2.1 Pengertian Disiplin Kelas
Kataan disiplin berasal dari bahasa
Yunani "Disciplus" yang artinya murid atau pengikut seorang guru. Seorang murid atau
pengikut harus tunduk kepada peraturan, kepada otoritas gururya. Karena itu disiplin berarti
kesediaan untuk mematuhi ketertiban agar murid dapat belajar. Adapun menurut kamus umum
Bahasa Indonesia, W.J.S Poerwadarminta, istilah disiplin mengandung pengertian
sebagai berikut: Latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala
perbuatannya selalu mentaati tata tertib di sekolah. Ketaatan pada aturan dan tata tertib. Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka dapatlah penulis katakan
bahwa disiplin adalah rasa tanggung jawab dari pihak murid berdasarkan
kematangan rasa sosial untuk mematuhi segala aturan dan tata tertib di sekolah sehingga dapat
belajar dengan baik.
Disiplin
dapat juga dikatakan sebagai alat pendidikan bagi anak, sebab dengan disiplin
anak dapat membentuk sikap teratur dan mentaati norma aturan yang ada. Untuk
itu disiplin sudah bisa dibiasakan dalam kehidupan anak sejak usia dini. Disiplin
berkaitan pula dengan motivasi, karena dengan adanya disiplin
anak terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu untuk mencapai
apa yang diharapkan orang lain darinya, apakah itu keluarga, guru, maupun
teman-temannya. Selain itu disiplin dapat pula membantu anak mengembangkan hati
nurani dari dalam diri yang membantunya dalam membuat keputusan dan
mengendalikan tingkahlakunya. Pembiasaan
hidup disiplin pada diri anak baik di rumah maupun di sekolahakan berpengaruh
positif bagi anak dalam perkembangannya. Untuk itu peran orang dewasa,
baik orang tua, maupun guru berperan penting dalam menanamkan pembiasaan
disiplin ini pada anak.
Dalam
hal ini guru dan orang tua dapat menjadi model, pembimbing dan pengarah anak
dalam berperilaku yang baik yang diterimalingkungannya. Pada awalnya disiplin
memang dirasakan sebagai suatu aturan yangmengekang kebebasan anak. Akan tetapi
bila aturan tersebut dirasakan sebagai suatuyang memang seharusnya dipatuhi secara
sadar untuk kebahagiaan diri anak dankebaikan bersama, maka lama kelamaan akan
menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju kearah disiplin diri sendiri
(self discipline}. Artinya disiplin tidak lagimerupakan suatu yang datang dari
luar dirinya yang memberikan keterbatasan tertentu. Dalam hal ini disiplin telah
merupakan suatu aturan yang datang dari dalam diri sebagai suatu aturan tentang
suatu hal yang wajar dilakukan anak dalamkehidupan sehari-hari.
Dalam
kehidupan sehari-hari kata disiplin diartikan banyak orang dengan sudut arti yang
berbeda. Ada yang mengartikan kata disiplin sama dengan
hukuman, pelaksanaan fungsi kontrol, dan ada pula yang mengartikan sebagai
bentuk pelatihan. Pengertian disiplin sebagai hukuman adalah karena tindakan
pendisiplinan mengarah kepada perilaku-perilaku anak yang menyimpang, sehingga
perlunyadilakukan tindakan pendisiplinan dengan cara menghukum. Seperti
pernyataan anak itu sering merusak alat-alat sekolah, ia harus
didisiplinkan, dalam arti ia harus dihukum karena telah melakukan pengrusakan.
Dengan demikian konsep tentang disiplin disamakan dengan hukuman. Disiplin
diartikan pula sebagai kontrol, karena dalam penerapan disiplin banyak
berpegang kepada aturan-aturan untuk melihat dan menilai perilaku anak. Dalam
tindakan kontrol ini akan dilihat apakah perilaku anak sesuai atau berpedoman
kepada aturan yang ditetapkan. Jika ternyata
perilaku tersebut menyimpang dari aturan yang ditetapkan maka dilakukan
tindakan disiplin. Disiplin dikatakan pula suatu bentuk latihan bagi anak.
