium, bengkel
kerja, audiotorium alat-alat audio visual yang lengkap akan menunjang
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan diskusi, seminar, dramatisasi,
penelitian dengan disertai pembimbing dan narasumber serta guru profisionalakan
dapat memperkaya belajar anak supernormal.
2) Tingkatan-tingkatan
daripada program pendidikan
Menurut
Winarno Surachmad dalam buku metodologi pendidikan luar biasa dikatakan bahwa:
a) Untuk
golongan superior dengan IQ ± 110-125 memerlukan banyak modifikasi dalam
program pendidikan
b) Untuk
golongan Gifted dengan IQ ± 125-150 mungkin memerlukan suatu eksperimentasi
yang disediakan untuk mereka.
c) Sedang
untuk golongan Genius dengan IQ ± 150-200 memeorlukan lebih banyak adaptasi
yang imaginatif dan lebih jauh hendak dipakai dan daripada kelompok lainnya.
3) Penyuluhan
bagi orang tua anak supernormal
Orang
tua yang mempunyai anak super perlu diberi penyuluhan untuk dapat mengerti
implikasi kecerdasan anaknya. Orang tua harus moenyadari karakteristik anak
Supernormal, mengerti apa yang dibutuhkan sehingga pelayanaon orang tua akan
dapat membawa pengaruh yang positif terhadap perkembangan anak.
3. Pelaksanaan
Pendidikan Khusus untuk Anak Supernormal
Pada dasarnya
pelaksanaan pendidikan untuk anak supernormal dapat dilakukan melalui beberapa
macam (tipe) yang meliputi
a. Acceleration
(mempercepat)
Dalam percepatan dapat diperlakukan
dengan berbagai cara misalnya:
1) Masuk
sekolah sebelum waktunya jadi sebelum umur 7tahun (early admission)
2) Naik
kelas sebelum waktunya
3) Dengan
memperpadat pelajaran
4) Dengan
meloncat kelas
5) Percepatan
yang diberikan kepada anak supernormal untuk menyelesaikan bahan pelajaran
dalam waktu yang singkat sesuai dengan kemampuannya yang istimewa
6) Mengikuti
berbagai tingkatan sesuai dengan kecakapannya, misalnya : Bahasa mengikuti
kelas 6, matematika kelas 5, IPA kelas 4 dan sebagainya
7) Menghilangkan
bagian yang dianggap kurang penting atau yang sangat mudah karena anak sudah
dapat belajar sendiri, sehingga dalam mempelajari buku secara meloncat-loncat.
Misalnya dari 7 bab dari sebuah buku cukup dipelajari 5 bab kanrena 2 bab
dianggap tidak perlu.
8) Pelaksanaan
percepatan dapat berjalan praktis apabila sekolah itu mempergunakan sistem maju
berkelanjutan dan sistem kredit. Ini berarti anak dapat maju terus sesuai
dengan kemampuannya sendiri. Anak yang tergolong supernormal, dapat maju terus
tanpa harus menunggu temannya dapat maju lebih cepat sehingga dalam waktu
singkat dapat mencapai jumlah kredit yang ditentukan.
Kenaikan kelas tidak berdasarkan tahun
tetapi berdasarkan kredit. Sebagai contoh : anak super di SMP yang melakukan
sistem maju berkelanjutan akan dapat menyelaikan hanya dengan 4 semester (harusnya
6 semester), sehingga dapat mempercepat 1tahun untuk menyelesaikan perjalanan
di SMP.
b. Segregation
(pengelompokan)
Segregation
berarti pengelompokan atau pengasingan, jadi anak dalam jenis (super)
disendirikan menjadi kelompok gerombolan khusus yaitu semacam “Ebility
grouping” atau kelompok kecakapan
Oleh
Sri Rumini dalam bukunya “pendidikan bagi anak Geneus” menggolongkan macam
bentuk segregation menjadi 4 macam kelompok kecakapan yaitu :
1) Homegeneous
grouping (anak-anak yang homogin di perkumpulannya)
Homegeneous
grouping hanya ada dalam teori, karena sifatnya sangan ideal. Sukar dan bahkan
tidak mungkin kita mencari orang-orang yang homogen. Bagaimanapun keadaanyya
tentu heterogen.
