BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENTINGNYA
PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR
Pendekatan
mengandung arti cara pandang atau menyikapi sesuatu dengan bertolak dari asumsi
tertentu. Pendekatan dalam pembelajaran IPS ini dimaksudkan sebagai cara
pandang kita terhadap proses belajar murid dalam mata pelajaran IPS dan
mengupayakan penciptaan kondisi dan iklim kelas yang memungkinkan terjadinya
proses pembelajaran yang efektif. Pendekatan ini sangat penting bagi guru dalam
mata pelajaran IPS sebagai manajer kelas, fasilitator belajar dan sebagai
teladan aktor sosial.
B.
MACAM-MACAM
PENDEKATAN
1.
Pendekatan
Kognitif dalam Pembelajaran IPS SD
IPS
berfungsi sebagai ilmu pegetahuan untuk mengembangkan kemampuan dan sikap
rasional tentang gejala-gejala sosial serta kemampuan tentang perkembangan
masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia di masa lampau dan masa kini. Dari
uraian tersebut dapat dikatakan jika karakteristik pembelajaran IPS di SD
secara umum merupakan pendidikan kognitif sebagai dasar partisipasi sosial.
Artinya, perhatian utama pembelajaran IPS ialah mengembangakan peserta didik sebagai
aktor sosial yang cerdas. Untuk mencapai tujuan tersebut, kecerdasan rasional
dan emosianalnya harus berkembang secara seimbang. Menurut Banks (dalam
Sardjiyo, 2009: 5.4) pendekatan yang khas dalam IPS yang potensial dapat
mengembangkan kecerdasan rasional adalah Social
Science Inquiry atau Penelitian Ilmu Sosial. Pendekatan tersebut memiliki
krakteristik sebagai berikut (Banks, 1977: 41-70)
a. Tujuan
Tujuan
utama pendekatam penelitian sosial ialah membangu teori atau secara umum
membangun pengetahuan. Untuk membangun pengetahuan diperlukan fakta dan generalisasi.
Pendekatan penelitian sosial di SD harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan kognitif anak. Menurut Piaget
(Bell Gradler:1986) anak Sd kelas 3-6 berada pada rentang usia 8-12 tahun
mereka berada pada tahap operasional konkrit. Oleh karena itu, tujuan
pendekatan pnelitian di SD adalah memperkenalkan dan melatih anak cara berfikir
ilmu sosil yang dapat dibangun namun belum sampai pada teori pengetahuan
sosial, tetapi berupa pengetahuan sosial dengan kerangka keilmuan sederhana.
b. Proses
penelitian
Menurut
Banks (1977:43) ilmu pengetahuan metupakan proses dan produk berupa tubuh
pengetahuan teoritis yang selalu bersifat interaktif. Bagi siswa SD, proses
penelitian berfungsi sebagai media untuk mengenal gejala-gejala sosial dan
perkembangan masyarakat atau dapat dikatakan jika proses ini merupakan
pengeajaran sosial sebagai ilmu sosial.
c. Model-model
penelitian sosial
Banks
(1977) memperkenalkan model seperti berikut
Masalah
------- Hipotesis ------- Data ------- Kesimpulan
Kemudian bagan tersebut
dimodifikasi sehingga cocok untuk diterapkan di SD.
Pengetesan
Hipotesis dan Peruusan Kesimpulan
|
Mulai Penelitian Baru
|
Evaluasi dan Analisis Data
|
Perumusan
Hipotesis
|
Pembatasan
Istilah
|
Pengumpulan
Data
|
Raov-Peduli
|
Perumusan Masalah
|
Teori
Nilai
|
![]() |
1) Masalah
Maalah
berkenaan dengan gejala yang tampak (yang ditangkap oleh pancaindera) yang
muncul akibat rasa ingin tahu. Namun tidak semua hal yang kita rasakan
merupakan masalah. Terganutng pada apakah yang teramati tersebut bertentangan
dengan konsep yang ada di dalam pikiran. Masalah bersifat individu yang
menyebabkan sesuatu yang kita anggap sebagai masalah belum tentu menjadi
masalah pula bagi orang lain. Jadi dapat dikatakan, masalah merupakan hasil
rekayasa pikiran yang berkenaan dengan fenomena, teori dan nilai yang ada di
dalam pikiran kita.