Dalam penanaman disiplin anak dilatih untuk mengontrol diri dalam berperilaku
agar sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Dengan adanya latihan
ini menjadikan timbulnya disiplin diri sendiri, yang ditandai dengan adanya
kesadaran anak dan kemampuan dalam pengendalian diri sendiri.
2.2 Pemdekatan Dalam Manajemen Kelas
1. Pendekatan Otoriter
Memandang bahwa manajerial kelas sebagai suatu
pendekatan pengendalian perilaku peserta didik oleh guru. Tujuan utama ialah
mengendalikan perilaku perserta didik. Ada 5 strategi yang dapat diterapkan
dalam manajemen kelas :
1)
Menciptakan dan
menegakkan peraturan.
2)
Memberikan
perintah, pengarahan dan pesan
3)
Menggunakan
teguran ramah
4)
Menggunakan
pengendalian dengan mendekati
5)
Menggunakan
pemisahan dan pengucilan
2. Pendekatan
Intimidasi
Pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai
proses pengendalian perilaku peserta didik.
3. Pendekatan
permisif
Pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan
kebebasan siswa.
4. Pendekatan
Buku Masak
Pendekatan
berbentuk rekomendasi berisi daftar hal-hal yang harus dilakukan atau yang
tidak harus dilakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe
masalah manajemen kelas.
5. Pendekatan
Instruksional
Pendekatan yang berdasarkan kepada pendirian, bahwa pengajaran
yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian
besar masalah manejerial kelas. Para pengemmbang pendekatan instruksional
menyarankan guru dalam mengembangkan strategi manajemen kelas dengan
memperhatikan hal-hal berikut :
·
Menyampaikan
kurikulum dan pelajaran yang menarik.
·
Menerapkan
kegiatan yang efektif
·
Menyediakan
daftar kegiatan rutin kelas
·
Memberikan
pengarahan yang jelas
·
Menggunakan
dorongan yang bermakna
·
Memberikan
bantuan mengatasi rintangan.
·
Merencanakan perubahan
lingkungan
·
Mengatur kembali
struktur situasi
6. Pendekatan
Pengubahan Perilaku
Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada
prinsip-prinsip behaviorisme. Prinsip utama yang mendasari pendekatan ini
adalah perilaku merupakan hasil proses belajar. Prinsip ini berlaku baik bagi
perilaku yang sesuai maupun perilaku yang menyimpang. Pengajar pendekatan ini
berpendapat bahwa seorang peserta didik berperilaku menyimpang adalah
disebabkan oleh salah satu dari dua alas an yaitu : 1) Peserta didik telah belajar
berperilaku yang tidak sesuai. 2) Peserta didik tidak belajar berperilaku yang
sesuai.
Pendekatan pengubahan perilaku dibangun atas dasar dua
asumsi utama, yaitu : 1) Empat proses dasar belajar. 2) Pengaruh
kejadian-kejadian dalam lingkungan. Tugas guru adalah menguasai dan menerapkan
empat prinsip belajar. Prinsip tersebut adalah penguatan positif, hukuman,
penghentian penguatan negative.
7. Pendekatan
Iklim Sosio-emosional
Pendekatan
iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada psikologi penyuluhan
klinis, dank arena itu member arti yang sangat penting atau hubungan antar
pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen kelas yang
efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat tergantung pada hubungan yang
positif antara guru dan peserta didik. Oleh karena itu tugas pokok guru dalam
manajemen kelas adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif dan
meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif
juga.
Banyak
gagasan yang bercirikan pendekatan sosio-emosional dapat ditelusuri pada karya
Carl Rogers. Mengatakan bahwa kelancaran proses belajar yang penting sangat
tergantung pada kualitas sikap yang terdapat pada hubungan pribadi antara guru
dan peserta didik.
Sementara itu , gonott menekankan pentingnya
komunikasi yang efektif untuk meningkatkan hubungan yang baik antara guru dan
siswa, disamping keserasian, sikap menerima empati, dan memberikan sejumlah
contoh bagaimana sikap-sikap itu diwujudkan oleh guru.
8. Pendekatan
Proses Kelompok
Hal utama yang mendasari pendekatan proses kelompok
pada asumsi-asumsi berikut:
Ø kehidupan sekolah berlangsung dalam lingkungan
kelompok, yakni kelompok kelas.