2) Cluster
grouping (seikat gerombolan, special class, kelas khusus)
Anak
yang cerdas dimasukkan dalam kelas sendiri dan dapat pendidikan khusus. Kelas
tersendiri tersebut kerap kalidisebut kelas khusus. Waktu pelajaran tertentu, yang
tidak mungkin anak super akan dicampur dengan anak lain, mereka masuk kelas
khusus dan diberi pelajaran khusus oleh para ahli.
Pada
pelajaran yang dapat dicampur dengan anak-anak lain kelompok anak cerdas masuk
kelas biasa. Hdalam istirahat mereka dapat dicampur.
3) Cross
grouping (tempat kerja)
Cross
grouping sering diartikan dengan bengkel kerja (work shop plan) dari kelompok.
Pada hari-hari tertentu mereka tinggal dalam kelas reguler dan bekerja
bersama-sama, hari-hari sisanya dipergunakan untuk menemui guru khusus, supaya
mereka dapat lebih maju dalam pekerjaannya.
Guru
khusus bertugas sebagai narasumber/ guru sumber) Cross grouping tidak praktis
dalam sekolah kecil, karena membutuhkan guru-guru ekstra untuk program berjalan
lancar
4) Sub
grouping
Sub
grouping dibentuk sesuai dengan sifat pekerjaan yang akan dikermjakan. Jadi Sub
grouping keadaannya tidak permanen, tetapi suatu saat akan berubah sesuai
dengan topik baru dan proses baru. Sebagai contoh pelaksanaan Sub grouping
tersebut misalnya: matematika membahas persamaan, pembagian , maka groupnya
akan lain dengan pelajaran bahasa waktu pembahasan poetry, susunan group tentu
lain lagi yang dikenal guru. Juga dalam membentuk Sub grouping harus
disesuaikan dengan keadaan kelas.
Misalnya untuk
topik dan proses yang sama jumlahnya group pada 1A tidak sama dengan kelas 1B
karena keadaan kedua kelas itu berbeda. Pada hari yang lain, dengan topik dan
proses baru jumlah group pada hari sebelumnya. Pelaksana pembentuk sub grouping
membutuhkan sesekali kelincahan guru. Apabila pembentuk kurang baik akan
berakibat sub grouping menjadi tidak dapat berjalan (macet).
Maka
dapat diartikan bahwa yang disebut segregation adalah pendidikan dalam kelompok
khusus.
c. Enrichment
(pengayaan)
Anak super lebih
cepat menyelesaikan tugas-tugas disekolah, maka siswa waktu yang luang itu
sangat tepat denghan jalan memberikan pelajaran/tugas tambahan sebagai
pengayaan. Anak pasti merasa senang dan dapat menerima dengan penuh antusias,
karena merasa diperhatikan gurunya mendapatkan pelayanan khusus.
Pengayaan
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Secara
vertikal (intensif, mendalam)
Cara
ini untuk memperdalam salah satu atau sekelompok mata pelajaran tertentu, anak
diberi kesempatan aktif memperdalam ilmu pengetahuan yang disenangi sehingga
pengertian materi benar-benar dikuasai secara mendalam.
Memperkaya
ilmu pengetahuan secara vertikal dapat diterapkan pada ilmu apa saja. Situasi
dengan minat anak sehingga anak akan menjadi seorang spesialis dalam suatu
bidang ilmu pengetahuan tertentu. Misalnya spesialis ilmu elektronika,
entemology, komputer, teknologi pertanian, bahasa asing, ahli perpustakaan,
seni, olah raga dll.
2) Secara
horisontal (ekstensif, memperluas)
Anak diberi kesempatan
untuk memperluas pengetahuan dengan tambahan pengayaan yang berhubungan dengan
pelajaran yang sedang dipelajari. Bahan yang ditambah berupa :
(a) Dengan
jalan memperluas kurikulum
(b) Memperluas
mata pelajaran itu sendiri
(c) Mengadakan
kegiatan, seperti: laboratorium, library skill, penelitian, tugas-tugas,
cliping, praktek lapangan dan lain-lain.