2) Hipotesis
Hipotesis
merupakan kesimpulan sementara yang masih perlu diuji kebenarannya. Apabila
hipotesis tersebut telah diuji secara empiris (menggunakan data) maka akan
terbentuk tesis atau kesimpulan. Hipotesis tersebut seyogyanya dirumuskan
berdasarkan asumsi (postulat, hal-hal yang berhubungan dengan unsur-unsur yang
dipermasalahakan yang diterima sebagai kebenaran tanpa bukti).
3) Pengumpulan
dan Analisis Data
Data
berasal dari bahasa latin datum yang
berarti satu informasi (bersifat tunggal) dan jika data bersifat banyak maka
disebut data. Data dapat berbentuk kenyataan yang dapat ditangkap oleh
pancaindera. Data juga dapat berupa informasi hasil pengukuran atau
perhitungan. Data diperlukan dalam pengujian hipotesis. Terdapat dua macam
data, yakni data primer (medapatkan informasi dari orang pertama) dan data
sekunder (mendapatkan informasi dari orang lain). Dalam pengumpulan data,
hendaknya digunakan suatu instrumen pengumpulan data yang baik agar data
tersebut valid.
4) Kesimpulan
Kesimpulan
ialah hipotesis yang telah diuji dan dibuktikan kebenarannya. Apabila
kesimpulan tersebut terus diuji dan dibangun secara kait-mengait maka akan
menghasilkan teori. Teori pada dasarnya merupakan pernyataan hubungan antarhal
yang sudah di tes kebenarannya dan berlaku umum.
d. Konsep
Konsep
merupakan suatu kata atau pernyataan abstrak yang berguna untuk mengelompokkan
benda, ide atau peristiwa (Banks, 1977:85). Contoh konsep seperti pantai,
silsilah, norma, pemerintah, dsb. Prose pembentukan konsep pada dasarnya
merupakan prose mengelompokkan dan memberi nama konsep serta merumuskan
pengertian konsep itu. Berdasarkan sifatnya, terdapat empat macam konsep, yakni
1) Konsep
teramati (observed concept)
Konsep
teramati ialah konsep yang contohnya dapat ditangkap pancaindera seperti
manusia, rumah, jalan raya, bising, manis, merdu, dsb.
2) Konsep
tersimpul (inferred concept)
Konsep
tersimpul ialah konsep yang contohnya harus disimpulkan dari beberapa hasil
pengamatan atau beberapa peristiwa sebagai indikator. Misalnya sopan, tertib,
indah, pahlawan, cantik, dsb.
3) Konsep
relasional (relational concept)
Konsep
relasional adalah konsep yang melibatkan jarak dan atau waktu. Misalnya abad,
dasawarsa, mile, lintang, bujur, isobar, isothorm, kawasan, dsb.
4) Konsep
ideal (ideal type concept)
Konsep
ideal adalah konsep tersimpul yang lebih abstrak dan merupakan konsep yang
memerlukan pengumpulan indikator yang lebih luas. Misalnya keadilan, pancasialis,
takwa, nyaman, patriotik, kasih sayang, kejujuran, kesejahteraan, dsb.
e. Generalisasi
Banks
(1977:97) menyatakan bahwa generalisasi ialah pernyataan mengenai keterkaitan
dua konsep atau lebih. Contohnya, perilaku mengajar guru di muka kelas merupakan
hasil interaksi antara kompetensi kemampuan mengajar guru drngan lingkungan
belajar. Dalam contoh tersebut, terdapat tiga buah konsep yakni perilaku
mengajar, kompetensi kemampuan mengajar guru dan lingkungan belajar. Pernyataan
hubungan antar konsep tersebut biasanya menggunakan kata-kata sperti merupakan
hasil dari, disebabkan oleh, karena dipengaruhi oleh, dsb.