Ø Tugas pokok guru adalah menciptakan dan membina
kelompok kelas yang efektif dan produktif
Ø Kelompok kelas adalah suatu system social yang
mengandung cirri-ciri yang terdapat pada semua system social
Ø Pengelolaan kelas oleh guru adalah menciptakan dan
memelihara kondisi kelas yang menunjang terciptanya suasana belajar yang
menguntungkan
Schmuck
dan Schmuck dalam Weber dan mengemukakan 6 ciri mengenai manajemen kelas yaitu:
harapan, kepemimpinan, daya tarik, norma, komunikasi, dan keterbaharuan.
8. Pendekatan
Eklektik
Dalam kenyataan guru jarang sekali melakukan
pendekatan secara utuh, melainkan mengkombinasikan masing-masing pendekatan
dengan mengambil hal-hal positif dari satu pendekatan seraya mengeleminir
kelemahan masing-masing pendekatan. Wilford A. Webber menyatakan bahwa
pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai
pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan
yang bermakna, yang secara filosofis, teoritis, dan atau psikologis dinilai
benar, yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu
yang sesuaki dengan situasi disebut pendekatan elektik.
9. Pendekatan
Analistik Pluralistik
Sembilan pendekatan yang diuraikan dimuka
menggambarkan Sembilan macam pendekatan manajemen kelas yang berlainan. Setiap
pendekatan ada penganjurnya dan pemakaiannya, tidak ada anjuran dan saran untuk
menganut dan menggantungkan diri pada satu pendekatan manajemen kelas. Saran
dan anjuran yang perlu dipertimbangkan adalah menggunakan pendekatan analitik
pluralistik.
Berbeda dengan pendekatan eklektik, pendekatan
analitik pluralistic member kesempatan kepada guru memilih strategi manajemen
kelas atau gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan manajemen yang
dianggap mempunyai potensi terbesar berhasil menanggulangi masalah manajemen
kelas dalam situasi yang telah dianalisis. Pendekatan analitik pluralistk
berupa pemilihan diantara berbagai strategi manajemen kelas suatu atau beberapa
strategi yang mempunyai kemungkinan menciptakan dan menampung kondisi-kondisi
yang member kemudahan kepada pembelajaran yang efektif dan efisien. Guru bebas
mempertimbangkan semua strategi yang mungkin efektif.
2.3 Pentingnya
Pembinaan Disiplin Kelas
Kemampuan
anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya merupakan modal dasar yang
sangat penting bagi kehidupan yang sukses dimasa depan. Berkaitan dengan hal
ini, peran guru membantu anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga
anak merasa bahagia dan mampu menerima dirinya (self acceptance).
Pembiasaan
disiplin pada diri anak penting karena dengan berdisiplin dapat memantapkan
peran sosial anak. Rua
(2003) mengemukakan
bahwa rahasia keberhasilan adalah kedisiplinan. Orang yang terlatih disiplin
akan lebih besar kemungkinannya
meraih keberhasilan dibandingkan orang
yang tidak disiplin. Tujuan
dari
disiplin adalah membentuk perilaku anak, yang sesuai dengan peran yang ditentukan
lingkungan atau kelompok sosialnya. Untuk itu dalam penanaman disiplinini perlu
peran orang tua di rumah maupun guru di sekolah. Di rumah orang tua dan anggota
keluarga lainnya merupakan model yangditiru anak dalam pembentukan disiplin
diri. Selain itu arahan-arahan dan bimbingan orang tua merupakan pedoman anak
bertingkah laku agar dapat melakukan penyesuaian diri di lingkungannya. Begitu
pula halnya di sekolah, seluruh personil sekolah adalah model bagianak,
sedangkan arahan dan bimbingan serta aturan-aturan di sekolah umumnya danaturan
guru dalam kelas khususnya dapat membentuk perilaku anak dan
mantapnya pembentukan perannya dalam lingkungannya.
Dalam
pendisiplinan anak, khususnya disiplin anak di SD banyak aspek-aspek yang berkaitan,
di antaranya adalah menyangkut peran orang tua dan guru
dalam pendisiplinan anak, penyesuaian diri anak dan penerimaan lingkungan
pada anak. Namun dalam tulisan ini hanya dilihat dari aspek rasional dan
pengertian disiplin, elemen-elemen
penting disiplin dan teknik-teknik pendisiplinan anak serta bentuk penerapan
disiplin di SD.