Keuntungan
|
Kerugian
|
Acceleration
1.
Kecakapan anak terpupuk
2.
Hubungan dengan masyarakat tidak terputus sama
sekali
|
1.
Yang diperhatikan hanya keaktifannya saja.
2.
Kurang memperhatikan hal lain seperti : hubungan
sosial, ekonomi, emosi, kemasakan jasmani dan lainnya.
3.
Ada pelajaran yang terputus
|
Segregation
1.
Murid dapat bersaing sepuas-[puasnya dengan teman
sekelas karena mempunyai kecerdasan yang seimbang.
2.
Para pembimbing tugasnya lebih ringan karena murid
sudah terkelompokkan sesuai dengan kemampuanya.
|
1.
Mereka merasa groub istimewa lalu menjadi sombong
2.
Karena terisolir, menjadikan hubungan sosial
menjadi kurang
3.
Teman anak super merasa kehilangan seseorang yang
mampu menyelesaikan soal
|
Enrichment
1.
Dapat membantu perkembangan potensi anak dengan
lancar.
2.
Anak benar-benar menguasai mata pelajaran yang
diberikan
3.
Anak mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam.
|
1.
Sukar untuk memperkaya kurikulum yang sukar sekali
jika diterapkan pada anak super yang secara individual mempunyai berbeda
kesenangan.
2.
Harus ada kerjasama yang baik untuk memperkaya
kurikulum antara guru (guru TK sampai PT) supaya guru tersebut dapat
memperkaya pelajaran secara seimbang. Apabila tidak tepat anak akan menjadi
bosan.
|
Tabel
6 Tabel keuntungan dan kerugian Berbagai Sistem
4. Kurikulum
Pendidikan untuk Anak Supernormal
Berbeda dengan anak
normal anak super mempunyai beberapa ciri khas, yaitu IQ yang superior dan
ketrampilan dasar yang yang lebih cepat diperolehnya dan keunggulan prestasi
dalam berbagai bidang dan pernyataan-pernyataan kreatifitas.
a. Aspek-aspek
yang perlu dikembangkan
Dengan bertitik tolak
pada kebutuhan anak super, aspek yang perlu antara lain:
1) Usaha
pengembangan semua kemampuan-kemampuan yang ada dalam diri anak.
2) Mengembangkan
adanya bakat-bakat kepemimpinan, jiwa kreatif dan rasa tanggung jawab
3) Pendidikan
penguasaan perkembangan sosial emosi
4) Pendidikan
usaha perkembangan bakat-bakat yang ada
b.Program-program
yang perlu diperhatikan
Sehubungan dengan
perencanaan kurikulum perlu diperhatikan adanya program-program antara lain:
1) Diusahakan
pemisahan-pemisahan sehingga mereka sehomogen (setingkat kecerdasannya) mungkin
dalam intelensinya.
2) Diperlukan
adanya pendidikan khusus yang menampung kelompok anak supernormal.
3) Menyediakan
berbagai bidang kesempatan-kesempatan mempelajari dan mengadakan
penelitian-penelitian serta percobaan.
4) Usaha-usaha
evaluasi hasil yang telah dikerjakan oleh siswa diluar kelas
5) Mata
pelajaran seintensif mungkin
c. Perencanaan
kurikulum
Perencanaan kurikulum
untuk anak supernormal harus ada beberapa perubahan antara lain:
1) Menambah
mata pelajaran
2) Memberi
kesempatan mengembangkan sosial emosi dan kebudayaan
3) Adanya
sekolah, kelas, dan fasilitas khusus
4) SMA
lebih pada pendalaman
5) Perguruan
tinggi pendidikan lebih bersifat individual
6) Memberi
kesempatan seluasnya untuk pengembangan diri dan pemerolehan pengalan lebih
banyak.
5. Meode
Pengajaran untuk Anak Supernormal
Sesuai
dengan karakteristik anak supernormal maka guru harus menggunakan metode yang
banyak memberi kesempatan anak agar mereka dapat aktif bberfikir, dapat
menemukan masalah dan memecahkannya melakukan percobaan dan penelitian ilmiyah,
menyusun laporan dan sebagainya.