Setiap
generalisasi memiliki kecakupan keberlakuan pernyataannya. Luasnya cakupan
suatu generalisasi akan menentukan aras (level) dari generalisasi itu. Secara
umum, generalisasi digolongkan menjadi tiga aras (Banks, 1977:99-100).
1) Generalisasi
aras tinggi
Genaralisasi
aras tinggi berlaku secara universal, artinya, pernyataan tersebut berlaku di
mana saja, kapan saja, dan bagi siapa saja. Contohnya antara interaksi manusia
dengan lingkungannya mempengaruhi cara pemenuhan kebutuhannya.
2) Generalisasi
aras sedang
Generalisasi
aras sedang berlaku terbatas pada suatu wilayah budaya atau kurun waktu
tertentu. Contohya pada masa penjajahan Belanda kesempatan pendidikan bagi
rakyat Indonesia sangatlah terbatas.
3) Generalisasi
aras rendah
Genralisasi
aras rendah berlaku lebih terbatas lagi pada lingkup yang lebih sempit.
Contohnya pada musim angin barat poenghasilan nelayan tradisional di Pelabuhan
Ratu menurun karena terbatasnya frekuensi dan jarak tangkapan ikan.
f. Teori/konstruk
Teori
atau konstruk merupakan pentuk pengetahuan tertinggi yang dapat digunakan untuk
menerangkan dan memperlakukan perilaku manusia (Banks, 1977:103). Teori
dibangun oleh generalisasi aras tinggi yang memenuhi syarat-syarat berikut:
1) Melukiskan
hubungan antar konsep atau variabel yang didefinisikan secara jernih.
2) Mengandung
sistem deduksi yang ajeg atau tetap.
3) Merupakan
sumber dari hipotesis yang sudah diuji kebenarannya (Banks, 1977:103).
Contoh teori misalnya teori permintaan
dan penawaran, teori contract social
dari John Locke dan Rousseau.
2.
Pendekatan
Sosial, Personal dan Perilaku dalam Pembelajaran IPS SD
Pendekatan
sosial, personal, dan perilaku pada prinsipnya merupakan bentuk sentuhan
paedagogisnya terhadap dimensi sosial dan personal atau dimensi inteligensia
emosional atau emotional intelligence
menurut Goleman (1996). Dimensi tersebut memiliki aspek-aspek emosi, nilai dan
sikap, serta perilaku sosial yang satu sama lain memiliki saling keterkaitan.
a. Emosi
Oxford
English Dictionary mengartikan emosi (emotion)
sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap
keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Goleman (1996) mengartikan emosi
sebagai suatu perasaan dan pikiran atau suatu keadaan biologis dan psikologis
dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Tercakup dalam emosi ini adalah
amarah, kesehatan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu
(Goleman, 1996:411-412). Pikiran emosional cenderung bersifat cepat, namun
ceroboh atau tidak teliti dan berbeda dengan pikiran rasional yang
cenderungsangat teliti namun lambat. Pikiran emosional merupakan dorongan hati.
Kedua pikiran tersebut saling mengisi dan ada di dalam diri kita. Yang
diperlukan hanyalah penyelaran atau penyeimbangan pikiran emosional dan pikirn
rasional. Untuk menyelaraskannya, yang diperlukan hanyalah pendidikan emosi dan
rasio yang harmonis.
Menurut
W. T. Grand Consurtiums, dalam Goleman (1996:426-427) keterampilan emosional
mencakup hal-hal berikut.
1) Mengidentifikasi
dan memberi nama perasaan-perasaan.
2) Mengungkapkan
erasaan.
3) Menilai
intensitas perasaan.
4) Mengelola
perasaan.
5) Menunda
pemuasan
6) Mengendalikan
dorongan hati
7) Mengurangi
stres.