2.4 Teknik-Teknik dan Upaya Menegakkan Disiplin.
Berlangsungnya
proses belajar mengajar di dalam kelas dengan suasana yang harmonis dimana guru
dapat menyampaikan bahan pelajaran dengan baik dan murid dapat belajar atau
mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dengan baik pula tergantung
sekali kepada disiplin kelas. Kelas yang tidak berdisiplin sudah tentu kegiatan
belajar mengajarnya pun akan menjadi kacau dan tidak menentu pula. Guru sering
tidak masuk mengajar, murid-murid sering datang terlambat. Tugas-tugas seperti
piket kelas tidak dilaksanakan sehingga kelas menjadi kotor dan sebagainya. Dalam
rangka untuk menciptakan suasana kelas yang efektif bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar, maka disiplin kelas perlu ditegakkan baik oleh guru maupun
murid-murid.
a. Teknik-Teknik
Membina Disiplin Kelas
Terdapat beberapa teknik membina disiplin
kelas, antara lain:
a)
Teknik keteladanan
guru, yaitu guru hendaknya memberi contoh teladan sikap dan perilaku yang
baik kepada siswanya.
b)
Teknik bimbingan guru, yaitu
diharapkan guru senantiasa memberikan bimbingan dan penyuluhan untuk
meningkatkan kedisiplinan
para siswanya.
c)
Teknik pengawasan
bersama, yaitu dalam disiplin kelas yang baik mengandung pula kesadaran akan
tujuan bersama, guru dan siswa menerimanya sebagai pengendali, sehingga situasi
kelas menjadi tertib.
Dalam mewujudkan
tujuan bersama tersebut, beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam pembinaan
disiplin kelas adalah:
a) Mengadakan
perencanaan bersama antara guru dengan siswa.
b) Mengembangkan
kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa.
c) Membina
organisasi kelas secara demokratis.
d) Membiasakan
agar siswa dapat berdiri sendiri atau mandiri dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
e) Membiasakan siswa untuk berpartisifasi sesuai dengan kemampuannya
f) Memberikan
dorongan kepada siswa untuk mengembangkan pengettahuan dan keterampilan.
b. Upaya Menegakan Misiplin Kelas
Upaya menegakan
disiplin didalam kelas dapat dilakukan dengan meminta dukungan berbagai pihak
terkait, misalnya dari pihak guru, siswa dan orang tua. Pihak-pihak tersebut
selayaknya diajak bekerja sama dengan baik dan harmonis serta ikut bertanggung
jawab untuk menciptakan disiplin siswa. Upaya yang dapat dilakukan oleh
masing-masing pihak adalah sebagai berikut:
a) Pihak Guru
Disiplin
banyak bergantung pada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai kewibawaan
sehingga disegani oleh siswanya. Ia tidak akan mengalami kesulitan dalam
menciptaka suasana disiplin dalam kelasnya walaupun tanpa menggunakan tindakan
atau hukuman yang ketat. Adapula guru yang tampaknya tidak mempunyai
kepribadian, ia tidak berwibawa sehingga tidak disegani siswanya sekalipun ia
menggunakan hukuman dan tindakan yang keras. Akhirnya hukuman dan tindakan tidak efektif. Untuk itu ada beberapa hal
yang harus diperhatikan antara lain:
Guru hendaknya jangan
ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa untuk patuh terhadap segala sesuatu
yang diperintahkan, karena sikap guru yang otoroter membuat suasan kelas
menjadi tegang dan sering diliputi rasa takut.
Guru harus percaya diri
bahwa ia mampu menegakan disiplin bagi dirinya dan siswanya. Jangan tunjukan
kelemahan dan kekurangannya pada siswa sebab pada dasarnya siswa perlu
perlindungan dan rasa aman dari gurunya.
Guru jangan memberikan
janji-janji yang tidak mungkin dapat ditepati. Juga tidak memaksa siswa
bebrjanji untuk memperbaiki perilakunya seketika sebab mengubah perilaku tidak
mudah, memerlukan waktu dan bimbingan.