Untuk
pelaksanaan metode sudah barang tentu dibutuhkan fasilitas dan perlengkapan
yang tidak sedikit biaya seperti: laboratorium, bengkel kerja, perpustakaan,
lapangan untuk tempat uji coba, alat-alat audio visual, bahan-bahan percobaan
dan penelitian dll
Disinilah
terasa pentingnya peranan guru yang harus lincah kreatif, kaya imajinasi dalam
melayani pendidikan anak supernormal. Kita kenal bermacam-macam metode dari
yang paling abstrak sampai yang paling konkrit sehubungan dengan penggunaan alat
peraga yaitu menggunakan lambang kata, lambang visual, radio, TV, pameran,
darmawisata, demonstrasi, model, dan berbuat sendiri “learning by doing”.
Sedang
bentuk-bentuk metode itu sendiri sangat banyak macam ragamnya, namun diantara
metode-metode itu perlu dipilih yang tepat untuk anak supernormal. Seperti
misalnya: team teaching, field study, problem solving, inquiry, pemberian
tugas, process aproach, sosiodrama, pelajaran berprograma independent study,
pengajaran dengan alat peraga(slide film strip, overhead projector, film )dll.
Langkah-langkah pelaksanaan metode:
a. Metode
pengajaran beregu (team teaching)
Metode
ini terdiri atas beberapa guru yang mengajar mata pelajaran yang berbeda secara
bersama-sama mengajar, membimbing,
membantu
siswa untuk membahas, merumuskan dan menyelesaikan masalah.
Tujuan metode :
1) Memperluas
pandangan siswa pada suatu objek (misalnya tentang TABANAS mengungkap bagaimana
pembangunan dan pembiayaan negara diatur, bagaimana hubungannya dengan dana
pembiayaan suatu negara)
2) Menghubungkan
mata pelajaran satu dengan yang lain (misalnya tentang pemberantasan Wereng:
dibutuhkan guru-guru ahli botani biologi dll) melatih anak menggunakan ilmu
pengetahuan untuk melatih anak menyelesaikan maslah.
3) Menghubungkan
mata pelajaran yang mereka terima disekolah dengan masalah kehidupan
sehari-hari.
b.Metode
kerja lapangan (field study)
Metode
kerja lapangan memberikan kepada siswa untuk mengadakan interaksi langsung
dengan objek yang sedang dipelajarinya. Suatu karyawisata yang terorganisir
dengan baik, sama nilainya dengan memasuki laboratorium dialam bebas. Karya
wisata ini bila objeknya telah disusun dengan rapi di dalam rencana
pelajaran/silabus, sama pentingnya dengan teksbook dan alat peraga.
c. Metode
pemecahan masalah (problem solving)
Metode
ini digunakan untuk memecahkan masalah yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Metode pemecahan masalah dapat dikhususkan lagi dalam metode yang
lain: metode inquiri – pemberian tugas - process aproach – sosial drama dll.
d.
Metode penemuan (inquiry)
Metode
inkuiri adalah metode problem solving yang sifatnya lebih khusus yaitu siswa
dihadapkan pada maslah untuk diselesaikan, baik dalam kegiatan kelompok maupun
kegiatan perorangan.
1) Kepada
siswa dilancarkan pertanyaan-pertanyaan yang sudah direncanakan.
2) Siswa
menyelesaikan masalah dengan bentuk multiaktifitas yang kerangka polanya sudah
digariskan guru.
3) Siswa
menyajikan penyelesaian masalahnya
4) Guru
evaluasi/koreksi terhadap penyimpangan atau kesalahan yang terjadi.
e. Metode
pemberian tugas (resitation)
Anak
akan mengalami “to learn how to learn” yaitu belajar mencari fakta dan
bagaimana caranya. Ini merupakan prasarana untuk tampil memperoleh pengetahuan.
Misalnya: tugas menyusun
study kasus menghitung pembiayaan proyek.
f. Metode
proses (process aproach)
Yaitu
pengembangan sifat ilmiyah dengan menitik beratkan pada penemuan suatu konsep.