8) Mengetahui
perbedaan antara perasaan dan tindakan.
b. Nilai
dan sikap
1) Nilai
Menurut
Doley dan Copaldi, (1965:32) nilai memiliki dua sisi, yakni sebagai kata benda
dan kata kerja. Sebagai kata benda, nilai memiliki dua pengertian yaitu sebagai
objek sesuatu dianggap suatu nilai apabila memiliki kualitas kebaikan atau
harga (goodnes or worth) misalnya
seorang gadis canti dan sebagai pengamat suatu hal dianggap bernilai atau
memiliki nilai apabila dilihat dari pikiran seseorang sebagai memiliki,
kualitas atau harga. Misalnya pada suatu kasus seorang gadis yang cantik. Gadis
cantik merupakan pandangan yang diungkapkan oleh orang lain.
Sebagai
kata kerja, menilai diartikan sebagai perilaku mental untuk memberi atau
mengatakan sesuatu sebagai memiliki kualitas kebaikan. Misalnya menilai barang,
pakah suatu barang tersebut bagus atau tidak.
Menurut
Milton Rokeach dalam Banks (1977:407-408) nilai adalah suatu jenis kepercayaan
yang ada dalam seluruh sistem kepercayaan seseorang, mengenai bagaimana
seseorang bagaimana seharusnya atau tidak seharusnya berprilaku atau perlu
tidaknya sesuatu dicapai. Nilai dapat menjadi
ukuran baik dan buruknya sesuatu dan juga bersifat perseorangan atau kelompok.
Negara RI memiliki sistem nilai Pancasila dan UUD 1945 yang merupakan tatanan
nilai yang dipahami atau dihayati ole seluruh bangsa Indonesia.
2) Sikap
Menurut
Alport (1935) dalam Winataputra (1989:148) sikap adalah suatu kondisi kesiapan
mental dan syarat yang terbentuk melalui
pegalaman yang memancarkan arah atau pengarah yang dinamis terhadap respon atau
tanggapan individu terhadap objek atau situasi yang dihadapinya. Atau dapat
juga dikatakan sebagai kecenderungan seseorang untuk berbuat berkenaan dengan
objek atau situasi. Misalnya ketika kita bertemu dengan anjing galak. Kemudian
kita berteriak dan berlari. Dalam hal tersebut, berteriak dan berlari merupakan
perilaku. Sikapnya ialah kesiapan kita untuk berteriak ataupun berlari.
Sikap
ada yang bersifat senang atau tidak, sayang atau benci, takut atau berani,
perhatian atau acuh, dsb. Namun dilihat dari kadarnya, sikap bersifat simpleks
dan multipleks. Misalnya seseorang senang melihat acara di RCTI karena ada
Doraemon merupakan contoh simpleks sedangkan contoh multipleksnya ialah apabila
ada yang senang melihat RCTI karena banyak alasan seperti gabarnya jernih,
banyak sinetronnya, dsb.
c. Perilaku
sosial
Perilaku
sosial disebut juga keterampilan sosial atau studi sosial (Marsh dan Print,
1975, Jarolimek, 1971). Keterampilan (Jerolimeck, 1971:65) mengandung unsur
kemahiran dan kemampuan melakukan sesuatu dengan baik. Keterampilan memiliki
dua karakteristik yakni bertahap (developmental)
dan latihan (practice) yang berarti
latihan membutuhkan latihan secara bertahap. Keterampilan sosial pada dasarnya
mencakup semua kemampuan operasional yang memungkinkan individu dapat
berhubungan dan hidup bersama secara tertib dan teratur dengan yang lain.
Berdasarkan
uraian di atas, berikut merupakan aspek-aspek yang diperlukan untuk
mengembangkan pembelajaran IPS di SD.