Guru hendaknya pandai
bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan terlampau bersahabat erat sehingga
hilang rasa hormat siswa terhadapnya. Akibatnya siswa menanggap guru sebagai
teman dekat, sehingga cenderung akan hilang kewibawaanya.
b) Pihak
siswa
Peranan
siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tak kalah pentingnya,
karena factor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan subyek dalam
pembelajaran. Oleh karena itu siswa harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk
turut serta mewujudkan disiplin di kelasnya.
Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan disipilin dalam kealas, anatara lain:
Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan disipilin dalam kealas, anatara lain:
Siswa hendaknya
memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta menciptakan suasana
disiplin didalam kelas.
Siswa hendaknya
memiliki keasadaran untuk mentaati aturan dan tata tertib sekolah bukan karena
rasa takut atau karena merasa terpaksa.
Siswa hendaknya
bertindak sebagai pengontrol atau pengawas dirinya sendiri tanpa harus diawasi
oleh orang lain.
Apabila suatu saat
melakukan pelanggaran, maka siswa harus berjanji pada dirinya sndiri untuk
tidak mengulanginya.
c) Pihak Siswa
Peranan
orang tua dalam mewujudkan disiplin putra-putrinya dirumah, akan sangat
membantu penegakan disiplin kelas. Karena itu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh orang tua dalam rangka turut menegakan disiplin, antara lain:
Orang tua hendaknya
mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus dilaksanakan putra putrinya
ketika disekolah.
Orang tua hendaknya
ikut bertanggung jawab terhadap putra putrinya dengan cara turut serta
mengawasinya.
Orang tua hendaknya
turut berbicara dan turut membina putra putrinya apabila ia melanggar tata
tertib atau aturan sekolah.
2.5 Membina Disiplin Diri
(Self Discipline)
Tujuan
pendidikan adalah membimbing anak kearah kedewasaan, yang berkaitan dengan
kematangan social, emosianal intelektual dan moril sehingga dapat berdiri
sendiri, dan siakp tanggung jawab akan tercapai bila sejak kecil anak diberi
kebebasan sesuai dengan usia, perkembangan dan kesanggupannya.
Untuk pembentukan pribadi yang dewasa, bentuk disiplin yang diterapkan pada anak memegang perananpenting. Anak yang terlampau diatur hidupnya dengan disiplin yang ketat, cenderung untuk tidak sanggup menggunakan kebebasannya bila ia kelak memperolehnya. Itu sebabnya maka sejauh mungkin anak dididik kearah yang self discipline.
Untuk pembentukan pribadi yang dewasa, bentuk disiplin yang diterapkan pada anak memegang perananpenting. Anak yang terlampau diatur hidupnya dengan disiplin yang ketat, cenderung untuk tidak sanggup menggunakan kebebasannya bila ia kelak memperolehnya. Itu sebabnya maka sejauh mungkin anak dididik kearah yang self discipline.
Disiplin
diri bukan berarti memberikan kebebasan penuh. Disiplin diri berarti keinsyafan
dan kerelaan sendiri mematuhi aturaan dan norma-norma yang diakuinya. Hal itu
baik dan perlu, sekalipun tidak ada orang lain yang mengawasinya. Jenis
disiplin yang diberikan kepada anak banyak bergantung pada pribadi si pendidik.
pendidi yang otokratis, yang menjaga ketertiban dengan tangan besi, tidak
member kesempatan pada anak untuk mengatur diri sendiri. Guru seperti akan
menindak setiap pelanggaran dengan hukuma dan ancaman, sehingga menimbulkan
rasa takut.
Self
discipline biasanya terdapat didalam kelas yang gurunya bersikap demokratis.
Kelas yang demokratis juga bias tertib sesuai ddengan kegiatan yang dilakukan
oleh para siswa. Ketertiban tercapai bukan dengan kekerasan atau paksaan dari
pihak guru, melainkan karena para siswa patuh akna peraturan. Ketertiban itu
akan tetap mereka pelihara sekalipun tidak ada guru didalam kelas yang
mengawasi mereka. Apabila para siswa telah sanggup disiplin diri sendiri, maka
mereka telah melangkah menuju ke arah kedewa