Titik berat mengajak adalah pengembangan keterampilan dasar dalam belajar dan
memperoleh ilmu dengan jalan mengikuti – mengalami suatu proses. Diusahakan
siswa memperoleh pengalaman tangan pertama untuk suatu proses eksplorasi.
Siswa
akan trampil berfikir memiliki konsep yang setiap saat dapat berfungsi sebagai
batu loncatan untuk memecahkan masalah baru dan memperoleh konsep baru.
g. Metode
memainkan tokoh masyarakat (sosiodrama)
Sangat efektif untuk
menanamkan pengertian-pengertian tentang kehidupan sosial yang sangat asing
bagi siswa. Dengan peran spontan ini seakan-akan anak benar-benar menghayati
dunia yang baru saja diperkenalkan kepadanya.
h.Pengajaran
berbingkai (programmed intructur)
Ciri-ciri pengajaran berprogramma ialah:
1) Bahannya
disusun berdasarkan suatu organisasi yang berurutan dan terstuktur agar bahan
tersebut dapat ditangkap pembaca.
2) Program
harus dapat menggunakan prinsip-prinsip reinforcement agar peristiwa belajar
benar-benar terjadi.
3) Programma
harus mencangkup hal-hal faktual pelajaran serta ketrampilan yang terdapat
dalam pola belajar.
4) Menggunakan
tiap-tiap aspek reinforment yang akan membimbing anak agar pengertian tentang
bahan dapat secara mendalam.
Suatu
program yang baik dituntut ciri-ciri khusus yaitu:
1) Asumsi
dinyatakan secara jelas dalam menulis programma, pelajar harus dapat membaca
bahan untuk suatu tingkat tertentu.
Tingkat vocabuler
pelajar harus sesuai dengan programa yang akan dipelajarinya. Penulis harus
memperhatikan latar belakang pengalaman anak dalam mata pelajaran tersebut
2) Tujuan
yang dinyatakan anak secara eksplinsit, menentukan tujuan ini mencangkup
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dari siswa sesudah membaca
suatu programa.
3) Urutan
penyajian bahan-bahan harus diatur selogis mungkin tanpa melompat-lompat dari
suatu persoalan ke persoalan lain dan kembali pada persoalan semula
4) Pelajaran
harus dipecah-pecah dalam bagian, mulai dari yang paling sederhana bertahap
sampai pada yang lebih kompleks.
5) Kecepatan
disesuaikan dengan individu pelajar.
Dalam
mempersiapkan materi berprograma perbedaan individual ini merupakan konsiderasi
pula hingga seseorang yang cepat belajar dapat dengan cepat pula maju dan yang
lambat dapat pula sesuai dengan kemampuannya.
i. Metode
bebas (independent study)
Ini adalah kegiatan
kulikuler yang memberi kebebasan pada siswa untuk melaksanakan belajar yang
dikehendaki.
Tujuan metode bebas adalah:
1) Siswa
belajar dengan cara yang bertanggung jawab mempergunakan sebaik-baiknya
2) Siswa
dapat belajar menentukan apa yang perlu baginya dan apa yang kurang perlu.
3) Siswa
dapat meningkatkan dirinya dengan bacaan yang disediakan baginya dan dapat
menghargai buku sebagai sumber pengetahuan
4) Siswa
dapat mendisiplinkan diri dan mengontrol dirinya.
5) Siswa
dapat mengembangkan rasa teloransi mengingat suasana pada saat independent
sangat ramai sehingga setiap siswa bekerja dengan seenaknya sendiri, tak
seorangpun dapat bekerja dengan baik pada waktu itu.
6) Siswa
dapat melakukan diskusi sehat dalam kelompok kecil dan menyesuaikan diri agar
tidak berbuat gaduh mengingat kawan-kawan lainnya.
7) Siswa
dapat bekerjasama pada saat alat buku perlengkapan lain yang dipelukannya telah
dipergunakan orang lain.
8) Siswa
dapat memusatkan perhatian tanpa harus terganggu oleh temannya
9) Siswa
belajar mengenal dirinya sendiri, kelebihan dan kekurangannya.