Aspek
emosi, sosial dan keterampilan sosial menurut Jerolimeck (1971:67) dapat
dikembangkan melalui berbagai kegiatan sebagai berikut.
a. Kehidupan
kelas sehari-hari yang menitik beratkan akan kepedulian terhadap orang lain,
kebebasan dan persamaan, kemerdekaan berfikir, tanggung jawab dan penghormatan
terhadap harga diri seseorang.
b. Mempelajari
sejarah dan perkembangan kehidupan negara terutama mengenai cita-cita dan
ideologinya yang memerlukan usaha untuk terus mewujudkannya.
c. Mempelajari
riwayat hidup tokoh-tokoh yang mencerminkan nilai-nilai dari bangsa dan negaranya.
d. Mempelajari
hukum beserta sistem hukumnya dan sistem peradilannya.
e. Merayakan
hari-hari besar yang merayakan nilai dan sikap.
f. Menganalisis
makna kata-kata dalam proklamasi, pembukaan UUD 1945, batang tubuh UUD 1945 dan
peraturan perundangan yang lainnya.
Apabila
dilihat dari nomor f di atas, pembelajaran itu dapat dibuat dalam dua kelompok
yakni.
1) Pembelajaran
formal yang menitikberatkan pada pemahaman dan analisis di dalam atau di luar
kelas.\
2) Pembelajaran
informal yang menitikberatkan pada penghayatan, pelibatan dan penciptaan
suasana yang mencerminkan komitmen terhadap nilai dan sikap terutama di luar
kelas.
Khusus dalam pembelajaran formal
tersebut, Simon, Howe, dan Kinshenbaum (1974) menawarkan 5 pendekatan yang
berorientasi pada nilai dan sikap sebagai berikut.
a) Transmisi
nilai secara bebas. Anak didik diberi
kesempatan untuk menangkap,mengkaji dan memilih nilai sesuai pertimbangannya.
b) Penanaman
nilai yang merupakan proses pembelajaran nilai secara langsung mengenai konsep
dan nilai yang sudah dianggap baik.
c) Suri
tauladan menitikberatkan pada penampilana teladan atau keteladanan dalam
berbagai bidang dan lingkungan kehidupan.
d) Kualifikasi
nilai yang menitik beratkan pada langkah sistematis dalam menghayati, memahami
dan melaksanakan nilai.
Langkah-langkahnya
sebagai berikut.
(1) Bangga
atas nilai dan perilaku.
(a) Menunjukkan
rasa senang dan bangga.
(b) Mengatakan
nilai pada orang lain.
(2) Memilih
nilai dan perilaku.
(c) Memilih
dari berbagai kemungkinan.
(d) Memilih
setelah mengujinya
(e) Memilih
dengan bebas
(3) Bertindak
atas dasar pilihan itu.
(f) Bertindak
atau berperilaku.
(g) Bertindak
sesuai pola secara tetap/konsisten.
e) Klarifikasi
nilai terintegrasi struktur yang menitikberatkan melalui proses analisis konsep
bidang studi. Misalnya menganalisis banjir, yaitu apa, mengapa dan bagaimana
banjir. Guru juga selalu menghubungkan dengan nilai dan sikap masyarakat.
Untuk memudahkan guru, terdapat beberapa
model praktis yang dapat diterapkan di SD yang meliputi.
a. Pendekatan
eksppositori berorientasi nilai dan sikap.
1) Tujuannya
adalah menyampaikan nilai/sikap secara dialogis melalui ceramah, peragaan, dan
tanya jawab.
2) Langkah-langkah
a) Guru
memilih suatu nilai yang seharusnya diterima oleh semua murid. Misalnya tata
tertib, cinta lingkungan, dsb.
b) Guru
menyiapkan bahan peragaan berupa diagram, gambar, dsb.
c) Guru
menyajikan komsep nilai dengan memanfaatkan peragaan dan dengan diselingi
dialog hangat mengenai pentingnya nilai.
d) Menguasai
murid untuk menerapkan nilai-nilai yang telah dikaji dalam kehidupan
sehari-hari misalnya tertib di jalan raya, tertib di sekolah, dsb.
e) Guru
meminta laporan penerapan nilai itu dan membicarakannya kembali di dalam
kelas..
b. Pendekatan
nilai keteladanan.