10)
Siswa mulai belajar dengan bimbingan
gurunya bagaimana menggunakan waktu luang. Cara mengisi waktu dengan baik ini
pasti akan mereka terapkan pada pengisian waktu kosong dirumah.
j. Metode
percobaan (eksperiment)
Anak
mendapatkan kesempatan untuk mengadakan percbaan, mengetrapkan teorinya dan
memprosesnya sampai menghasilkan sesuatu. Dalam percobaan ini anak akan
menemukan hal baru dan tambahan pengalaman.
k.Metode
penemuan konsep (conceptual learning) dan sebagainya
Anak digiring
untuk aktif menyelidiki suatu pengertian dengan mengenal sifat-sifat sejati
dalam hal yang diselidiki.
Masih
banyak macam metode lainnya yang tidak kurang pentingnya seperti reset,
diskusi, seminar, study kasus dll yang semua itu sangat bermanfaat dan
mengandung spirit bagi anak supernormal untuk mengembangkan ilmunya.
Tiap-tiap metode mempunyai kebaikan atau
keuntungan tetapi juga mempunyai kekurangan atau kerugian. Agar dapat saling
mengisi kekurangan hendaknya menggunakan metode secara kombinasi.
Metode diatas juga harus ditunjang
dengan fasilitas dan perlengkapan serta guru pembimbing yang telah
berpengalaman luas agar hasilnya dapat mencapai tujuan sesuai yang
direncanakan.
6. Tenaga
Kependidikan
Berdasarkan
karakteristik anak supernormal dapat diperkirakan bagaimana tuntutan
syarat-syarat untuk dapat melayani kebutuhan mereka.
Dengan
pertolak pada pokok pikiran tersebut guru untuk anak supernormal harus memiliki
kemampuan intelektual serta kepribadian guru
yang
memungkinkan guru dapat mengikuti bakat dan minat anak didiknya secara tepat.
Karakteristik
yang mungkin diperlukan bagi pembinaan anak supernormal antara lain:
a. Harus
memiliki intelegensi tinggi tetapi tidak harus tingkat genius.
b.Menguasai
bidang pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya secara intensif
c. Selalu
aktif menambah ilmu, mengikuti perkembangan cakrawala dunia pengetahuan yang
melaju pesat agar tidak terbelakang dengan anak didiknya.
d.
Ahli didaktik dan kurikulum
e. Berpengalan
luas dalam bidang pendidikan
f. Menguasai
strategi pembelajaran berkopetensi tinggi
g.Pandai
memilih metode yang berpusat pada anak
h.Mengetahui
teknik evaluasi yang sempurna
i. Mencatat
semua kegiatan anak supernormal dengan rapi dan lengkap dan didokumentasikan
j. Dengan
sepenuhati menyukai bidangnya sehingga dapat dengan anak
k.Harus
betul-betul mengetahui kehidupan anak supernormal.
l. Harus
kaya akan rencana-rencana kegiatan atau dengan segala macam teknik pengolaan
yang benar-benar masak sehingga dapat menjamin fungsi guru adalah narasumber
bagi anak.
m.
Mempunyai kepribadian yang fleksibel
n.Memiliki
jiwa pengabdian (dedukasi), sanggup berkorban
o.Terbuka
sikapnya
p.Dll
Tentu saja beban tugas guru anak
supernormal tidak ringan, penuh dengan tanggung jawab menghadapi bermacam
tantangan, memiliki mental yang kuat dalam melayani pribadi-pribadi anak
supernormal.
Sudah selayaknya apabila demi
berhasilnya pendidikan pemerinytah harus juga menyiapkan segala macam penunjang
yang berkaitan dengan kebutuhan program itu antara lain khusus untuk guru
supernormal harus diberikan jaminan tambahan tunjangan, fasilitas yang bersifat
pembinaan karirnya.
D. PERAN SERTA ORANG TUA DAN
MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN ANAK SUPERNORMAL
1. Problem-problem yang datang dari
Keluarga-Masyarakat dan Sekolah
Banyak
orang tua yang kurang mengetahui tentang keadaan anaknya yang tergolong
supernormal sehingga kalau anaknya berbuat hal-hal yang tidak masuk akal, orang
tua tidak dapat mengerti.