1) Tujuannya
adalah menangkap nilai/sokap melalui analisis sampel keteladanan di masyarakat
dalam berbagai bidang, tempat, dan waktu. Serta memotivasi siswa untuk
mengadopsi keteladana itu.
2) Langkah-langkah
a) Guru
memilih sampel keteladanan dalam berbagai bidang, tempat dan waktu misalnya
para Nabi dan Rasul, R.A. Kartini, dsb.
b) Guru
membaca dan menyediakan berbagai sumber informasi seperti buku, koran, dsb
mengenai keteladanan untuk digunakan sebagai sampel.
c) Guru
menyajikan pertanyaan tentang pilihan tersebut.
d) Secara
kelompom siswa mencari jawaban dengn memnfaatkan sumber yang ada.
e) Guru
memimpin diskusi kelas setelah diskusi kelompok.
f) Murid
dan guru mengidentifikasi ciri-ciri keteladanan sampel.
g) Bersama
murid guru memilih ciri mana yang dapat diterapkan sesuai dengan usia dan
lingkungannya.
h) Guru
menugaskan untuk mencoba menerapkan nilai keteladana yang dipilihnya.
i) Guru
meminta kesan-kesan penerapan ciri keteladanan dari murid.
3) Sebagai
catatan perlu ditambahkan ha-hal sbagai berikut:
a) Sumber
informasi keteladanan dapat dicari bersama murid.
b) Teladan
yang dipilih dapa berasal dari pertimbangan guru, murid atau bersama.
c) Jangan
memilikih sampel teladan yang menimbulkan kntroversi.
d) Dapat
pula memilih teladan yang masih hidup.
c. Pendekatan
kajian nilai.
1) Tujannya
adalah menangkap nilai melalui kajian nilai secara sistematis dan mendasar.
2) Langkah-langkah
(diadaptasi dari model Hunt and Metcalf’s
Decision Making)
a) Membahas
apa hakikat dari objek peristiwa atau kebijakanaan yang akan dinilai. Misalnya
diambil masalah pemerataan.
(1) Membahas
untu kriteria pemertaan.
(2) Menyepakati
kriteria.
b) Membahas
konsekuensi penerapan kriteria dalam hal ini untuk masalah pemerataan.
c) Menguji
keberlakuan kriteria dengan cara melihat kekurangan dan kebaikan dari kriteria
itu.
d) Memberikan
justifikasi krteria dengan cara melihat apakah kriteria itu dapat diterapkan
scara ajek atau konsisten.
d. Pendekatan
integratif konsep dan nilai.
1) Tjuannya
adalah menangkap nilai yang melekat pada atau merupakan implikasi dan suatu
konsep melalui kajian akademis.
2) Langkah-langkah
a) Guru
menciptakan suatu konsep yang akan dibahas yang mengandung nilai. Misalnya
konsep banjir yang diperkirakan memiliki kandungan nilai cint lingkungan,
gotong royong, dsb.
b) Guru
bersama murid membahas sebab dan akibat banjir secara akademis melalui analisis
pemecahan masalah dengan menggunakan format sebagai berikut.
Banjir
|
|||
Sebab
|
Akibat
|
||
Alam
|
Manusia
|
Alam
|
Manusia
|
|
|
|
|
c) Memusatkan
perhatian pada sebab akibat banjir dari sudut manusia, misalnya penyebab banjir
karena manusia membuang sampah sembarangan, dsb.
d) Mengangkat
isu nilai/sikap/moril dari masalah pembuangan sampah sembarangan dengan diskusi
kelompok atau guru dan murid.
e) Membahas
secara analisis cara-cara menanggulangi banjir dari sudut manusia dan
mengangkat isu nilai/sikap/moril yang terkait pada cara itu.
f) Memusatkan
perhatian pada faktor.
g) Memberikan
penguasaan pentingnya unsur manusia khususnya nilai, sikap, dan moral alm
memelihara kelangsungan hidup agar lebih baik dan lebih menenangkan.