Anak
yang tergolong genius umur 3 tahun sudah ingin belajar membaca dan menulis,
arang tua yang tidak tahu akan memarahinya, padahal justru harus diberikan
pengarahan dan bimbingan agar perkembangan mentalnya tersalur sesuai dengan
bakatnya.
Juga
pada anak yang mempunyai talent dalam bidang teknik listrik orang tua
seharusnya mengikuti pembawaan bakat anaknya jangan merintangi dan menyuruh
anaknya menuruti kehendak orang tuanya yang menginginkan anak menjadi ahli
hukum misalnya.
Dari
pihak masyarakat pun masih banyak yang kurang mengetahui kehidupan golongan
para genius. Anak genius yang sangat tinggi IQ nya memang sering menunjukkan
sifat eksentrik, egois, intoleran yang sukar diterima oleh orang awam. Maka
apabila sikap itu sukar diterima masyarakat akan sulit nantinya dalam
pergaulanya dimasyarakat, padahal para genius mempunyai potensi yang bernilai
tinggi yang bermanfaat untuk kepentingan masyarakat dan negara.
2. Usaha-usaha
Pendekatan Pendidikan Anak Supernormal
Untuk
menunjang berhasilnya usaha pendekatan pendidikan anak supernormal itu hal-hal
yang perlu diperhatikan antara lain yaitu :
a. Orang
tua maupun masyarakat hendaknya dapat mengidentifikasi anak supernormal sedini
mungkin.
b.Peran
orang tua dan masyarakat dalam perkembangan anak supernormal harus dibina.
Harus mengetahui problem serta dapat membimbingnya.
c. Orang
tua dapat melibatkan diri dalam pengembangan pelayanan pendidikan anak
supernormal
1) Bekerja
sama dengan guru sejak prasekolah
2) Ikut
menyusun konsep program pendidikan bagi anak supernormal untuk menampung minat
kebutuhan dan potensi yang dimiliki anak supernormal.
d.
Peranan orang tua dan masyarakat dalam
mengusahakan lingkungan yang menunjang pengembangan anak supernormal antara
lain:
1) Menciptakan
lingkungan rumah/keluarga yang serasi selarasdan seimbang dengan diri anak
supernormal
2) Menyiapkan
sarana, lingkungan pisik-alam-sosial- yang memungkinkan anak dapat
mengembangkan bakatnya
3. Beberapa
Saran untuk Orang Tua yang Mempunyai Anak Supernormal
a. Orang
tua perlu mengetahui ciri-ciri anak supernormal agar dalam pengarahannya dapat
menyesuaikan diri dalam hubungannya dirumah, kemajuan belajarnya disekolah
serta pergaulannya dimasyarakat, sehingga dapat melayani kebutuhan kebutuhan
anaknya demi berhasilnya pendidikan.
b.Perlu
mengerti bahwa umur mental anak supernormal lebih tinggi dari umur kalendernya,
maka kalau mengetahui seperti itu maka anak jangan dimarahi. Carikan teman yang
dapat mengembangkan intelektualnya.
c. Sediakanlah
perpustakaan kecil dirumah sebagai penunjang kurikulum. Jika anak membaca buku
kakaknya maka anak jangan dimarahi sebaiknya diarahkan.
d.
Perlu dimengerti bahwa anak supernormal
yang genius cenderung menunjukkan sifat emosional inteloran. Orang tua wajib
mengingatkan dengan halus, diberi keterangan yang masuk akal sehingga
penjelasan itu dapat diterima oleh anak.
e. Anak
yang tergolong genius disamping umur mental yang sangat tinggi adalah tetap
memiliki tergolong anak yang “jiwa kekanak-kanakannya”, maka jangan heran bahwa
anak super 10 tahun telah lulus sekolah menengah tapi ia masih senang bermain
layaknya anak sebayanya.
f. Anak
jangan ditekan tetapi juga jangan di dewa-dewakan dengan anggapan ia anak yang
luar biasa dan istimewa.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ke dalam kelompok anak supernormal kita golongkan mereka yang
memiliki kemampuan intelektual yang unggul. Dengan keunggulan ini ini mereka
memiliki peluang yang besar untuk mencapai prestasi tinggi dan menonjol di
bidang pekerjaan.Untuk keberhasilan tersebut ditentukan oleh kemampuan intelektual,
tingkat kemampuan yang dimilikinya, dan tingkat keterampilan yang dikuasainya
untuk menerapkan pengetahuan yang dimilikinya itu di dalam bidang pekerjaan.
Anak supernormal memiliki
karakteristik berbeda dalam belajarnya bila dibandingkan dengan anak-anak
normal, diantaranya; mereka cenderung memiliki kelebihan menonjol dalam kosa
kata dan menggunakannya secara luwes, memiliki informasi yang kaya, cepat dalam
menguasai bahan pelajaran, cepat dalam memahami hubungan antar fakta, mudah
memahami dalil-dalil dan formula-formula, tajam kemampuan analisisnya, membaca
banyak bahan bacaan (gemar membaca), peka terhadap situasi yang terjadi di
sekelilingnya, kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar.
Anak supernormal ini sangat memerlukan layanan pendidikan
secara khusus, karena mereka memiliki karakteristik belajar yang berbeda jika
dibandingkan dengan anak normal pada umumnya. Untuk layanan anak supernormal,
ada tiga model yang dapat dikembanglan, yaitu pengayaan, percepatan, dan
pengelompokkan. Yang paling banyak dipilih dalam pendidikan anak berbakat
adalah pengayaan dan percepatan. Dalam pengayaan programnya disamakan dengan
anak-anak yang sebaya dengannya, hanya bagi anak berbakat disediakan pengalaman
belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan khususnya. Sedangkan dalam
percepatan siswa didorong untuk maju melalui program sekolah. Model yang kini
banyak dikembangkan adalah sistem dimana anak berbakat diintegrasikan dalam
kelas
reguler. Cara ini banyak memberi keuntungan bagi perkembangan
psikologis dan sosial anak. Layanan diberikan secara berbeda melalui
pendekatan pengajaran yang diindividualisasikan.
Konsekwensinya adalah diperlukan kurikulum yang fleksibel, yaitu kurikulum yang
berdiferensi, yang bisa mengakomodasi anak-anak normal (biasa) maupun anak-anak
supernormal. Dengan layanan yang diindividualisasikan, yang diperlukan bukan
sekolah, kelas atau kurikulum yang khusus, melainkan modifikasi kurikulum dan
sarana pendukungnya agar sesuai dengan kebutuhan anak-anak supernormal.
B.
SARAN
Agar anak-anak berbakat
dapat mengembangkan potensinya secara maksimal, hendaknya guru-guru di Sekolah
Dasar memahami cirri-ciri dan karanteristik anak berbakat dalam belajar,
selanjutnya diharapkan para guru selalu memperhatikan murid-muridnya pada saat
belajar. Jika guru menemukan anak dan memiliki ciri-ciri seperti anak berbakat,
maka guru harus melakukan identifikasi secara dini, sehingga peserta didiknya
dapat ditangani lebih dini lagi dan potensi yang dimiliki anak bisa berkembang
secara maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Tirtonegoro,
Sutratinah. 1984. Anak Supernormal dan
Program Pendidikannya. Jakarta: PT Bina Aksara.
Zulifah,
Ida. 2010. Mendidik Anak Supernormal
dalam Perspektif Pendidikan Islam (online). http://dunia-fikri.blogspot.com/2010/01/mendidik-anak-supernormal-dalam_28.html,
diakses pada tanggal 6 Oktober 2012.
Latifah,
Nurul. 2012. Anak Supernormal dan Program
Pendidikannya (online). http://nurullatifah.blogspot.com/2012/04/anak-supernormal-dan-program.html,
diakses pada tanggal 6 Oktober 2012.
Syamsul.
2012. Anak Supernormal (online). http://syamsuljosh.blogspot.com/2012/06/anak-supernormal.html,
diakses pada tanggal 6 Oktober 2012.
-.2009.
Wechsler Intelligence Scale for
Children (WISC) (online). http://KeSimpulan.com/Laporan.Penelitian/Wechsler.Intelligence.Scale
for.Children.(WISC), diakses pada tanggal 6 Oktober 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar